Thursday, September 19, 2019

RENUNGAN; UNTUK APA KITA MENJADI PEKERJA

Selamat malam sahabat juangku, apa kabar? Sehat kan?

Baiklah, mari sejenak kita tundukkan kepala dan renungkan sebuah hal yang mungkin saja kita tidak atau belum menyadarinya. Apakah itu?

Job Seeker

Ya, sebuah pertanyaan. Kita ini bekerja dan menjadi pekerja formal untuk apa?

Untuk mengisi waktu? Terlalu bodoh.
Untuk uang? Tidak tepat.
Untuk kaya? Tidak semudah itu.
Untuk bahagia? Tidak sesederhana itu.
Untuk bekal hari tua? Terlalu filosofis, teoritis dan njlimet.

Lalu untuk apa? Untuk apa kita berstatus sebagai pekerja formal?

Jawabannya adalah untuk memiliki status.

Legitimasi makhluk dikatakan “hidup” dalam kerangka sosiologi masyarakat kita memang demikian adanya, boleh saja anda tidak percaya, tapi ini realita yang sangat sulit disanggah dan dihindari.

Apa manfaat dari status tersebut?
Status sebagai pekerja?
Dan juga bekerja tentunya?

Dari status itulah mungkin saja anda yang dulu tidak terlalu tampan dan kaya ini belum memiliki pacar kemudian ada wanita yang percaya bahwa anda adalah pria pilihannya. Atau bahkan tanpa anda sadari, bisa jadi mertua anda saat ini diam-diam bersedia menerima anda karena status tersebut. Bagaimana jika anda kala itu melamar istri anda dalam status sebagai pengangguran? Apakah anda yakin diterima saat dalam situasi demikian? Cobalah flashback.

Barangkali juga, motor yang anda miliki, rumah yang saat ini anda tempati bersama anak istri adalah hasil dari status anda sebagai pekerja, dalam hal ini perbankan percaya, memberi legitimasi, dan kemudian memberi kemudahan dalam kucuran kreditnya kepada anda. Lantas, apakah hal demikian berlaku pada saat berstatus sebagai pengangguran? Tentu akan tidak mudah bukan? Jawab saja sejujurnya menggunakan relung terdalam yang ada pada hati sanubari anda.

Apakah kultur masyarakat ketimuran, terlebih generasi kita yang kian moderen seperti saat ini cukup memiliki trust dan legitimasi terhadap mereka yang tidak berstatus sebagai pekerja? Ada, kemungkinan itu selalu ada meskipun sudah mulai jarang. Setidaknya ada syarat yang harus dipenuhi jika anda tidak berstatus sebagai pekerja formal.

Setidaknya anda adalah seorang pengusaha (businessman). Anda dapat menghasilkan uang dalam jumlah “ideal” tanpa harus berstatus sebagai pekerja formal. Apakah itu mudah? Sama sekali bukan hal yang mudah. Saya melihat sendiri betapa orang tua saya bangkrut-bangkit dalam mengelola usahanya berkali-kali. Renungkan dan jalani saja kalau tidak percaya!

Lantas dari rentetan penjelasan yang nalar dan logis ini saya ingin mengatakan apa?

Sederhana saja, syukuri status pekerjaan anda, apapun itu pekerjaannya, tentunya tanpa sedikitpun ada perasaan akan berhenti pada fase tesebut. Kenapa demikian? Karena bukan berarti kita atau anda kuffur nikmat saat kita atau anda sedang menghendaki rizki yang lainnya.

Kenap bisa begitu? Bukankah Tuhan memberikan jaminan kepada setiap makhluknya jika ada kesungguhan ingin mengubah dirinya dari zona existing menuju zona harapan? Anda tidak percaya dengan firman-Nya? Silakan, sah-sah saja.

Prinsipnya adalah sudut pandang kita berbeda-beda dalam menilai sekaligus menghargai sebuah status pekerja, tidak ada yang mutlak benar dan tidak pula ada yang mutlak salah. Tergantung dari sisi mana anda merasakannya.

Mau jadi pekerja formal atau pengusaha? Terserah kowe-kowe pada! Mbuh pikiren dewek. Silakan bertafakkur, alis mikir.

Selamat malam sahabat-sahabatku. Semoga dengan perbanyak bersyukur (Alhamdulillah) Tuhan senantiasa menambahkan limpahan karunia-Nya kepada kita. Aamiin.

Robi Cahyadi
Dewan Penasihat Diri Sendiri
Aktif sebagai penulis di www.robicahyadi28.blogspot.com

No comments:

Post a Comment