Tuesday, December 29, 2020

POLITIK: ADA APA DENGAN RISMA?

Tri Rismaharini dalam sebuah pidato

Penunjukan oleh Presiden Joko Widodo kepada mantan Walikota Surabaya yang lahir di Kediri yaitu Tri Rismaharini alias Bu Risma untuk mengisi posisi Menteri Sosial Republik Indonesia, menggantikan Juliari Batubara yang tersandung kasus korupsi tentu menjadi pertanda angin segar bagi kebanyakan netizen milleniel yang pro pemerintahan. Bagaimana tidak, selama ini kita sebagai netizen millenial tahu betul Bu Risma tercitrakan sebagai sosok yang cas cus gesit trengginas membereskan problematika Surabaya. Opini publik mengatakan Surabaya hari ini lebih rapi dibanding DKI Jakarta (sumber: republika.co.id).

Modal dasar yang fenomenal itu tentu membuat netizen millenial secara umum sangat senang dan berharap Bu Risma mampu tangani problem sosial yang ada di Indonesia secara tuntas. Hari ini kabar berita di media sosial berseliweran tentang Bu Risma yang langsung tancap gas dengan blusukan di bantaran kali Ciliwung dan mengajak para gelandangan yang tidur di bawah jembatan-jembatan sepanjang kali Ciliwung untuk bersedia direlokasi ke rumah rehabilitasi di Bekasi. Sungguh gerakan yang membuat sebagian pihak merasa dag-dig-der khawatir.

Pihak mana sih yang khawatir ini? Tentu adalah pihak yang berada di barisan pendukung Anies Baswedan selaku Gubernur DKI Jakarta. Mereka banyak yang nyinyir kok Mensos rasa Gubernur, maksudnya apa ini? Kira-kira begitu yang terpantau nampak di banyak kolom komentar di twitter hari ini. Seakan merasa kehadiran Bu Risma ini akan mengurangi pamor Pak Anies Baswedan yang terkenal dengan rangkaian kalimat indahnya dalam menyelesaikan berbagai problematika DKI Jakarta itu.

Saya yang merasa diri sebagai bagian dari masyarakat internet (netizen) millenial pun merasa geli dengan adanya respon dua kutub yang berbeda dalam menyikapi langkah cas-cus blusukan Bu Risma ini. Sebagian sisi mendukung dan salut, sebagian yang lain nyinyir dan resah. Sebagai orang yang berada di gerbong pendukung pemerintahan yang sah hari ini, saya mendukung penuh langkah sigap dan nyata Bu Risma dalam menyelesaikan problematika sosial Indonesia ini, tentu ndak ada salahnya jika Bu Risma mengawalinya dari DKI Jakarta dulu bukan?

Kenapa harus diawali dari DKI Jakarta dulu? Pertama, tentu DKI Jakarta adalah barometer ekonomi, budaya, kemajuan untuk daerah lain di bentangan luas Indonesia ini. Kedua, fakta membuktikan bahwa DKI Jakarta hari ini berada dalam peringkat teratas soal banyaknya jumlah gepeng (gelandangan dan pengemis) di deretan kota besar di Indonesia (sumber: kompas.com). Ketiga, tentu gerak cepat bu Risma ini juga bagian dari agenda politik PDI Perjuangan dalam rangka mengambil hati netizen millenial potensial DKI Jakarta agar tidak salah gerbong dan kemudian lebih banyak yang bersedia berada di deretan gerbong pemerintahan. Cadas!

Lalu sejauh apa kira-kira kiprah Mensos baru kita ini? Mari terus kita kawal dan nantikan episode cas-cus yang membuat deg-degan selanjutnya. Sebagai penulis dan pengamat politik amatiran, pesan dan harapan saya kepada bu Risma cukup sederhana. Jangan baper sama warga DKI Jakarta kalau kemudian nanti bakal bodo amatan ya bu, jangan samakan dengan warga Surabaya yang jika dibentak dan dimarah-marahin akan cenderung diam santun dan nurutin kata Ibu. Mungkin warga DKI Jakarta akan lebih cenderung cuek dan gak nggubris ibu, tapi tetap santuy dan on the track saja bu.

Terakhir, jangan kaget jika Ibu kesulitan nyari rujak cingur di DKI Jakarta karena bagi warga DKI adalah hal yang sangat aneh ketika hidung sapi dijadikan sebuah makanan. Juga jangan kaget kalau ternyata pecel ayam atau lele di DKI Jakarta itu sebenarnya adalah lalapan jika di Wiyung dekat rumah ibu di Surabaya sana. Terus juga jangan gupuh ya bu jika ternyata pas pagi-pagi nyidam lontong kupang tapi ibu ndak menemukannya di Jakarta dan adanya cuma ketoprak dan nasi uduk, cari alternatif makanan lain dan biasakan saja dengan makanan yang ada di sana. Semoga ibu sukses mengemban amanah menjadi Mensos. Semangat!

Sunday, December 27, 2020

OPINI: SATU TAHUN USIA VAL ELAIL ANAKKU

Ceremonial Ulang Tahun Val Elail ke-1

Hari ini minggu tepat tanggal 27 Desember 2020 adalah hari ulang satu tahun kelahiran Malika Val Elail anak biologis pertamaku dengan istri sahku, bukan dengan yang lainnya karena memang betulan ndak ada yang lainnya. Di tengah pandemi Covid-19 kami bermaksud merayakan momen bahagia ini secara sederhana dengan membeli kue kecil untuk Val disertai lilin berbentuk angka 1 sebagai penanda bahwa ini adalah ulang tahun kelahirannya yang pertama.

Kemudian karena sudah dicoba berkali-kali agar Val bersedia meniup lilin tersebut dan hasilnya gagal, akhirnya ujung-ujungnya mamanya yang niup, puffffhhh nyala api di lilin itu mati. Entah apa filosofinya seremonial mainstream demikian itu, saya beranggapan ini hanya momen normal seperti kebanyakan manusia pada umumnya. Meniup api pada lilin dalam seremonial ini, saya pribadi lebih senang mengartikannya sebagai simbol membunuh segala bentuk keburukan dalam hidup yang berulang tahun.

Beberapa hari terakhir ini mamanya Val kena flu berat sehingga tidak banyak menyentuh Val karena takut flunya menular. Val lebih banyak sama saya ayahnya, baik saat mandi, tidur atau pun bermain sehari-hari. Saya bersyukur diberikan anugerah berupa anak cantik yang aktif dan menggemaskan, meski saya sadar betul momong, memandikannya, membersihkan pantatnya dari kotoran, megganti popoknya, membuatkan susu di tengah malam bukanlah pekerjaan yang menyenangkan. Setidaknya ini adalah latihan secara alamiah naluriah untuk menjadi ayah yang telaten dan ikhlas.

Untuk mamamya yang sudah dengan penuh kasih sayang mencurahkan segala bentuk pendampingan terhadap Val saya juga mengucapkan banyak terima kasih. Sudah sejauh ini menerima “kahanan” dan bersama-sama dalam suka dan duka, sangat emosional sekali tentunya hati ini saat menuliskan tepat di kalimat ini. Seperti halnya momen saat Rhoma Irama menyatakan curahan hatinya kepada Ani. Seakan saya tak pernah menyangka bisa senormal ini menjalani kehidupan dalam biduk rumah tangga sebagai manusia pada umumnya.

Di lingkungan perumahaan tempat kami tinggal, saya beruntung Val cukup punya teman seusia pantaran dengannya. Jadi saya dan istri cukup merasa nyaman sekaligus tenang bahwa mungkin Val nantinya tidak akan terasa kesepian. Karenanya dalam konteks bersosial dan menjalin ukhuwah dengan teman-temannya Val, istriku hari ini masak nasi kuning dan ayam serundeng untuk dibagikan ke teman-temannya Val.

Seremonial kecil ini tentu niatnya bukan pamer atau berfoya-foya, apa sih yang dipamerkan dari hal sesederhana ini, kalau toh ditulis dan diceritakan itu tujuannya semata-mata hanya berbagi kebahagiaan, benar bukan? Niat murni semua ini tentu bersyukur dan berbahagia atas ulang tahun kelahiran Val, selain itu juga tentu berharap doa-doa kebaikan dari teman-teman sepantarannya dan semua pembaca tulisan ini.

Terakhir, di hari yang memorable ini saya berharap semoga Val anakku terus tumbuh sehat baik secara jasmani dan atau rohani. Begitu juga dengan saya dan mamanya semoga selalu disehatkan oleh Allah SWT dan dimudahkan segala rezekinya tentu agar bisa mendampingi Val tumbuh sampai menjadi remaja berprestasi yang baik hati, berbudi luhur, dan pancasilais. Kemudian melihatnya saat dewasa duduk di pelaminan dan kami berdua berpegangan tangan bersiap menjadi kakek nenek yang terus bersatu dalam harmoni kasih sayang. Indah bukan? Semoga semua doa ini diijabah oleh Allah SWT. Aamiin.

Petang yang tenang dengan suara tarhim dari langgar dan masjid perumahan
Malang, 27 Desember 2020

CAPAIAN: WHITE BELT PERATAMAKU DALAM HIDUP

Dalam dunia persilatan kita mengenal sistem grade (tingkatan) capaian kompetensi silatnya, rata-rata seorang pesilat akan berupaya keras mendapatkan sabuk hitam karena ada nilai prestisius di sana, menjadi pesilat dengan sabuk hitam adalah bukti kemahiran sekaligus kehormatan. Dalam dunia industri manufaktur khususnya yang menekuni dan menjadi praktisi continuous improvement juga ada grade (tingkatan) capaian sepertinya halnya dalam dunia persilatan.

Certified LSS White Belt By Prodemy ID

Dimulai dari sabuk putih (white belt), kuning (yellow belt), hijau (green belt), hitam (black belt), dan master sabuk hitam (biasanya puncak tertinggi ini disebut dengan master black belt), hanya orang tertentu yang bisa capai ini, di Indonesia jumlahnya relatif tidak banyak. Setelah belajar secara konsisten hampir satu bulan dan lulus ujian, saya dengan rasa bangga mendapatkan sabuk putih (white belt) sebagai permulaan untuk menuju ke tingkatan selanjutnya.

Scope (cakupan) setiap tingkatan tentu berbeda-beda, dalam piramida grade tersebut white belt memang baru di fase dasar (terbawah) yaitu sebagai praktisi yang memahami pengertian, tujuan, dan penerapan secara umum Lean Six Sigma sebagai alat continuous improvement (CI). Tahap selanjutnya tentu adalah yellow belt yang cakupannya lebih mendalam, yaitu sebagai partisipan aktif sekaligus reviewer atas aktifiitas yang dilakukan oleh team project dalam CI.

Untuk bisa menuju puncak tertinggi, setiap grade harus dilalui. Setelah mencapai yellow belt biasanya partisipan akan berusaha menggapai grade selanjutnya yaitu green belt. Green belt memiliki cakupan yang lebih luas dan mendalam lagi yaitu berkisar di area memimpin suatu project CI dengan analisa data yang super kompleks. Umumnya mereka yang sudah mendapatkan level green belt adalah seorang yang diberi tanggung jawab sebagai pilot project dalam aktifitas CI.

Lalu bagaimana dengan black belt? Seorang dengan level capaian black belt adalah pemimpin project untuk level di bawahnya, menjadi mentor, berfungsi sebagai trigger project dan sebagai creator problem solver dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang ditemukan dalam rangkaian aktifitas CI. Kemudian master black belt adalah pucuk tertinggi dalam piramida kasta ini, namanya juga master umumnya mereka yang berada di sini adalah sebagai pengampu, pelatih, penasihat, coach, traineer dari mereka yang berada di level black dan green belt.

Monday, December 14, 2020

OPINI: APA TUJUAN PSIKOTES DALAM REKRUTMEN?

Kita pernah mendengar dan mungkin justru sering menjalaninya, tapi kita jarang tahu apa fungsi dan tujuan dari psikotes. Dalam hal ini psikotes yang di maksud penulis tentu berkaitan dengan proses seleksi rekrutmen karyawan di suatu perusahaan. Bukankah begitu seringnya? Lalu apa sih fungsi dan tujuan dari psikotes tersebut? Mari kita simak secara singkat dan lugas melalui tulisan di bawah ini.

Permainan Logika adalah Kunci Utama Psikotes

Saat kita melamar pekerjaan, kita sebagai kandidat atau pelamar hampir seringkali dihadapkan pada satu tahapan umum sebelum masuk ke tahap interview yaitu tahapan tes tulis dalam bentuk rangkaian psikotes. Bagi sebagian kandidat, psikotes ini bahkan menjadi momok menakutkan lantaran mereka seringkali gagal masuk seleksi di sebuah perusahaan, dan bahkan seringkali pula kegagalan ini sebelum sampai ke tahapan interview.

Saking seringnya dengar dan mengalami baik kegagalan atau keberhasilan dalam psikotes, kita menjadi akrab dengan agenda wajib rangkaian proses rekrutmen yang satu ini. Sehingga kemudian sangat dengan mudah kita menemukan buku-buku latihan psikotes yang dijual di pasaran. Tes psikotes sendiri seringkali dikaitkan dengan tes kepribadian, tes IQ, hingga nalar berpikir. Herannya, masih saja ada yang membeli buku latihan ini. Untuk apa?

Kemudian pertanyaan selanjutnya adalah apakah psikotes itu sendiri bisa dipelajari? Bisa dihafalkan? Saya kira bukan itu cara dan tujuannya. Psikotes adalah sebuah metode tes untuk mengukur seberapa cerdas kita sebagai kandidat, seberapa jauh kepribadian kita cocok dengan posisi pekerjaan yang kita lamar, dan mungkin seberapa pas kita dengan kultur perusahaan yang kita inginkan.

Fungsi dan tujuan psikotes secara umum adalah untuk mengenali serta mengidentifikasi potensi yang terdapat dalam diri kandidat karyawan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa setiap perusahaan yang merekrut karyawan akan berharap diisi oleh sumber daya manusia yang handal, tangguh, cerdas, berwawasan luas dan cocok untuk posisi yang akan ditempati oleh kandiadat yang bersangkutan. Tentu kita pun sadar tidak ada satu pun kandidat yang benar-benar sempurna memenuhi semua kualifikasi yang dibutuhkan oleh perusahaan, setidaknya mendekati. Itulah yang diupayakan oleh HRD.

Oleh sebab itu, potensi dari masing-masing kandidat yang terukur dan dapat diidentifikasi dari hasil menjalani serangkaian proses psikotes tersebut tentu dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh HRD untuk memutuskan apakah kandidat ini layak berlanjut atau terhenti. Yang kemudian jika berlanjut tentu akan disodorkan oleh HRD untuk interview ke End User atau beberapa perusahaan bahkan bisa interview hingga ke Top Level Management dan atau Owner.

Tugas HRD adalah memilah dan memilih potensi para pelamar yang sekiranya paling dekat dengan kualifikasi posisi yang dibutuhkan. Sehingga yang perlu kita garis bawahi bersama adalah ingat bahwa belum tentu seseorang dengan IPK kelulusan akademiknya paling baik sekali pun bisa otomatis dengan mudah lolos tahap psikotes. Semuanya tergantung juga pada penilaian potensi yang dilakukan HRD. Singkat cerita umumnya demikian.

Lalu apa sebenarnya yang harus disiapkan saat akan menjalani atau melangsungkan psikotes? Menurut penulis karena psikotes ini bukanlah sebuah ujian tulis yang sulit seperti halnya ujian akhir semester dalam bidang subyek mata kuliah tertentu, maka tidak perlu ada hal istimewa yang harus disiapkan oleh seorang kandidat saat akan menghadapi psikotes. Hemat penulis yang perlu disiapkan TIDAK BANYAK, hanya BEBERAPA HAL di bawah ini:

1. Kesehatan, artinya kondisi tubuh baik secara psikis dan fisik dalam keadaan yang prima (tidak lelah,tidak sedang sakit, tidak depresi, dst.)

2. Kejujuran, artinya saat mengerjakan psikotes semua jawaban harus berasal dari hati dan pikiran pengerjanya, bukan rentetan jawaban manipulatif dan hafalan

3. Wawasan umum, artinya pengerja psikotes harus punya minimal wawasan umum (operasional perhitungan sederhana, penalaran bahasa, logika, dll.) yang kita semua tahu wawasan umum ini bisa diraih dengan memperbanyak membaca.

Penulis pikir jika tiga hal itu sudah disiapkan dan dimiliki oleh seorang kandidat yang ingin masuk ke suatu perusahaan yang dalam proses rekrutmennya mengharuskan melalui tahap psikotes, tidak ada yang mustahil psikotes ini menjadi serangkaian proses yang terasa ringan dan sangat mudah untuk dilalui. Sehingga kemudian kandidat bisa lolos dan diantarkan oleh HRD menuju tahap umum selanjutnya yaitu interview dengan User atau bahkan Owner.

Wednesday, December 2, 2020

OPINI: SEBERAPA PENTING MENGUASAI BAHASA INGGRIS?

Ada pertanyaan yang cukup menarik bagi kita semua warganet. Di Indonesia, siswa mempelajari bahasa Inggris mulai dari bangku Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi, sebenarnya itu semua untuk apa? Untuk berkomunikasi? Dengan siapa? Untuk ke luar negeri? Apa semua punya akses ke luar negeri? Atau hanya sebatas untuk nilai akademik?


Apapun jenis fungsi dan tujuan mempelajari bahasa Inggris, percayalah bahwa itu sangat penting di masa yang akan datang. Apalagi era globalisasi seperti sekarang ini, bahasa Inggris adalah sebuah kemampuan yang bersifat wajib dimiliki oleh setiap lulusan perguruan tinggi. Saya merasakan sendiri bagaimana dulu ketika tidak tekun mempelajarinya sehingga sekarang saat dibutuhkan menjadi lebih berat untuk mengejarnya.

Di dunia kerja profesional meski tidak secara mayoritas seluruh perusahaan mensyaratkan pada karyawannya harus piawai berbahasa Inggris, setidaknya jika anda mampu menuturkannya minimal secara pasif (merespon jika ditanya), itu adalah nilai plus yang akan diapresiasi. Jangan pernah sepelekan pentingnya bahasa Inggris meski ini bukan bahasa nasional kita.

Jadi menurut saya pribadi, jika di penghujung 2020 ini masih ada lulusan sebuah perguruan tinggi akan tetapi tidak memiliki wawasan dan bekal berbahasa Inggris yang baik (minimal pasif - bisa merespon dengan ringkas dan baik saat ditanya), saya kira akan menjadi sulit berkompetisi di dunia kerja dan lapangan pekerjaan nantinya.

Untuk itu saya menghimbau kepada seluruh orang, khususnya mereka yang sedang di tengah studi atau mereka yang baru saja terjun ke dunia kerja secara profesional agar benar-benar serius menguasai bahasa Inggris secara baik dan benar. Harus diakui fakta bahwa meski kenyataan dalam dunia kerja tidak sepenuhnya bahasa Inggris akan terpakai, tapi syarat untuk menuju ke sana selalu demikian dan itu menuntut kita untuk terus mempelajarinya.

Tuesday, December 1, 2020

OPINI: SEBERAPA PENTING LEARNING BY DOING BAGI MAHASISWA?

Setiap mahasiswa yang bercita-cita terjun bekerja dan menekuni dunia manufaktur harusnya tidak asing dengan berbagai langkah strategi efisiensi produksi. Seringkali hal ini menjadi topik hangat dalam perbincangan di komunitas yang menekuni bidang ini. Bisa dikatakan seorang engineer tanpa wawasan strategi efisiensi produksi ibarat seorang pedagang yang tidak punya barang untuk dijual alias omong kosong. Wawasan mendalam tentang ilmu realita di dunia kerja industri manufaktur seperti ini harus diperoleh.

Ilustrasi gambar: 4 siklus Learning by Doing

Dalam praktiknya di dunia kerja industri manufaktur, strategi efisiensi produksi dapat ditempuh dengan berbagai banyak cara. Ada yang namanya Lean, Six Sigma, Toyota Manufacturing System, Kaizen, dan lain sebagainya. Salah satu cara paling terkenal dan sangat digaungkan di kalangan penekun bidang ini adalah TPM System. Ya, Sistem Total Productivity Maintenance. Cara ini sangat umum digunakan oleh industri manufaktur dalam mencapai produktifitas secara optimum.

Secara teori Sistem TPM ini dapat dijadikan sebagai cara sistematis untuk menekan bahkan menghindari kerugian alias ketidakefisienan pada tiga isu penting proses manufaktur. Isu tersebut antara lain dalam bentuk target yaitu zero breakdowns (nol kerusakan), zero defect (nol cacat produk) dan zero accident (nol kecelakaan). Lalu apakah mahasiswa teknik khususnya mesin dan indsutri sudah cukup dikenalkan dengan sistem TPM ini oleh kurikulum pendidikannya?

Sebagai contoh secara umum misal sistem pendidikan dan kurikulum yang berlaku di Sekolah Menengah Kejuruan yang ada di Indonesia adalah mengedepankan praktik langsung pada lapangan, untuk memberikan pengalaman dan pengetahuan yang lebih sesuai dengan kondisi nyata dunia kerja bagi para siswa. Ini adalah contoh yang dapat kita ambil dari sebuah penerapan learning by doing. Lalu bagaimana dengan bangku kuliah (perguruan tinggi) yang seharusnya lebih dalam lagi fokus pada bidang keahliannya?

Penjelasan di beberapa paragraf di atas adalah kasus betapa pentingnya learning by doing. Apa sih pengertian learning by doing? Secara singkat adalah jika merujuk kepada arti secarah harafiah, learning by doing memiliki arti belajar sambil melakukan serta mempelajari sesuatu bukan hanya lewat teori, melainkan langsung mempraktikannya. Bagaimana caranya? Tentu banyak sekali cara yang ditempuh misalnya berupa simulasi penerapa fondasi sistem TPM yaitu 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) dalam workshop lingkungan kampus. Mahasiswa berperan langsung melakukan dan memonitoringnya.

Untuk mahasiswa dengan jurusan atau kompetensi teknik mesin, mereka akan diarahkan untuk melakukan praktek kerja lapangan di workshop atau in the job training di perusahaan manufaktur selama beberapa waktu. Hal ini tentu dilakukan agar memberikan pengalaman nyata dan edukasi yang lebih sesuai dengan kondisi dunia kerja. Ini kritikal poinnya, sejauh mana dunia pendidikan khususnya kampus benar-benar serius menerapkan dan memonitoring metode pembelajaran kerja praktik mahasiswanya selama ini? Penulis pikir sangat penting sekali menerapkan realita keilmuan di dunia kerja ke dalam praktik pembelajaran mahasiswa di kampus.

Saya pribadi merasakan dengan sepenuh hati bahwa sepanjang belajar di bangku kuliah, sangat minim sekali materi tentang realita di dunia manufaktur seperti ini diajarkan, misalnya tentang Sistem TPM ini dengan segala materi rinci di dalamnya, mulai dari fondasi dan 8 pilarnya beserta turunan alat-alatnya. Padahal mayoritas industri sektor manufaktur menerapkannya dan pemahaman yang baik tentang materi ini sangat dibutuhkan jika kemudian mahasiswa hendak bercita-cita terjun ke industri manufaktur. 

Bangku kuliah teknik memang mengajarkan banyak wawasan yang muara akhirnya adalah peningkatan dan penguatan daya analisis, misalkan belajar problem solving dengan soal-soal calculus, elemen hingga, wawasan proses manufaktur dan seterusnya. Dari mata kuliah dasar hingga spesifik sesuai bidang  jurusan tersebut memang penting dan wajib terus diberikan. Tapi sebaiknya lembaga pendidikan mulai berbenah bahwa wawasan yang terimplementasi nyata di dunia kerja adalah hal wajib yang harus diberikan. Tentunya agar lebih mengena dengan cara learning by doing!