Saturday, June 19, 2021

INDUSTRY: SEJAUH MANA IDE ORISINIL ITU PERLU?

Jika anda ditanya oleh calon user soal apa yang bisa anda berikan ke perusahaan atas berbagai persoalan yang sedang dihadapi. Apa jawaban yang tepat? Mari simak.

Ilustrasi: Interview
Sumber: Google

Faktanya dalam dunia improvement di sektor industri tidaklah ada ide yang benar-benar original (asli), sehingga jika datang ke sebuah perusahaan yang mengundang anda untuk interview kerja dan ditanya apa solusi yang anda berikan terhadap masalah seperti ini (dijelaskan bla-bla-bla) misalnya. Jangan pernah menawarkan ide yang aneh atau tidak masuk akal.

Berikan saja solusi dengan menggunakan pakem-pakem yang memang sudah ada, jika soal efesiensi misalnya, banyak cara yang bisa ditawarkan misalnya TPM, Lean Manufacturing, Six Sigma dan segudang cara lainnya yang bisa ditawarkan dan terapkan. Kuncinya bukan terletak pada ide yang aneh dan seolah-olah harus original itu. Ndak penting blasss kalau cara mikirnya begini.

Yang terpenting yang harus anda tawarkan dan bisa berikan ke calon user adalah kemampuan dalam mengaplikasikan segala bentuk cara improvement seperti yang saya jelaskan di atas atau disesuaikan dengan menggunakan cara apa yang anda kuasai. Tentunya yang specifics, measurable, achievable, relevant, timebound.

Begitu juga dari sisi calon user, berharap ada ide dari kandidat anda yang really out of the box it's good, but not must! Realitanya dalam menyelesaikan berbagai persoalan di dunia industri bukanlah ide yang aneh-aneh kok yang dibutuhin, tapi lebih ke bagaimana sistem atau metode improvement yang diterpakan itu konsisten dijalankan.

Jadi sebaiknya sebagai user jangan latah kebiasaan bertanya ke kandidat ide "aneh" apa yang bisa anda berikan? Tapi tanyakanlah sejauh apa cara anda menerapkan solusi yang ingin anda tawarkan? Sebagai kandidat juga begitu, jangan latah gampang ngeluarin statements ide yang gak realistis, pakai saja segudang pakem-pakem yang sudah ada, tinggal pilih.

Selamat berakhir pekan bromates!

Thursday, June 17, 2021

WAWASAN: BAHASA INGGRIS PENTING KAH?


Menurut ilmu psikologi, kecerdasan manusia itu setidaknya dikelompokkan menjadi 8 jenis. Antara lain sebagai berikut ini:

1. Kecerdasan linguistik (berkenaan dengan bahasa)
2. Kecerdasan logical-mathematic (perhitungan angka-angka)
3. Kecerdasan visual-spatial (berkenaan dengan gambar-gambar)
4. Kecerdasan musical (berkenaan dengan musik)
5. Kecerdasan naturalis (berkenaan dengan alam sekitar)
6. Kecerdasan bodily-kinesthetic (berkenaan dengan olahraga)
7. Kecerdasan intrapersonal (memahami diri sendiri)
8. Kecerdasan interpersonal (memahami orang lain/lingkungan)

Kemudian dewasa ini ada suatu kondisi di mana ternyata cukup banyak orang berasumsi bahwa seseorang yang menguasai bahasa asing tertentu (Inggris misalnya), dianggap cerdas. Ini merupakan situasi pemahaman yang salah kaprah dan harus diluruskan. Kenapa begitu? Begini ceritanya.

Di dunia yang sedang dan akan terus menuju era globalisasi ini sangat mustahil kita hidup menghiraukan akan pentingnya bahasa asing, khususnya bahasa Inggris (misal). Faktanya bahasa Inggris sudah dijadikan mata pelajaran di dalam kurikulum pendidikan kita sedari awal belajar (bangku SD). Ini artinya sangat sulit kita denial (menyangkal) urgensi dari penguasaan bahasa Inggris.

Untuk lulus dari jenjang sekolah, pendidikan, masuk sekolah, atau universitas, bahkan masuk dunia kerja di era sekarang ini sangat jarang yang tidak mensyaratkan bahasa Inggris. Ini merupakan realita yang harus ditanggapi dengan legowo (terbuka hati) bahwa ternyata bahasa Inggris memang dominan di dunia ini (melebihi dominasi bahasa Asing lainnya, misa Arab, Mandarin, dan lain sebagainya).

Dari rentetan kondisi ini kemudian di tengah masyarakat khususnya akademisi dan praktisi muncul sebuah paradigma sesat, yang menganggap seseorang yang menguasai suatu bahasa asing tertentu (misalnya bahasa Inggris) bisa dikatakan merupakan seorang yang cerdas. Padahal jelas sekali kecerdasan itu luas, bahkan ada 8 kategori jenis kecerdasan.

Yang ingin saya katakan adalah bahwa mungkin memang ada benarnya saat seseorang menguasai banyak bahasa (bahkan polyglot misalnya), itu merupakan indikator kecerdasan. Tapi yang harus digarisbawahi dan dicetak tebal serta dimiringkan (mode italic) mungkin adalah bahwa kecerdasan yang dimaksud adalah dalam hal linguistik. Bukan kecerdasan secara jamak.

Sehingga sangat tidak arif tentunya ketika menilai seseorang cerdas, mumpuni, atau tidak hanya dengan menggunakan parameter kecerdasan berbahasa semata. Naif. Padahal dalam diri setiap orang sangat dimungkinkan memiliki kecerdasan lain yang jauh lebih dibutuhkan dalam situasi yang disyaratkan atau dikehendaki.

Seharusnya kita semua berwawasan luas dengan berprinsip pada kaidah bahwa bahasa asing tertentu just a language (hanya sekadar bahasa), not a parameter for measuring your intelligence or skills. Meskipun begitu tentunya kita juga harus berdewasa diri bahwa tidak bisa dipungkiri penguasaan bahasa asing adalah sebuah keharusan di era ini, karena sudah tuntutan jaman.

Meminjam petuah dari ahli bahasa Indonesia yang sangat terkenal di dunia Twitteriyan, yaitu Ivan Lanin. Begini bunyinya: "Utamakan bahasa Indonesia. Peliharalah bahasa daerah. Kuasai bahasa asing". Jadi, buat generasi yang akan datang dan generasi yang kebetulan belum telat, silakan terus belajar berbahasa secara baik. Apapun bahasa yang kalian sukai dan perlukan.

By the way, jika boleh tahu, andaikan angka 6 mewakili paling sulit ditelaah dan angka 10 mewakili sangat mudah ditelaah. Berapa angka yang menurut kalian tepat disematkan untuk tulisan ini? Mohon kesediannya memberikan rating dan ulasan (jika perlu). Selamat berlibur, selamat Waisak bagi yang merayakan! Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta. Semoga semua mahkluk berbahagia.

Robi C
Malang, 26 Mei 2021