Monday, February 12, 2018

Merawat Kerukunan dan Keberagaman

Akhir-akhir ini marak terjadi lagi kasus intoleransi di Indonesia. Sebut saja yang teranyar yaitu penyerangan gereja St. Lidwina di Gedog, Sleman provinsi Yogyakarta oleh seorang pria muda berparang, meskipun dalam tanda kutip belum diketahui apa motifnya. Kita ketahui bersama ditemukan banyak korban baik luka ringan hingga berat akibat penyerangan penuh kesetanan tersebut. Kasus ini masih sangat hangat dan sedang dalam pendalaman oleh pihak berwenang. Tentu ini menjadi hal yang sangat kontradiktif dengan apa yang pemerintah saat ini nyatakan di jendela internasional, yaitu telah terwujudnya masyarakat Indonesia yang sangat menjunjung tinggi nilai toleransi.

Kerukunan merupakan kebutuhan manusia baik sebagai individu ataupun golongan, yang tidak dapat dihindarkan di tengah perbedaan. Perbedaan yang ada bukan merupakan penghalang untuk hidup rukun dan berdampingan dalam bingkai persaudaraan dan persatuan. Kesadaran akan kerukunan hidup umat beragama yang ideal harus bersifat dinamis (lentur), humanis (lembut) dan demokratis, agar dapat ditransformasikan kepada masyarakat kalangan bawah atau akar rumput, sehingga kerukunan tersebut tidak hanya dapat dirasakan atau dinikmati oleh kalangan-kalangan atas saja.

Agama tidak bisa sendirian dan dianggap mutlak dapat memecahkan semua masalah persoalan dalam ruang publik. Agama hanya salah satu faktor pembantu penyelesaian dari kompleknya masalah kehidupan manusia. Mungkin yang paling penting dan mendasar di sini adalah karena agama memberikan sebuah arti dan tujuan hidup. Tetapi sekarang kita mengetahui bahwa untuk mengerti lebih dalam tentang agama perlu segi-segi lainnya, termasuk ilmu pengetahuan dan juga filsafat. Yang paling mungkin adalah mendapatkan pengertian yang mendasar dari agama-agama.
Jadi, keterbukaan satu agama terhadap agama lain hendaknya dipandang sebagai sangat penting.

Kalau kita masih mempunyai pandangan yang tertutup dan fanatik, bahwa hanya agama kita sendiri saja yang paling benar, maka itu menjadi penghalang yang paling berat dalam usaha memberikan sesuatu pandangan yang optimis kepada masyarakat. Namun ketika gesekan antar agama sering muncul sejak tahun 1950-an, maka muncul paradigma dan arah baru dalam pemikiran keagamaan di Indonesia. Orang tidak lagi bersikap negatif dan apriori terhadap agama lain. Bahkan mulai muncul pengakuan positif atas kebenaran agama lain yang pada gilirannya mendorong terjadinya saling pengertian.

Di masa lampau, kita berusaha menutup diri dari tradisi agama lain dan menganggap agama selain agama kita sebagai lawan yang sesat serta dalam diri kita dipenuhi kecurigaan terhadap berbagai aktivitas agama lain, maka dewasa ini kita bisa lebih mengedepankan sikap keterbukaan dan saling menghargai satu sama lain. Hal inilah yang menjadi dasar utama atau fondasi dalam mewujudkan impian kita yaitu terciptanya kerukunan antar umat yang beragam ini.

Jenis-Jenis Kerukunan Antar Umat Beragama:
• Kerukunan antar pemeluk agama yang sama, yaitu suatu bentuk kerukunan yang terjalin antar masyarakat penganut satu agama. Misalnya, kerukunan sesama orang Islam atau kerukunan sesama penganut Kristen. Kerukunan antar pemeluk agama yang sama juga harus dijaga agar tidak terjadi perpecahan, walaupun sebenarnya dalam hal ini sangat minim sekali terjadi konflik.
• Kerukunan antar umat beragama lain, yaitu suatu bentuk kerukunan yang terjalin antar masyarakat yang memeluk agama berbeda-beda. Misalnya, kerukunan antar umat Islam dan Kristen, antara pemeluk agama Kristen dan Budha, atau kerukunan yang dilakukan oleh semua agama. Kerukunan antar umat beragama lain ini cukup sulit untuk dijaga. Seringkali terjadi konflik antar pemeluk agama yang berbeda

Manfaat Kerukunan Antar Umat Beragama:
• Terciptanya suasana yang damai dalam bermasyarakat
• Toleransi antar umat Beragama meningkat
• Menciptakan rasa aman bagi agama-agama minoritas dalam melaksanakan ibadahnya masing-masing
• Meminimalisir konflik yang terjadi yang mengatasnamakan agama
• Terwujudnya kepercayaan dunia internasional pada perilaku masyarakat Indonesia yang terbukti mendukung terciptanya perdamaian internasional


Cara Menjaga Kerukunan Antar Umat Beragama:
Lantas bagaimana cara merawat sekaligus menjaga kerukunan tersebut? Hemat saya adalah dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi antar umat beragama di Indonesia. Baik yang merupakan pemeluk agama yang sama, maupun dengan yang berbeda agama. Rasa toleransi bisa berbentuk dalam macam-macam perwujudan. Misalnya seperti pembangunan tempat ibadah oleh pemerintah, tidak saling mengejek dan mengganggu umat lain dalam interaksi sehari-harinya, atau memberi waktu dan kesempatan pada umat lain untuk beribadah bila memang sudah waktunya mereka melakukan ibadah.

Banyak hal yang bisa dilakukan untuk menunjukkan sikap toleransi. Hal ini sangat penting demi menjaga tali kerukunan umat beragama di Indonesia, karena jika rasa toleransi antar umat beragama di Indonesia sudah tinggi, maka konflik-konflik yang mengatasnamakan agama di Indonesia dengan sendirinya akan berkurang ataupun hilang sama sekali. Sekali lagi, ini bukanlah tidak mungkin diwujudkan. Selama ada komitmen dari kita semua saya pikir sangat mungkin terwujud dalam waktu dekat ini.

Selain dari pada itu, kita juga bisa melakukan sikap siap sedia membantu sesama dalam keadaan apapun dan tanpa melihat status orang tersebut. Jangan melakukan perlakuan diskriminasi terhadap suatu agama, terutama saat mereka membutuhkan bantuan. Misalnya, di suatu daerah di Indonesia mengalami bencana alam. Kebetulan mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama Kristen. Bagi anda yang memeluk agama lain, jangan lantas malas dan enggan untuk membantu saudara sebangsa yang sedang kesusahan hanya karena perbedaan agama. Justru dengan membantu mereka yang kesusahan, kita akan mempererat tali persaudaraan sebangsa dan setanah air, sehingga secara tidak langsung akan memperkokoh persatuan Indonesia.

Hormatilah selalu orang lain tanpa memandang agama apa yang mereka anut. Misalnya dengan selalu berbicara halus dan sopan kepada siapapun, ini contoh yang sangat sederhana. Biasakan pula untuk menomorsatukan sopan santun dalam beraktivitas sehari-hari di tengah masyarakat, terlebih lagi bisa menghormati orang lain tanpa memandang perbedaan yang ada. Hal ini tentu akan mempererat kerukunan umat beragama di Indonesia. Kita semua harus optimis ini bisa diwujudkan.

Bila terjadi masalah yang membawa nama agama, tetap selesaikan dengan kepala dingin dan penuh kedamaian, tanpa harus saling tunjuk dan menyalahkan, ini kuncinya. Para pemuka agama, tokoh masyarakat, dan pemerintah sangat diperlukan perannya dalam pencapaian solusi terbaik dan tidak merugikan pihak-pihak manapun, atau mungkin malah dengan peran mereka sebisa mungkin dicapai solusi yang menguntungkan semua pihak. Hal ini sangat diperlukan karena kita ketahui bersama negeri kita Indonesia tercinta ini karakter masyarakatnya sangat beragam.

Demikianlah sedikit ulasan mengenai pentingnya merawat kerukunan dan keberagaman yang bisa kembali kita jadikan refleksi atas maraknya isu intoleransi dalam kehidupan bermasyarakat, baik dalam bentuk perwujudannya sebagai masyarakat sosial, budaya, ataupun agama. Semoga generasi muda dan generasi yang akan datang semakin mampu berfikir secara rasional dan nalar, semakin mencintai negeri ini, semakin dewasa dalam berperilaku sehingga kasus-kasus intoleransi di Indonesia tidak lagi terjadi. Ini penting untuk menjadi periksa bagi kita semua masyarakat umum terlebih lagi bagi unsur yang berkepentingan di dalamnya.

Wallahu a'lam bisshowab.

Saturday, February 10, 2018

Macam Majas (Gaya Bahasa): Bahasa Indonesia

Pengertian Majas

Majas adalah gaya bahasa yang digunakan penulis untuk menyampaikan sebuah pesan secara imajinatif dan kias. Hal ini bertujuan membuat pembaca mendapat efek tertentu dari gaya bahasa tersebut yang cenderung ke arah emosional. Biasanya, majas bersifat tidak sebenarnya alias kias ataupun konotasi.
Mengenai macam-macamnya, majas dapat dibagi menjadi empat kelompok besar, yaitu majas perbandingan, pertentangan, sindiran, dan penegasan. Mari kita simak ulasannya secara mendalam.

Majas Perbandingan

Jenis majas ini merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk menyandingkan atau membandingkan suatu objek dengan objek lain melalui proses penyamaan, pelebihan, ataupun penggantian. Dalam majas perbandingan, teman-teman akan menjumpai beberapa subjenisnya.
1. Personifikasi
Gaya bahasa ini seakan menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap layaknya manusia.
Contoh Majas: Daun kelapa tersebut seakan melambai kepadaku dan mengajakku untuk segera bermain di pantai.
2. Metafora
Yaitu meletakkan sebuah objek yang bersifat sama dengan pesan yang ingin disampaikan dalam bentuk ungkapan.
Contoh: Pegawai tersebut merupakan tangan kanan dari komisaris perusahaan tersebut. Tangan kanan merupakan ungkapan bagi orang yang setia dan dipercaya.
3. Asosiasi
Yaitu membandingkan dua objek yang berbeda, namun dianggap sama dengan pemberian kata sambung bagaikan, bak, ataupun seperti.
Contoh: Kakak beradik itu bagaikan pinang dibelah dua. Artinya, keduanya memiliki wajah yang sangat mirip.
4. Hiperbola
Yaitu mengungkapkan sesuatu dengan kesan berlebihan, bahkan hampir tidak masuk akal.
Contoh: Orang tuanya memeras keringat agar anak tersebut dapat terus bersekolah. Memeras keringat artinya bekerja dengan keras.
5. Eufemisme
Gaya bahasa yang mengganti kata-kata yang dianggap kurang baik dengan padanan yang lebih halus.
Contoh: Tiap universitas dan perusahaan sekarang diwajibkan menerima difabel. Difabel menggantikan frasa “orang cacat”.
6. Metonimia
Yaitu menyandingkan merek atau istilah sesuatu untuk merujuk pada pada benda umum.
Contoh: Supaya haus cepat hilang, lebih baik minum Aqua. Aqua di sini merujuk pada air mineral.
7. Simile
Hampir sama dengan asosiasi yang menggunakan kata hubungan bak, bagaikan, ataupun seperti; hanya saja simile bukan membandingkan dua objek yang berbeda, melainkan menyandingkan sebuah kegiatan dengan ungkapan.
Contoh: Kelakuannya bagaikan anak ayam kehilangan induknya.
8. Alegori
Yaitu enyandingkan suatu objek dengan kata-kata kiasan.
Contoh: Suami adalah nakhoda dalam mengarungi kehidupan berumah tangga. Nakhoda yang dimaksud berarti pemimpin keluarga.
9. Sinekdok
Gaya bahasa terbagi menjadi dua bagian, yaitu sinekdok pars pro toto dan sinekdok totem pro parte. Sinekdok pars pro toto merupakan gaya bahasa yang menyebutkan sebagian unsur untuk menampilkan keseluruhan sebuah benda. Sementara itu, sinekdok totem pro parte adalah kebalikannya, yakni gaya bahasa yang menampilkan keseluruhan untuk merujuk pada sebagian benda atau situasi.
Contoh:
• Pars pro Toto: Hingga bel berbunyi, batang hidung Reni belum juga kelihatan.
• Totem pro Parte: Indonesia berhasil menjuarai All England hingga delapan kali berturut-turut.
10. Simbolik
Gaya bahasa yang membandingkan manusia dengan sikap makhluk hidup lainnya dalam ungkapan.
Contoh: Perempuan itu memang jinak-jinak merpati.

Majas Pertentangan

Majas pertentangan merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata-kata kias yang bertentangan dengan maksud asli yang penulis curahkan dalam kalimat tersebut. Jenis ini dapat dibagi menjadi beberapa subjenis, yakni sebagai berikut.
1. Litotes
Berkebalikan dengan hiperbola yang lebih ke arah perbandingan, litotes merupakan ungkapan untuk merendahkan diri, meskipun kenyataan yang sebenarnya adalah yang sebaliknya.
Contoh: Selamat datang ke gubuk kami ini. Gubuk memiliki artian sebagai rumah.
2. Paradoks
Yaitu membandingkan situasi asli atau fakta dengan situasi yang berkebalikannya.
Contoh: Di tengah ramainya pesta tahun baru, aku merasa kesepian.
3. Antitesis
Yaitu memadukan pasangan kata yang artinya bertentangan.
Contoh: Film tersebut disukai oleh tua-muda.
4. Kontradiksi Interminis
Gaya bahasa yang menyangkal ujaran yang telah dipaparkan sebelumnya. Biasanya diikuti dengan konjungsi, seperti kecuali atau hanya saja.
Contoh: Semua masyarakat semakin sejahtera, kecuali mereka yang berada di perbatasan.

Majas Sindiran

Majas sindiran merupakan kata-kata kias yang memang tujuannya untuk menyindir seseorang ataupun perilaku dan kondisi. Jenis ini terbagi menjadi tiga subjenis, yaitu sebagai berikut.
1. Ironi
Yaitu menggunakan kata-kata yang bertentangan dengan fakta yang ada.
Contoh: Rapi sekali kamarmu sampai sulit untuk mencari bagian kasur yang bisa ditiduri.
2. Sinisme
Yaitu menyampaikan sindiran secara langsung.
Contoh: Suaramu keras sekali sampai telingaku berdenging dan sakit.
3.Sarkasme
Yaitu menyampaikan sindiran secara kasar.
Contoh: Kamu hanya sampah masyarakat tahu!

✓ Majas Penegasan

Majas penegasan merupakan jenis gaya bahasa yang bertujuan meningkatkan pengaruh kepada pembacanya agar menyetujui sebuah ujaran ataupun kejadian. Jenis ini dapat dibagi menjadi tujuh subjenis, yaitu sebagai berikut.
1. Pleonasme
Yaitu menggunakan kata-kata yang bermakna sama sehingga terkesan tidak efektif, namun memang sengaja untuk menegaskan suatu hal.
Contoh: Ia masuk ke dalam ruangan tersebut dengan wajah semringah.
2. Repetisi
Gaya bahasa ini mengulang kata-kata dalam sebuah kalimat.
Contoh: Dia pelakunya, dia pencurinya, dia yang mengambil kalungku.
3. Retorika
Yaitu memberikan penegasan dalam bentuk kalimat tanya yang tidak perlu dijawab.
Contoh: Kapan pernah terjadi harga barang kebutuhan pokok turun pada saat menjelang hari raya?
4. Klimaks
Yaitu mengurutkan sesuatu dari tingkatan rendah ke tinggi.
Contoh: Bayi, anak kecil, remaja, orang dewasa, hingga orang tua seharusnya memiliki asuransi kesehatan.
5. Antiklimaks
Berkebalikan dengan klimaks, gaya bahasa untuk antiklimaks menegaskan sesuatu dengan mengurutkan suatu tingkatan dari tinggi ke rendah.
Contoh: Masyarakat perkotaan, perdesaan, hingga yang tinggi di dusun seharusnya sadar akan kearifan lokalnya masing-masing.
6. Pararelisme
Gaya bahasa ini biasa terdapat dalam puisi, yakni mengulang-ulang sebuah kata dalam berbagai definisi yang berbeda. Jika pengulangannya ada di awal, disebut sebagai anafora. Namun, jika kata yang diulang ada di bagian akhir kalimat, disebut sebagai epifora.
Contoh majas: Kasih itu sabar.
Kasih itu lemah lembut.
Kasih itu memaafkan.

7. Tautologi
Yaitu menggunakan kata-kata bersinonim untuk menegaskan sebuah kondisi atau ujaran.
Contoh: Hidup akan terasa tenteram, damai, dan bahagia jika semua anggota keluarga saling menyayangi.

Demikian ulasan secara mendalam tentang berbagai jenis gaya bahasa (majas) dalam bahasa Indonesia. Mari kita bertutur kata dalam lisan ataupun tulisan dengan menggunakan gaya bahasa yang menarik, agar apa yang kita sampaikan menjadi lebih indah dibaca ataupun didengar.