Friday, April 16, 2021

INDUSTRY: MENGENAL SMED (SINGLE MINUTES EXCHANGE DIES)

SMED adalah salah satu metode improvement dari Lean Manufacturing yang digunakan untuk mempercepat waktu yang dibutuhkan untuk melakukan set-up pergantian dari memproduksi satu jenis produk ke model produk lainnya.

Konsep SMED di munculkan di tahun 1960an oleh Shigeo Shingo sebagai salah satu founder dari Toyota Production System. Tujuan yang ingin dicapai adalah berusaha untuk mempercepat waktu set-up diproses moulding body mobil.

Dari data Shigeo Shingo selama melaksanakan metode SMED untuk mempercepat waktu setup changeover, hasil improvement yang dicapai adalah mengurangi waktu set-up changeover sampai di angka 97%, sebuah angka yang drastis dan fantastis!

Dampak positif dari hasil improvement SMED ini bukan hanya tentang cepatnya waktu changeover, tapi juga dampak luar biasa lainnya seperti menurunkan lot size yang artinya juga menurunkan jumlah inventory produksi, yang juga berarti pula menurunkan jumlah working capital dan memperbaiki cash cycle.

Empat langkah utama dalam SMED adalah sebagai berikut:

1. Observasi dan dokumentasi langkah-langkah setup yang sekarang.
2. Memisahkan set up internal (uchi dandori) dan external setup (soto dandori).
3. Memindahkan set up internal menjadi set up external.
4. Menjadikan set up internal lebih cepat.
5. Hilangkan adjustment internal pada setup.

Apakah kalian terbiasa dengan metode ini? Mari diskusi.

Saturday, April 10, 2021

INDUSTRY: MENGENAL SCW (STOP CALL WAIT)

Sudahkah kita familiar dengan metode SCW/SPT?

SCW yang berarti Stop-Call-Wait atau dalam terminologi bahasa Indonesia dikenal dengan SPT (Stop-Panggil-Tunggu) merupakan sebuah metode sederhana turunan dari penggunaan sistem Jidoka (otomatisasi) dalam TPS (Toyota Production System). Seperti apa sih kinerja dari metode sederhana ini?

Jadi dalam konsep penerapan Jidoka, hubungan antara manusia dan mesin sangat erat kaitannya. Sehebat apapun otomatisasi mustahil sebuah peralatan/mesin sanggup lepas dari peran manusia (man power). Dari sini maka dibutuhkan sebuah ketrampilan operator dalam mendeteksi sebuah ketidaknormalan (abnormal).

Metode SCW/SPT membantu kombinasi antara manusia dan peralatan/mesin bekerja sesuai standar yang ada. Tujuannya tentu sangat lah penting, yaitu agar jangan sampai terjadi kesalahan yang fatal baik produk atau prosesnya. Terlebih lagi jangan sampai terdapat potensi yang membahayakan manusia/operatornya. Mari ber-SCW/SPT! 

Dalam TPS (Toyota Production System) kita mengenal dua pilar pokok yaitu Just In Time dan Jidoka, dalam bahasa Indonesia Jidoka berarti otomatisasi. Dalam ruang lingkup proses manufaktur, proses otomatisasi akan memunculkan beberapa turunan metode/alat misalnya saja Pokayoke (Proofing Mistake), Andon (Sinyal Informasi), dan kemudian dari situ muncul sebuah metode yang sangat familiar yaitu SCW atau kita kenal dengan STOP-CALL-WAIT, atau dalam bahasa Indonesia yaitu SPT (STOP-PANGGIL-TUNGGU). Bagaimana kinerja dari metode SCW ini? Mari kita pelajari bersama.

Abnormal adalah kondisi di mana proses kerja atau produk tidak sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, ketetapan ini misalnya dalam bentuk SOP, Work Instruction, SOM, dll. SCW (SPT) digunakan saat operator bekerja dan menemui kondisi abnormal baik pada proses kerja atau produk. Kenapa harus dilakukan SCW (SPT)? Tentu tujuannya untuk meminimalisir jumlah defect, mencegah kerusakan mesin, dan mencegah kecelakaan kerja. Metodenya cukup sederhana. Seperti apa?

Gambar: SCW in Poster
  1. Hentikan mesin atau proses kerja saat menemukan kondisi abnormal, baik berupa abnormal proses atau pun produk. Ini sangat penting segera dilakukan agar skala abnormal tidak meluas.
  2. Memanggil pimpinan atau atasan dalam regu/grup kerja di bagiannya untuk bersedia datang ke lokasi terjadinya abnormal. Dengan cara memanggil langsung atau menggunakan tombol andon, tergantung situasi yang ada.
  3. Menunggu dan tidak melakukan apapun sampai ada keputusan selanjutnya setelah pimpinan/atasan melakukan cek/perbaikan pada kondisi abnormal tersebut. Tunggu instruksi selanjutnya.