Saturday, January 12, 2019

Sekelumit Catatan; Hadapi MUSNIK VII

Masih segar dalam ingatan kita bersama tentang bagaimana tiga tahun yang lalu kepengurusan PUK (Pelaksana Unit Kerja) FSPMI PT. NSK dipilih dan terbentuk pada MUSNIK VI (ke enam) di Bandung. Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat bukan? Kita semua terhenyak dalam kondisi menua tanpa sadar, semakin meringkih dari segi kekuatan baik fisik ataupun kemampuan mengingat dan daya nalar. Masih semangat kah hari ini? Relatif tentu. Pada umumnya semangat itu tetap ada selama harga Vanessa Angela masih bisa menurun. Eh, maaf penulis bercanda.

Mari kita sedikit me-refresh (mengingatkan kembali) sekelumit tentang apa itu serikat pekerja. Meskipun jujur saja dalam pandangan penulis hal fundamental seperti ini tak selayaknya dibahas ulang, apalagi untuk seorang anggota dari sebuah organisasi serikat pekerja yang sudah puluhan tahun malang melintang menunjukkan eksistensinya baik di lingkungan perusahaan sendiri atau di lingkungan kawasan industri. Penulis pikir akan mubah (sia-sia) jika terlalu panjang membahasnya, tapi di satu sisi juga penting mengingatnya kembali sebagai refleksi, maka ringkas saja.

UUD Republik Indonesia tahun 1945 pasal 28E ayat (3) UU nomor 21 tahun 2000 adalah dasar utama sekaligus payung hukum terkuat tentang serikat pekerja. Penulis meyakini semua warga negara yang baik (baik operator atau supervisor sekalipun) tentu seyogyanya akan memahami dan mendukung keberadaan serikat pekerja di dalam hubungan industrial ataupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat sendiri. Peran serikat pekerja dalam membantu menyejahterakan anggotanya tentu sudah tidak perlu diragukan lagi. Adakah yang masih ingin menyanggah? Penulis pikir hanya manusia dungu (maaf) yang akan nekat menyanggah fakta tersebut.

Tanggal 1 Mei 1886 di Kota Chicago, Amerika Serikat terjadi demonstrasi besar-besaran dari para kaum buruh yang ditindas kaum kapitalis. Di hari bersejarah itulah konvensi ILO (Internationally Labour Organization) tahun 1889 di Kota Perancis menyatakan bahwa tanggal 1 Mei ditetapkan sebagai hari buruh internasional. Tak terkecuali buruh di Indonesia, setiap tanggal tersebut selalu dijadikan sebagai wadah untuk memperingati sekaligus menyuarakan suara-suara jeritan kaum buruh. Dalam hal ini alhamdulillah PUK FSPMI PT. NSK cukup komitmen aktif mengikuti dan menjadi agenda wajib di setiap tahunnya.

Kembali ke paragraf pertama tulisan ini menyoal MUSNIK. Bagi mereka yang masih awam atau mereka yang sebenernya sudah faham akan tetapi kebetulan menderita pikun (lupa ingatan) marilah penulis ajak untuk sedikit mengingat kembali apakah yang di maksud dengan MUSNIK. MUSNIK adalah sebuah akronim (kependekan kata) dari Musyawarah Unit Kerja. Adapun MUSNIK itu sendiri adalah sebagai rapat tertinggi organsiasi serikat pekerja di level PUK (Pelaksana Unit Kerja). Salah satu tujuan MUSNIK yang terpenting tidak lain tidak bukan adalah memilih kepengurusan yang baru, disamping membahas banyak hal seputar revisi (perubahan) peraturan organisasi, dan lain-lain tentunya.

Kurang dari tiga bulan ke depan dari tulisan ini mulai dituangkan melalui keyboard oleh penulis, PUK FSPMI PT. NSK akan menjalankan sebuah agenda besar yaitu rapat tertinggi organsiasi, MUSNIK VII (ke tujuh). Adapun susunan kepanitiaan sudah terbentuk secara rapi di awal bulan Januari ini. Mulai dari siapa-siapa yang akan menjadi bagian dari OC (organizer committee), PPS (panitia pemungutan suara), SC (steering committee). Penulis mengira hanya PPS saja yang tidak memiliki istilah sekeren OC atau SC, tapi penulis yakin meski istilahnya tidak kebarat-baratan alias tidak keminggris tapi PPS lah yang pada MUSNIK VII nanti akan dibuat menjadi unsur kepanitiaan paling pusing.

Kenapa paling pusing? Tentu karena masa depan perusahaan dan masa yang akan datang sangat sulit diprediksi. Menjaring dan memilih pucuk tertinggi dari pimpinan organisasi serikat pekerja bukanlah hal remeh temeh. Masa depan perusahaan tentu juga merupakan masa depan organisasi serikat pekerja, pun sebaliknya. Keduanya saling berkorelasi dan bersimbiosis (saling bergantung satu sama lain). Di tahun-tahun penuh spekulasi bisnis seperti ini kita semua tidak pernah tahu direksi perusahaan ini akan membawa ke arah mana gaya dan ritme bisnisnya. Kita ketahui bersama dunia bisnis saat ini sedang dihadapkan pada apa yang banyak orang sebut dengan istilah Revolusi Industri 4.0.

Apakah itu Revolusi Industri 4.0? Singkat cerita adalah perubahan besar-besaran tentang model bisnis industri yang saat ini masih bergantung pada man power (tenaga manusia) menjadi lebih bergantung pada robotic, automation, supercomputer dan sejenisnya. Mari kita ambil contoh dalam dunia bisnis di luar sana. Misalkan saja seperti yang kita ketahui dulu penjaga gate (pintu) jalan toll adalah manusia, pekerja. Kini? Mata kita terbelalak saat PT. Jasa Marga harus mereduksi (mengurangi) sebagian banyak karyawannya karena ternyata peran pekerja di sini sudah tergantikan oleh apa yang disebut dengan sistem E-Toll (elektronik tol). Hanya dengan menempelkan E-Monay (duit elektronik) makjlebbb pintu tol membuka dengan sendirinya. Keren ya? Ya! Memang!

Contoh di dalam bisnis perusahaan kita (PT. NSK) pun sebenernya juga sudah ada, saat bagaimana dulu man power (tenaga manusia) masih dipakai sebagai tenaga ahli visual cek produk di bagian assembly (perakitan) misalnya, kini perlahan tapi pasti teknologi mutakhir berupa sensor kamera sudah diterapkan untuk mengganti melakukan visual cek produk kita terlepas apakah ini sudah optimum atau belum. Ekspansi serupa di berbagai bidang tahapan proses produksi tentu tidak menutup kemungkinan akan dilakukan, intinya mana yang paling efesien adalah itu yang akan diterapkan oleh seorang pelaku bisnis. Penulis pikir ini logika yang sangat sederhana, karena memang seperti itu prinsip tunggal yang dipegang oleh pelaku bisnis. Produksi sebanyak mungkin dan laku keras dengan biaya semurah mungkin. Clear ndak usah dibantah!

Mari kita kembali ke soal MUSNIK VII di atas tadi. Bagaimana kira-kira tantangan ke depan yang sudah disajikan oleh penulis? Sudah berkesan mengerikan atau belum? Apakah perlu penulis sajikan gambaran yang lebih membuat pembaca semakin bergairah? Di lain kesempatan mungkin bisa penulis jelaskan secara rinci, tidak untuk saat ini. Melalui tulisan singkat ini penulis hanya ingin mengajak anda, saudara, kawan-kawan, pembaca yang budiman semuanya lah pokok untuk merenungi kalimat di paragraf setelah ini.

Dalam rangka menghadapi Revolusi Industri 4.0 mendatang tidak ada pilihan lain yang bisa dilakukan oleh pelaku bisnis, serikat pekerja, pekerja, selain bahu-membahu secara bersama-sama bersinergi menyatukan kesepakatan bahwa bisnis harus tetap berjalan dan pekerja sebagai aset utama perusahaan tetap harus sejahtera. Caranya bagaimana? Secara teoritis dan umum yaitu dengan terus membangun komunikasi efektif antara pelaku bisnis - serikat pekerja - pekerja. Pelaku bisnis harus memikirkan model bisnis yang terbaik tanpa melupakan kesejahteraan pekerjanya, sedangkan serikat pekerja harus komitmen juga mendorong anggotanya untuk terus belajar dan tanggap terhadap perubahan. Semuanya bertanggung jawab merespon perubahan global ini. Begitu kata begawan ekonomi Asia, Yasoyuki Sawadawa dalam keterangannya di koran digital Jakarta Post, 2019.

Melalui tulisan ini juga dalam rangka memanaskan gairah MUSNIK VII sekaligus dalam rangka untuk mengetuk hati juga pikiran semua pembaca, penulis mengajak marilah bersama-sama sukseskan MUSNIK VII yang tinggal beberapa bulan ke depan. Baca berulang-ulang jika masih saja tulisan ini sulit dipahami apa inti sari yang ingin disampaikan penulis. Jika sudah membaca berulang kali akan tetapi masih belum mencapai titik paham tentang intisari dari tulisan ini, mungkin sudah saatnya saudara mengulang-ulang kalimat istighfar saja. Barangkali memang sudah saatnya mati (hatinya). Atau siapa tahu dengan perbanyak istighfar hati dan pikiran saudara menjadi jernih dan kemudian bergegas memberikan sumbangsihnya untuk kelangsungan organisasi serikat pekerja, yang secara tidak langsung itu juga akan membantu iklim bisnis perusahaan ini tetap berjalan sesuai cita-cita. Sejahtera!

Waallahu alam bisshowab (semua kebenaran kembali kepada-Nya).


Bekasi, 12 Januari 2019
Robi Cahyadi
Buruh sekaligus penggiat literasi