Monday, December 26, 2022

MANUFAKTUR: MENGENAL BRIX

Brix merupakan derajat satuan untuk menggambaran jumlah atau kadar kandungan gula (zat padat) yang terlarut dalam larutan air. Zat padat termasuk gula (sukrosa, glukosa dan fruktosa), pektin, asam organik, dan asam amino, seluruhnya berkontribusi pada nilai Brix.

Brix disimbolkan dengan °Bx atau °Brix. Umumnya Brix digunakan untuk menghitung persentase gula dalam buah dan sayur serta persentase gula dalam produk pangan. Hal ini dikarenakan gula adalah padatan terlarut yang paling melimpah dalam produk pangan. Oleh karena itu, nilai Brix paling banyak difungsikan untuk memperkirakan kandungan gula dalam buah dan sayuran, baik bentuk produk jadi maupun bahan mentah.

Kandungan gula, tentu saja memengaruhi rasa manis, yang biasanya menjadi komponen penting penilaian konsumen terhadap kualitas produk. Akan tetapi penting untuk dicatat bahwa rasa manis dapat dikalahkan oleh aspek rasa lainnya. Oleh karena itu, nilai Brix yang tinggi tidak menjamin rasa yang manis.

Ilustrasi: refractometer sebagai alat uji nilai brix dan salinitas

Sebaliknya, nilai Brix yang lebih rendah juga tidak selalu berarti produk tersebut kekurangan kadar gula. Satu derajat Brix setara dengan 1 gram sukrosa dalam 100 gram larutan, namun jika larutan mengandung padatan terlarut selain sukrosa maka derajat Brix hanya dapat diperkiran mendekati kandungan padatan terlarut lainnya.

Begitu juga dengan nilai 10 °Bx sama artinya dengan 10 gram gula dalam 100 gram larutan. Perhitungan Brix seperti ini biasanya dilakukan dengan bantuan alat yang disebut piknometer. Piknometer adalah alat yang terbuat dari bahan kaca mirip dengan botol kecil yang dilengkapi degan tutup dan lubang kapiler, difungsikan untuk menghitung massa jenis suatu cairan yang kemudian disesuaikan dengan tabel indeks Brix.

Namun jarang yang memilih menggunakan alat piknometer untuk menghitung Brix di era industri saat ini. Hal ini dikarenakan alat piknometer menggunakan botol kaca yang pasti rawan mengalami kecelakaan teknis, juga lebih sulit dibersihan. Hasil dari piknometer juga kurang akurat sehingga perlu menguji sampel berulang kali yang tentu akan memakan waktu cukup lama.

Wednesday, November 9, 2022

MANUFAKTUR: KAPASITAS PRODUKSI

Production Capacity

Meningkatkan production capacity sama dengan meningkatkan profit

Production capacity atau kapasitas produksi, merupakan hal paling mendasar yang harus diketahui dan dikuasai oleh seorang foreman atau orang-orang terdepan di lini produksi. Bukan sebaliknya, orang produksi yang malah bertanya balik ke bagian planning atau perencanaan (PPIC misalnya). Ini yang harus diluruskan.

Yang seharusnya wajar terjadi adalah orang bagian planning mengkonfirmasi ke orang produksi berapa sebenarnya kapasitas produksi saat ini? Bisa berbasis daily, weekly, monthly, bahkan detail ke per jam per shift dan seterusnya. Akan aneh jika yang terjadi adalah sebaliknya, orang produksi bertanya atau nurut apa kata planner.

Kapasitas produksi secara istilah dapat kita definisikan sebagai volume atau jumlah produk yang dapat dihasilkan oleh equipments dan sumber daya yang ada dalam periode waktu tertentu. Boundary waktu di sini penting karena berkaitan dengan planning, harus jelas batasan waktunya.

Saya akan ambil kiasan langsung seperti ini, dalam sebuah pabrik mobil tayo terdapat 10 assembly line rangkaian mesin atau equipments yang per line-nya mampu diset dengan kecepatan maksimum menghasilkan 10 unit mobil tayo per menit. Berapa kapasitas produksi di pabrik mobil tayo ini?

Secara hitungan sederhana kita akan menjawab kapasitas maksimum di pabrik tersebut adalah 100 unit mobil tayo per menit karena terdapat 10 assembly line, atau setara 6000 unit mobil tayo per jam. Karena pemahamannya baru sebatas di kapasitas maksimum maka jawaban ini terlanjur dijadikan acuan plannning, maka yang terjadi adalah bubar alias tidak capai target.

Kenapa begitu? Bukannya sangat jelas sekali kapasitas produksinya secara matematis dihitung demikian tadi? Oh tidak! Tidak terhenti di situ saja, ada banyak faktor lain yang juga harus dijadikan variabel dalam perhitungan kapasitas sesungguhnya. Mulai dari alokasi planned downtimenya, antisipasi unplanned downtimenya, dan sebagainya sehingga ketemu teoritical capacity.

Lalu bagaimana cara menentukan kapasitas produksi yang paling ideal agar presisi antara planning dan aktual output? Ndak tahu, lebih baik kita belajar lagi saja karena katanya belajar itu tidak mengenal batas usia. Ada lagunya: “Belajar mengaji tak pandang usia iman terpuji di mana-mana, Pandowo FM sanggar budaya teman setia kapan pun juga”.

Pesan yang ingin saya sampaikan sederhana; jadi orang produksi harus paham betul soal production capacity. Bisa membedakan antara teoritical capacity dan actual capacity, kemudian bisa mengargumentasikannya secara mudah untuk dimengerti. Bukannya malah mudah berstatement alias asal muni, itu dulu keywordnya.

Saturday, October 15, 2022

MANUFAKTUR: MENGENAL TRACEABILITY DALAM FOOD INDUSTRY

TRACEABILITY DALAM INDUSTRI MAKANAN

Salah satu syarat food industry dalam menjalankan produksinya adalah dengan memenuhi standar keamanan pangan. Keamanan pangan sendiri dapat didefinisikan sebagai upaya yang diperlukan industri makanan untuk mencegah produknya dari kemungkinan tiga cemaran, yaitu cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu (foreign materials).

Berdasarkan landasan keamanan pangan ini maka diperlukan satu alat khusus dalam industri pangan untuk melacak aliran proses produknya ketika sedang dalam masalah saat sudah dilempar ke konsumen. Traceability atau keterlacakan bertujuan memastikan dan menjamin semua tahapan dalam aliran proses dapat diketahui secara transparan.


Baru-baru ini kita mendengar kabar yang cukup mengejutkan saat salah satu produsen mi instan yang berasal dari Indonesia mengalami masalah recall product dari peredaran. Penarikan produk yang sudah terlanjur beredar di market Hongkong ini diduga kuat akibat adanya temuan kandungan pestisida dan etilen oksida dalam sampel produk. Kita tentu memahami dengan baik bagaimana bahaya pestisida jika terkonsumsi ke dalam tubuh. Secara tidak sengaja jika terkonsumi, pestisida dapat meracuni.

Sering tanpa disadari bahan kimia beracun tersebut masuk ke dalam tubuh seseorang tanpa menimbulkan rasa sakit yang mendadak dan mengakibatkan keracunan kronis. Maka dalam rangka membuktikan bahwa aliran proses produksi sebuah produk pangan bermasalah yang terlanjur dijual di pasaran tentunya dengan adanya sistem traceability (keterlacakan). System traceability yang kuat dan easy-trace tentu menjadi hal yang wajib dimiliki oleh sebuah industri makanan.

Dalam aplikasi di lapangan traceability system bisa menggunakan full manually recording yang pada umumnya dalam bentuk checksheet kertas atau pun full processing and traceability software. Tentunya juga memungkinkan menggunakan kombinasi keduanya, tergantung pada kemampuan masing-masing pelaku industri makanan.

Sistem keterlacakan yang baik juga akan membantu pelaku industri makanan untuk mendapatkan berbagai benefit, antara lain:

• Mengurangi biaya yang dikeluarkan akibat penarikan produk dari pasaran (product recall)
• Menyusun langkah-langkah perbaikan untuk menghindari terulangnya product recall
• Mengidentifikasi masalah dan menghindari terjadinya pinalty akibat kesalahan produksi
• Meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap merek yang diproduksi/dijual
• Meningkatkan efisiensi proses produksi dan kendali mutu, terutama dalam hal penggunaan bahan baku produksi, karakteristik produk dan data. Mengenai jumlah persediaan bahan baku.

Lalu siapa saja yang harus terlibat dalam menentukan dan merancang traceability system yang baik? Quality Assurance saja kah? Tentu saja tidak, orang-orang di bagian produksi tentu dibutuhkan perannya karena yang setiap hari bersentuhan langsung dengan proses produksi dan masalah demi masalah di lapangan/genba/shopfloor.

Tuesday, August 23, 2022

MECHANICAL: MENGHITUNG BUDOMARI

Menghitung budomari (yield) itu tidaklah mudah, secara teori sangat sederhana seperti penjelasan di info grafik berikut ini. Tapi menghitung aktual dan meningkatkan nilainya di lapangan sangatlah rumit karena ada banyak variabel yang mempengaruhi fluktuasi nilainya.

Infographic: Budomari

Apa sih budomari itu? Kenapa kita harus tahu dan perlu untuk menghitungnya? Penjelasannya akan sangat panjang dan tidak cukup dituangkan ke dalam satu frame info grafik. Setidaknya dengan info grafik sederhana ini kita bisa mendapatkan gambaran awalnya.

Budomari merupakan istilah dalam bahasa Jepang di dunia industri khususnya manufaktur, yang berarti jumlah total barang baik yang digunakan. Pada umumya budomari dihitung dengan cara mengambil persentasi dengan membandingkan antara total barang baik yang digunakan dan semua total barang yang digunakan atau diproduksi.

Jadi, semakin besar nilai persentase budomari maka semakin baik? Tentu saja. Mari kita tingkatkan nilai budomari kita! Apapun jenis industri manufaktur yang kita tekuni. Dengan cara apa? Membuat barang bagus sebanyak mungkin dari total barang yang diproduksi. Meminimalkan barang tidak bagus (reject, defect, dan lainnya).

Saya akan memberikan ilustrusi singkat tentang menghitung budomari ini, berikut ini penjelasannya. Misalkan sebuah pabrik A memproduksi tuna kaleng berbahan dasar ikan tuna segar. Dalam satu kilogram raw material tuna segar didapatkan 450 gram raw material yang bagus dan bisa dipakai untuk produksi, karena sisanya yang 650 gram terbuang dalam bentuk duri, tulang, kepala, belly meat (perut), kulit.

Jadi berapa budomari untuk satu kilogram raw material tuna segar ini? Sangat mudah jawabannya. Yaitu 450 gram raw material baik yang bisa dipakai dibagi dengan total 1 kg (1000 gram) raw material awal dan dipersenkan. Jawabannya 45%. Jadi budomari untuk 1 kg tuna segar sebagai raw material hanya 45% saja.

Tapi sayangnya yang menjadi persolan, budomari tidak dihitung per satu kilogram raw material. Di atas hanyalah contoh saja, perhitungan budomari tentunya secara akumulasi dari seluruh total raw material yang digunakan, ini yang membuat budomari tidak mudah untuk dikendalikan, karena per ekor tuna segar memiliki budomari yang berbeda-beda pula tentunya.

Sunday, August 7, 2022

MECHANICAL: MENGENAL SINGKAT MESIN SEAMER

Picture: Parts mesin seamer

Mesin sealing/seaming kaleng otomatis ini mampu mencapai kecepatan maksimal 250 can per menit, mungkin anda belum pernah melihatnya? Di industri food canning (pengalengan makanan), mesin seaming seperti jenis ini tentu menjadi primadona alias andalan. Untuk industri beverage canning saya belum mengetahuinya, apakah sama? Sepertinya punya tipe mesin lain sebagai andalan dalam proses produksinya ya?

Dengan menggunakan sistem kerja yang sederhana dan mudah dalam perawatan, mesin model ini mampu diajak kerja memberikan keuntungan bagi penggunanya. Kunci utamanya terletak pada sistem lubrikasi, sejauh lubrikasi bagus pada umumnya performa mesin akan terjaga dengan baik pula. Di samping tentunya akurasi setting dari 1st dan 2nd roll, chuck, knock out, beserta lifer unit-nya yang menjadi penentu kualitas parameter seamingan.

Dari bagian-bagian mesin ini mana yang paling vital? Semua vital, tapi jika harus mengklasifikasikan tentu area seaming head yang terdiri dari seaming roll, chuck, knock out dan juga lifter unit yang terdiri dari base plate, spring lifter, lifter cam roll adalah yang paling utama. Butuh maintenance yang baik di area ini, seperti halnya lubrikasi, kebersihan, inspeksi berkala tingkat keausan parts, dan lain sebagainya.

Saya lebih memilih dan menyukai peran operator sebagai pelaku utama perawatan mesin model ini, karena dalam kaidah Autonomous Maintenance atau Jizhu Hozen justru menekankan pentingnya kepedulian operator dalam merawat mesinnya sendiri. Bagaimanapun operator lebih tahu dan lebih mengenali karakteristik mesinnya dibanding pihak Maintenance atau Teknisi. Oeleh karenanya penting sekali operator memahami dasar-dasar bagian vital mesin ini.

Jika performance suatu mesin atau equipments diukur dari perbandingan total output dan teoritical cycle time mesin, tentu hal yang harus dipastikan terlebih dahulu adalah readiness (ketersediaan/kesiapan) mesin saat diajak berproduksi. Mesin dikatakan ready to producing sebuah product jika tidak ada atau minim downtime (waktu anjlok alias mogok), maka mesin harus prima dan siap diajak kerja.

Bagaimana caranya agar mesin selalu siap diajak bekerja? Ya harus reduce downtime dengan meminimalisir breakdown (kerusakan), cara riilnya bagaimana? Mesinnya dirawat. CILT yang terdiri dari cleaning, inspection, lubricating, tightening alias (diresiki, diperiksa, dilumasi, dikencangi bagian vitalnya) harus jalan dengan baik dan serius, begitu juga dengan Planned Maintenance harus terealisasi sesuai plan dan terukur. Harus ada sistem monitoring di sana, dan lagi-lagi siapa yang monitoring? Tentu manusianya.

Sunday, July 17, 2022

OPINI: BERANI BERBEDA DENGAN GENERASI TUA

Source: Google Picture

Sudah menjadi hal lumrah saat generasi tua tidak puas dengan kinerja generasi muda. Dari zaman ke zaman hal ini terjadi, di mana sering sekali generasi tua merasa ragu akan kemampuan suksesornya yaitu generasi muda. Di sektor apapun sangat mungkin terjadi, misalnya di dunia politik, sosial, organisasi, kantor dan lain sebagainya.

Jika engkau adalah generasi muda yang saat ini sedang diragukan oleh seniormu, jangan pernah membantahnya dengan kata-kata karena itu akan menjadi sia-sia. Generasi baby boomers alias seniormu saat ini rata-rata mentalitasnya adalah otoriterian ala order baru. Sanggahlah dengan bukti nyata bahwa di tanganmu ternyata semua bisa berjalan baik-baik saja.

Tapi jika engkau kebetulan merupakan generasi tua, jangan merasa diri bahwa role model leadershipmu lah yang terbaik. Jangan juga merasa generasi muda saat ini cenderung lembek tidak semilitan dirimu. Jangan-jangan ini hanya soal perspektif semata? Engkau merasa paling ingin dihormati? Karena pada umumnya demikian yang sering terjadi.

Setiap era punya tantangannya sendiri, tidak bisa mengasumsikan bahwa cara yang sama bisa dilakukan untuk menyelesaikan problem di waktu yang berbeda. Mungkin ada benarnya bahwa generasi muda saat ini relatif lebih lembek seperti istilah baratnya Gen Strawberry. Tapi bisa jadi lembek di sini berarti flexible dan agile dalam menatap era digitalisasi yang penuh tantangan.

Apa yang ingin saya katakan? Tidak bisa kita sebagai manusia kaku dan rigid pada setiap potensi generasi. Generasi tua dengan segala pengalamannya tentu tetap butuh sokongan dari kreatifitas generasi muda. Generasi muda dengan segala kelincahannya juga harus menyadari bahwa dari generasi tua banyak ilmu yang bisa diminta, khususnya soal ketahanan alias militansi misalnya.

Salam,
Generasi setengah-setengah

Sunday, June 26, 2022

OPINI: GRATIFIKASI GURU DI MUSIM RAPORAN ANAK SEKOLAH

Tulisan ini berangkat dari ide liar untuk mengkaji secara singkat bagaimana sulitnya menjadi orang tua. Setelah dua insan orang dewasa memutuskan untuk membangun rumah tangga, tentu orientasi selanjutnya adalah memiliki anak dan seterusnya. Pada umumnya karena trend seperti itulah kenapa disebut sebagai rumah tangga. Artinya memang perlahan naik anak tangganya satu demi satu.

Jika langkah di tangga pertama dalam berumah tangga adalah menikah, banyak dari suami istri yang memutuskan tangga ke dua adalah memiliki anak. Selanjutnya tangga ke tiga barangkali memiliki rumah beserta isinya, dan tangga ke empat adalah menyekolahkan anak hingga jenjang tertinggi, disusul tangga ke lima menikahkan anak alias mantu dan seterusnya, seterusnya, seterusnya sampai anak tangga terakhir yaitu kematian.

Mungkin tidak semua orang akan memilih dan memiliki urutan anak tangga yang sama, sangat mungkin berbeda-beda antar satu rumah tangga dengan rumah tangga lainnya. Melalui tulisan di status facebook ini penulis ingin mengajak pembaca menyelami gagasan penulis dalam anak tangga ke empat seperti yang dijelaskan pada paragraf ke dua tulisan ini, yaitu menyoal menyekolahkan anak.

Ilustrasi Seorang Guru
Sumber: Google Picture

Hari-hari ini merupakan awal musim liburan sekolah di semester genap tahun ajaran 2021/2022. Semester gasalnya tentu adalah Juli-Desember tahun lalu, benarkah? Mohon dibantu untuk mengoreksinya jika tidak tepat. Menjelang musim liburan ini tentu para wali murid tidak mungkin melewatkan yang namanya raporan anak-anaknya. Karena tahun ajaran di semester genap adalah akhir dari setiap tahapan dalam kelas belajar.

Maka untuk orang tua murid pastinya lebih antusias dengan akhir semester genap ini jika dibanding dengan semester ganjil. Di akhir semester genap ada yang namanya kenaikan kelas, pengambilan jurusan barangkali yang berada di kelas 2 SMA atau sekarang penentuan jurusan sudah sedari kelas 1? Bahkan juga adanya kelulusan yang disertai bagaimana tegang dan sibuknya mencari jenjang sekolah baru atau kampus baru bagi lulusan sekolah menengah atas.

Mengingat situasi semester genap se-hectic itu maka di minggu-minggu ini menjadi hari yang cukup menguras energi bagi para orang tua murid. Di berbagai kesempatan penulis mendapati cerita-cerita tentang bagaimana ada orang tua yang sedang dalam situasi sibuk mencarikan sekolah lanjutan untuk anaknya, sedang sibuk menerima rapor dan mengevaluasi hasil belajar anak-anaknya.

Yang membuat tertarik penulis menuangkan gagasannya dalam status facebook ini tentu tidak lain tidak bukan adalah dipicu karena ternyata di tahun 2020-an ini masih ada dan barangkali banyak juga praktik gratifikasi ke guru oleh orang tua murid. Penulis memilih kata gratifikasi karena sesuai definisinya yaitu pemberian (dalam arti luas). Bisa pemberian uang, barang, cindera mata dan lain sebagainya atas dasar berterima kasih.

Tentu sepintas jika diperhatikan hal ini sangatlah bagus. Ada sebuah simbiosis yang dikemas dalam hubungan sosial alias habblumminannas antara wali murid dan guru. Sepertinya ada tradisi di mana orang tua murid berterima kasih kepada guru setelah satu tahun ajaran sekolah membantu anak-anaknya berjibaku dengan ulangan harian, ujian middle semester, ujian semester gasal dan akhirnya selesai di genap dan lulus atau naik kelas misalnya.

Tapi apakah tradisi gratifikasi oleh wali murid ke guru di year end of education period ini bisa diglorifikasi (dimuliakultuskan) untuk jangka panjang dan seterusnya? Penulis pikir tidak bisa dan tidak perlu sampai pada titik terglorifikasi. Bukan penulis anti terhadap habblumminannas antara wali murid dengan guru, bukan. Tapi penulis lebih menitikberatkan pada efek samping jangka panjang kegiatan gratifikasi ini.

Memuliakan guru-guru yang telah mendidik anak-anak tentu adalah sebuah keharusan, dan sudah semestinya dicontohkan oleh wali murid pada anak-anaknya. Tapi caranya bukan dengan gratifikasi. Ada cara lain yang bisa ditempuh dan menurut hemat penulis jauh lebih soft effect. Efeknya ndak senegatif jika dibanding memberikan gratifikasi dalam bentuk benda duniawi. Gratifikasi dalam bentuk ini tidak lain hanya akan menjadi media tumbuh bersemainya budaya korupsi di kemudian hari.

Penulis kira hal yang perlu dilakukan oleh orang tua dalam mengajarkan memuliakan guru kepada anak-anaknya adalah dengan cara memastikan anak-anaknya taat dan hormat pada gurunya dalam arti sebenarnya. Wali murid harus sepenuhnya bertanggung jawab atas pendidikan di luar sekolah anak-anaknya, karena bagaimana pun karakter dominan akan terbentuk di rumah bukan di sekolahan. Ini yang harus disepakati bersama.

Dalam alquran dijelaskan di surat ke 31 yaitu surat Al-Luqman tentang bagaimana seoarng Luqmanul Hakim mendidik anak-anaknya. Luqman al Hakim dikisahkan merupakan seorang tukang kayu berhidung mancung (seperti kisah pinokio barangkali ya) yang memiliki wawasan islam dan kebijaksanaan tinggi dalam mendidik anak. Seperti apakah yang Luqman al Hakim contohkan dalam mendidik anak?

Pertama, Luqman al Hakim meminta agar anak-anaknya tidak menyembah selain hanya kepada Allah SWT (pendidikan tauhid alias keimanan). Ke dua, mendidik anak-anaknya untuk menjauhi yang munkar dan agar senantias menjadi orang sabar. Ke tiga, mendidik anak-anaknya untuk tidak berbuat angkuh dan sombong. Ke empat mengajarkan anak-anaknya untuk selalu berbakti pada orang tua dan guru-gurunya. Ajaran ke empat ini lah yang seharusnya menjadi tanggung jawab wali murid untuk memastikan anak-anaknya santun dan hormat kepada gurunya.

Apakah ini mudah? Tentu tidak. Penulis masih beranggapan bahwa strategi parenting (pola asuh) yang tepat bagi wali murid terhadap anak-anaknya merupakan salah satu hal yang tidak sederhana. Butuh tirakat tingkat tinggi di level ini, tidak cukup hanya dengan mengikuti teori parenting education di seminar atau webinar yang banyak kita temui di era sekarang ini. Tapi barangkali diperlukan usaha langit sebagai ikhtiar untuk lembutnya attitude anak-anak.

Terakhir, penulis ingin menyampaikan bahwa selain menjadi benih dan media penyemaian korupsi di masa mendatang, gratifikasi yang diglorifikasi di akhir semester genap tahun ajaran sekolah seperti ini tidak lah cukup fair bagi kebanyakan masyarakat kelas menangah ke bawah. Bagi yang kebetulan orang tua murid memiliki penghasilan baik, mungkin dengan mudahnya memberikan cindera mata untuk guru anak-anaknya. Sementara bagi orang tua yang untuk bayar SPP secara rutin saja sulit, lalu mau bagaimana? Rusak kompleks lah tatanan pendidikan kita.

Salam hangat dari Malang,
Minggu, 26 Juni 2022
Robi Cahyadi

Wednesday, June 1, 2022

OPINI: JAMAAH FACEBOOK VS TWITTER

Sebuah Opini: Jamaah Lucu Twitter vs Jamaah Sumbu Pendek

Picture: Facebook and Twitter

Anak twitter dan sebagian juga tiktok itu kan memang lucu-lucu banget dan dalam hidupnya gak ada istilah sedih-sedihnya ya? Mereka yang lama main twitter pasti paham banget bagaimana dunia nyata yang keras dan 'kadang gak asik' ini hanya bisa mereka lupakan dengan guyonan di dunia maya bernama twitter.

Di momen idul fitri ini anak-anak twitter ramai bercanda tentang bagaimana anak-anak kecil yang dapat THR atau angpau lalu oleh ibunya dibujuk untuk disimpan dan dari sini lah pertama kali anak kecil mengenal investasi bodong. Safir Senduk perancang keuangan adalah tokoh publik jamaah twitter yang mula-mula ngepost soal ini.

Saya memahami betul bagaimana karakter 'asik' anak-anak twitter yang serba nyeleneh dan memang dari awal meraka tidak menjadikan serius aktivitas dunia maya itu. Mereka hanya menghibur diri satu sama lain akan penatnya keseharian dan just kidding semata sebenarnya. Mereka jamaah medsos tersantai yang pernah ada dan eksis sampai hari ini.

Tetapi lucunya, guyonan ala khas anak twitter semacam itu disikapi secara serius oleh sebagian kelompok atau golongan yang pola pikirnya rigid, kaku, keras, tidak santai, dan sulit mencandai kehidupan. Guyonan soal THR anak yang disimpan ibunya itu diartikan sebagai hal yang berbahaya bagi pembangunan karakter bangsa. Wadaw.

Kelompok yang ndak bisa santai ini membalikkan tujuan awal bercandaan tersebut untuk kemudian dinilai dan diasumsikan sebagai pola terselubung bagaimana anak-anak untuk diajarkan melawan orang tuanya, khususnya framing tentang seorang ibu yang dituduh jahat karena nilep uang THR anak-anaknya di hari lebaran ini.

Sungguh golongan yang ndak santai ini ternyata cukup banyak dan merajalela di medsos juga, sampai-sampai ada beberapa komentar bernada kritik yang dilancarkan oleh orang-orang yang menyatakan dirinya setengah ustadz (barangkali) mengecam perilaku candaan jamaah twitteriyah yang sebenarnya lucu-lucu ini. Terlalu.

Saya cukup lama menjadi bagian aktif dari jamaah twitteriyah dari tahun 2010-an dan tahu betul memang karakter 'santuy' anak twitter ya begitu itu. Mereka mayoritas adalah anak-anak muda atau setidaknya kalau pun usianya tua tapi tetap berjiwa muda yang tidak kolot lagi kaku. Apalagi gampang mbledos.

Mereka cenderung santai dan saya haqulyakin bahwa tidak ada niatan mereka untuk benar-benar sedang terstruktur, sistematis, terselubung ingin mempromosikan kejahatan seorang ibu terhadap anak-anaknya. Yang menafsirkan begitu saja yang saya kira agak lebay (berlebihan).

Dari sepenggal kisah ini saya mengajak untuk "yuk yang santai jadi orang", jangan sembarang kalir diartikan secara serius lah. Hidup kok gitu amat, takut dan waspada sebuah becandaan akan mengotori iman di dada? Akan menjadikan anak-anak melawan ibunya? Saya kira kok ya ndak perlu gitu-gitu amat untuk terlihat ngislami!

Wallahu'alam bhissowab...

Saturday, May 7, 2022

MEMORI: LEBARAN IDUL FITRI DI TANAH LAHIR

Memoar Lebaran Idul Fitri Masa Kecil

Sebantar lagi bulan ramadan di tahun ini akan meninggalkan kita semua dan jika masih diberi kesehatan dan umur panjang kita akan segera sampai pada bulan syawal. Bulan syawal dalam budaya keislaman di Indonesia lebih akrab di kenal sebagai lebaran idul fitri. Semua orang mungkin bersuka cita dengan sampainya diri mereka pada 1 syawal karena akan ada banyak senyum di mana-mana.

Masyarakat urban yang pada umumnya adalah para perantau di seluruh kota-kota besar di Indonesia bersiap diri untuk pulang kampung ke tanah kelahiran. Budaya mudik sudah menjadi semacam ritual wajib di setiap tahunnya di Indonesia ini, bahkan jika merujuk pada literatur yang ada ternyata budaya mudik lebaran ini sudah ada dari zaman Majapahit dan mulai marak di zaman Mataram Islam.

Dalam catatan para sejarawan disebutkan dahulu kala saat Majapahit menguasai berluas-luas wilayah nusantara ini, banyak para pejabatnya dari Jawa yang ditugaskan untuk mengemban jabatan tertentu di suatu wiayah yang jauh di luar Jawa. Saat momen tertentu para pejabat ini pulang ke Jawa untuk memberikan annual report ke pada raja serta tak lupa dijadikan momen untuk mengunjungi sanak keluarga di tanah lahirnya.

Begitu pun saat era Majapahit sudah runtuh dan tergantikan oleh era kekuasaan Mataram Islam, para pejabat-pejabat Jawa yang ditugaskan di berbagai belahan Nusantara pun secara spesifik memanfaatkan hari raya idul fitri sebagai momen untuk pulang kampung dan bersuka cita. Sehebat apapun dan setingginya jabatan di luar daerah, tetap saja pulang kampung untuk tujuan bersilaturahmi adalah sebuah cita-cita semua perantau. Bagaimanapun setidaknya ada kesempatan untuk pamer pencapaian atau keberhasilan barangkali, eh.

Begitulah mula-mula sejarah tradisi mudik di Indonesia ini yang bahkan hingga kini di zaman modern ternyata masih terus dilanggengkan. Meski begitu beberapa kali pasca kemerdekaan, otoritas pemerintah pernah membatasi mobilitas warga utamanya di hari mudik seperti ini. Sebagai contohnya saat momen sulit di awal kemerdekaan yang menuntut warga untuk dalam posisi siaga akan agresi militer Belanda, pemerintah pernah melarang mudik.

Kemudian di era tahun 65-an saat menegang suasana yang oleh sejarah disebut sebagai pemberintokan PKI saat itu, juga tercatat pemerintah pernah membatasi warganya untuk bermobilitas dalam rangka mudik lebaran. Hingga setelah orde baru mendapuk kekuasaan negeri ini berangsur ekonomi tumbuh pesat di perkotaan yang menyebabkan tradisi mudik makin menggila karena banyaknya kaum urban di perkotaan.

Di dekade 2000-an saat ini mudik masih tetap menjadi ritual wajib bagi perantau di kota-kota besar. Jika kita melihat berita baik di layar televisi atau media online lainnya, lihat lah betapa berita bertajuk mudik lebaran akan selalu menghiasi hari-hari menjelang dan pasca hari H lebaran ini. Jakarta sebagai barometer ekonomi nasional tentu memegang kendali arus utama terjadinya mudik lebaran.

Suasana Lebaran Idul Fitri 1443H di kampung halaman

Bicara lebaran penulis mengingat masa-masa kecil dulu saat di kampung halaman, lebaran sebagai hari raya benar-benar dirasakan oleh penulis sebagai momen terbahagia di setiap sepanjang tahun. Ada baju, celana, sandal baru dan tentu uang saku yang dinantikan oleh penulis di kala kecil dulu saat momen lebaran idul fitri. Pun tak lepas juga tradisi saling bersilaturahmi dari rumah ke rumah, menjadi memoar yang sangat sulit dilupakan.

Penulis memiliki kenangan yang sangat bahagia di waktu kecil dulu saat di mana momen lebaran dijadikan sebagai sarana untuk memenuhi sunah nabi yaitu bersilaturahmi dengan sanak kerabat dan keluarga. Kebetulan penulis terlahir dari orang tua generasi baby boomers yang memiliki jumlah saudara berlimpah. Kakek penulis dari jalur ayah saja memiliki saudara sebanyak 6 orang yang terdiri dari Mbah Naim, Mbah Karno, Mbah Sakri, Mbah Abu Sairi, Mbah Kusmik, Mbah Sripatun. Tentu dengan total keturunanya menjadi jumlah yang besar.

Belum lagi ayah penulis sendiri memiliki saudara kandung yang cukup banyak, dari jalur ibu juga sama halnya sangat banyak sekali dulurnya-dulurnya. Sehingga boleh dikatakan bahwa penulis lahir dari keluarga yang sugih dulur (kaya akan sanak keluarga). Jika merujuk pada jumlah dulur yang ada tercatat selama masa kecil penulis, untuk bisa bersilaturahmi secara 'kemput' alias lengkap dibutuhkan sedikitnya waktu 5 hari untuk alokasi berkunjung dari rumah ke rumah.

Rute anjang sana anjang sini yang ditempuh oleh penulis saat kecil dulu tentu adalah dimulai dari kerabat terdekat sekitar kampung. Pasca sholat idul fitri di masjid dekat rumah dan melihat remaja masjid merayakannya dengan nyumet merconan, umumnya penulis melanjutkannya dengan silaturahmi ke mbah-mbah dan tetangga di seperempat dusun (3 RT) di mana tempat lahir penulis. Waktu yang dibutuhkan tentu dari pagi hari hingga siang menjelang matahari tegak lurus.

Suasana Anjang Sana-Sini Bersilaturahmi Setelah Sholat Id

Kemudian sore atau malam harinya berlanjut ke kerabat beda dusun, ke guru ngaji, dan seterusnya hingga malam hari. Setelah seharian muter untuk bersilaturahmi tentu malam hari menjadi waktu yang pas untuk mengistirahatkan badan dan bersiap melanjutkan agenda di hari kedua dan seterusnya. Lebaran benar-benar menjadi momen untuk mengikuti tradisi baik dalam nilai islami yaitu menjalin ukhuwah islamiyah dengan bersilaturahmi.

Doktrin dalam islam cukup kuat bahwa silaturahmi itu memperpanjang usia, memperbanyak rezeki, dan merekatkan ikatan batin. Nilai-nilai kebaikan seperti ini yang seharusnya terus dilanggengkan dan diwariskan ke anak-anak generasi selanjutnya. Tapi apakah mungkin di zaman yang serba digital ini tetap menggunakan cara lama dengan bersilaturahmi door to door? Padahal generasi saat ini dan nanti akan semakin dimudahkan dengan adanya sarana komunikasi yang serba canggih terdigitalisasi?

Pertanyaan di atas patut diseriusi jika kita masih peduli dengan tradisi anjang sana anjang sini di lebaran idul fitri seperti yang penulis kisahkan. Penulis pikir media komunikasi yang canggih itu hanya sekadar membantu saja untuk lebih memudahkan dalam berkomunkasi, dan tentunya tetap saja tidak mampu menggantikan tardisi door to door yang penuh dengan kehangatan itu. Lebaran idul fitri di setiap tahunnya akan tetap menjadi momen yang ditunggu siapapun di Indonesia.

Selamat mudik dan merayakan idul fitri bersama dengan keluarga tercinta di kampung halaman masing-masing. Semoga kita senantiasa diberikan kesehatan baik jasmani, rohani dan ekonominya untuk kemudian bisa berjumpa lagi dengan ramadan dan lebaran tahun depan. Tentu dengan harapan lainnya yaitu semakin menjadi manusia yang lebih baik. Amin.

Salam hangat,
Malang, 30 April 2022

Saturday, April 9, 2022

MEMORI: LANGGAR MASA KECIL

ADA APA DENGAN LANGGAR


Mendengar kata langgar tentu sebagai orang Jawa akan langsung paham bahwa yang dimaksud langgar adalah mushola. Di sebagian besar wilayah Jawa memang mushola biasa disebut dengan langgar, utamanya di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Untuk mayoritas Jawa Barat lebih akrab menyebutnya dengan surau atau mushola itu sendiri.

Langgar bagi saya pribadi memiliki sebuah kenangan manis yang sulit terlupakan. Dulu sekitar awal 2000-an sedari masih SD hingga menjelang SMA sebagai anak kampung tentu menjadikan langgar sebagai homebase di saat bulan ramadhan seperti ini. Kebetulan tidak jauh dari rumah saya ada sebuah langgar kecil yang berdiri di atas tanah mbah buyut dari ayah saya.

Saya tidak tahu persis kapan langgar di dekat rumah mbah buyut saya ini dibangun, tidak ada riwayat yang menjelaskan kapan tepatnya langgar sederhana itu dibangun. Yang pasti saat saya lahir langgar ini sudah ada dan berdiri sebagai sarana ibadah warga sekitar dusun kami, kurang lebih mewadahi sekitar dua rukun tetangga yang berisikan sekitar 50 kepala keluarga saja.

Dulu jaman presiden Gus Dur, tentu kita semua generasi 90-an sangat ingat betapa nikmatnya bulan ramadhan. Sekolah diliburkan sebulan penuh demi fokusnya anak remaja belajar islam melaui pondok romadlon kala itu. Aktifitas belajar umum di sekolah yang libur membuat sehari-hari diisi dengan kegiatan yang bernarasi rohani islam.

Ada buku kecil kegiatan pondok romadhlon dari sekolahan. Yang berisikan beberapa hal semisal timeline tadarusan, tarawihan, tausiyah, dan sebagainya. Hal itu tentu membuat masa kecil saat itu terasa sangat indah sekali, menyenangkan. Pagi selepas sahur biasanya kami bermain bola di jalanan depan rumah kemudian tidur dan bangun lagi untuk tadarusan di langgar.

Selain tadarusan, saat bulan puasa di pagi hari tidak jarang saya juga ikut andil menyemarakkan suasana ramadhan dengan membuat merconan. Menggulung kertas diktat bekas untuk dijadikan pilinan slongsong merconan. Sangat seru sekali tentunya karena selain mengandung unsur bahaya juga mengandung potensi dimarahain ayah ibu.

Sore hari sesekali waktu saya habiskan untuk melihat TV acara resep masakan di Indosiar, kemudian tidak jarang membantu ibu memasak di dapur untuk persiapan buka puasa. Selepas tarawih sudah barang tentu saya dan teman-teman kecil waktu itu nderes/ngaji alquran di langgar hingga menjelang tengah malam. Ada keseruan di sana karena kadangkala banyak takjil yang disediakan.

Menjelang tengah malam, selama hampir pasti sebulan penuh di bulan ramadhan itu saya pasti tidak tidur di rumah. Langgar sudah menjadi tempat yang paling pas untuk tidur dan bercanda tawa dengan teman-teman. Di jam menjelang sahur biasanya jam 2 dini hari kami sudah bersiap dengan alat ronda dan membangunkan sahur orang-orang.

Ada jerigen besar sebagai alternatif bedug portabel, ada kentongan, ada angklung, bahkan ada ecrek2 yang dibuat dari bekas tutup botol yang dipaku ke kayu balok. Suara orkestra kami saat itu tentu sangat khas, mungkin sangat indah untuk ukuran anak-anak kecil waktu itu. Meskipun ketika dewasa saat ini merasa suara tersebut tidaklah indah-indah amat alias justru mbrebegi.

Kami biasa berjalan cukup lumayan jauh ke dusun sebelah, bahkan pernah suatu ketika hingga menyebrang ke lintas desa yang lain. Saat ketemu remaja masjid atau langgar lain yang juga melakukan hal yang sama, menjadi semakin lebih bersemarak. Kami di Kediri bagian selatan menyebutnya dengan istilah “ronda”. Sangat memorable sekali nuansa ramadhan waktu itu.

Saat ini sesudah dewasa dan menginjak bahtera berkeluarga, tidak lagi merasakan nuansa keseruan itu ada. Langgar yang dulu menjadi homebase kini hanya menjadi sebuah sarana ibadah semata, sholat tarawih dan selesai. Terakhir kali saya melihat, saat ini anak-anak kecil atau remaja sepertinya sudah tidak lagi menjadikan langgar sebagai homebase saat ramadhan.

Saya melihat beberapa tahun lalu, “ronda” sudah beralih menjadi ajang kampanye jor-joran suara soundsystem dengan diangkut mobil bak atau pickup. Berputar mengelilingi lintas desa bahkan antar kecamatan. Setelah lebih dari 10 tahun “keluar” dari desa tercinta, perubahan zaman itu terlihat sangat nyata. Langgar hanyalah langgar, tidak ada ramai gelak tawa dan didik anak-anak remaja di sana. Benarkah demikian adanya? Entah.

Malang, 9 April 2022
Ramadhan malam ke 7

Foto: Papan di langgar masa kecil saya, saat ini

Saturday, March 26, 2022

JOURNEY: BANYUWANGI GERBANG TIMUR JAWA (Parts 1)

Hari libur kali ini saya memutuskan untuk berkunjung ke sebuah kota kecil di ujung timur Jawa, yaitu Banyuwangi. Sebuah gerbang Jawa dari sisi timur, berseberangan dengan pulau Bali. Ada apa saja dan ngapain aja di Banyuwangi selama dua hari? Tentu akan menjadi cerita yang menarik untuk dituliskan dalam sebuah coretan sederhana, mari kita simak ulasannya.

Di hari libur minggu terakhir bulan februari, saya mengatakan kepada istri untuk membuat suatu agenda liburan kecil. Istriku bertanya, ke mana kira-kira? Awalnya saya bilang bagaimana jika kita ke pantai Balekambang di Malang Selatan? Istri tidak tertarik karena menurutnya di sana pantainya kotor tidak cukup bersih. Lalu tiba-tiba di benak kepala muncul sebuah ide, bagaimana kalau ke Banyuwangi?

Sontak, istri menjawab dengan sangat bergairah. Yeyyyy! Oke kita ke Banyuwangi. Lalu sepakatlah kami berdua untuk vaction ke sana. Saya langsung meminta istri untuk hunting tiket kereta api dari Lawang menuju Banyuwangi, alhamdulillah tiket KA Sri Tanjung relasi Malang-Banyuwangi sudah habis terjual. Lalu opsinya adalah kami harus membeli tiket KA lain, dan menemukanlah KA Probowangi relasi Surabaya-Banyuwangi, kami memilih naik dari stasiun Bangil.

Sabtu pagi tanggal 26 Februari, KA Probowangi yang kami pesan sedianya berangkat dari Bangil sekitar jam 6.30, kami dari rumah di Lawang sudah bersiap semenjak jam 5 pagi untuk berangkat menuju stasiun Bangil yang kurang lebih ditempuh dengan sepeda motor sekitar 45 menitan. Tepat jam 6 pagi saya dan istri serta anak tersayang kami yaitu Malika Val Elail sudah sampai di Stasiun Bangil, tapi ada daya kami gagal berangkat dengan kereta api karena ada miss persepsi yaitu adanya kewajiban rapid antigen sementara saya belum vaksin. Yaaaah!

Lalu bagaimana? Saya tidak kurang akal, saya memutuskan naik bis saja dari depan stasiun Bangil menuju Probolinggo. Ini benar-benar akan menjadi hari yang melelahkan dan menjadi sebuah backpakeran yang mungkin asik dan terkenang. Kami akhirnya naik bis PO AKAS sekitar jam 07.00 pagi dari Bangil menuju Probolinggo, sampai di Probolinggo jam 09.00 kami oper bis lagi menuju Jember dan sampai di sana sekitar jam 12.00, dari Jember saya masih harus oper bis ke Banyuwangi dan sampai di Banyuwangi tepatnya di Rogojampi jam 16.00.

Saya memutuskan turun di Rogojampi di dekat Politeknik Negeri Banywangi karena penginapan yang kami pesan kebetulan dekat dari jalan raya utama Jember-Banyuwangi ini. Kami menginap di sebuah hotel yang terafiliasi dengan RedDoorz yaitu Fortuna Inn Banywangi. Hotelnya cukup nyaman, harga per malam hanya 250 ribuan saja sudah dapat sarapan pagi untuk 2 orang. Kami akan menginap 2 malam di sini, tentu menjadi sebuah pengalaman menarik nantinya.

Btw kenapa kami memutuskan menginap di daerah Rogojampi? Pertama sekali tentu karena kami suah berencana untuk menuju destinasi yang sedang viral di Banyuwangi yaitu Hutan Benculuk itu. Jika kami mengambik penginapan di kota tentu akan menjadi sangat jauh jaraknya dari Benculuk. Lalu bagaimana kami ke sana? Kami memutuskan untuk menyewa sepeda motor dengan harga sewa 70 ribu per hari, yaitu sepeda motor Honda Scoopy yang lucu itu.

Pagi hari Minggu 27 Februari kami berencana akan meluncur menuju Benculuk, sebuah hutan milik perhutani yang dikenal dengan sebutan Djawatan itu. Tapi di malam minggu yang cuacanya bagus itu tentu sangat sayang jika dilewatkan hanya dengan tiduran di hotel saja, kami memilih untuk berjalan-jalan malam menikmati nyamannya kota Banyuwangi, tujuannya adalah alun-alun dan taman Blambangan. Tempat hiburan masyarakat kota Banyuwangi yang sangat lega dan murah itu.

Di taman Blambangan, kami tidak banyak menghabiskan waktu karena si kecil kami terihat sudah mengantuk dan capek. Jam 21.00 kami memutuskan untuk kembali ke penginapan dan bersitirahat untuk esok harinya bersiap menuju destinasi utama kami yaitu Hutan Djawatan Benculuk. Selama di penginapan, tentu kami hanya bisa tidur pulas karena memang badan sudah cukup lelah selama perjalanan dengan bis sepanjang hari dan jalan-jalan di taman Blambangan.

Taraaaaaam, pagi hari kami bangun jam 5.00 untuk mandi, sarapan dan bersiap untuk On The Wuzzz. Perjalanan dari penginapan ke Benculuk dapat ditempuh dengan waktu kurang lebih 30 menit saja melalui jalur utama Rogojampi-Genteng. Kami sampai di gerbang Hutan Djawatan Benculuk jam 08.00 dan di jam tersebut masih relatif sepi pengunjung, kami menikmati segarnya hutan kecil itu dan tak lupa menyewa ATV untuk menambah keseruan vacation kami.

Taraaaaammmmmmm. Hutan Djawatan Benculuk...

My Vacation: Hutan Djawatan Benculuk

Selain ke Benculuk, kami juga menyempatkan berkunjung ke pantai Watu Dodol di utara pelabuhan Ketapang, bagaimana keseruannya? Mungkin akan saya lanjutkan tulisan ini di saat hati sedang mood dan kesempatan menulis terbuka luas. Yang pasti, menjadi pengalaman yang menarik sekaligus sulit terlupakan perjalanan rekreasi ke Banyuwangi ini. Sampai jumpa di tulisan lanjutannya...

Monday, February 28, 2022

JOURNEY: IJEN KE IJEN

Seperti yang mungkin sudah kalian ketahui bahwa saya bukanlah orang yang nyaman memanfaatkan waktu libur hanya duduk santai di rumah. Saya menggemari berpetualang, jalan-jalan pergi ke suatu tempat baru yang belum pernah saya kunjungi merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri.

Hari sabtu kemarin lusa saya memutuskan solo touring menggunakan sepeda motor ke arah Jawa bagian timur. Si dum-dum (sebutan motor saya, Honda CRF 150L) saya ajak berpetualang sejauh yang memungkinkan di hari itu. Ide berkeliaran mulai dari ingin ke pantai Papuma yang terkenal di Jember itu hingga ke Savana Bekol di Baluran yang ikonik itu.

Setelah merenung sebentar selepas sholat subuh, akhirnya pilihan jatuh ke Ijen Geopark, dan seperti judulnya Journey: Ijen ke Ijen saya ke sana berpetualang sendirian alias ijen dalam bahasa jawa. Saya mengawali perjalan dari Malang jam 9 pagi hari Sabtu, si dum dum dalam posisi peak perform untuk diajak berlari di atas aspal berkelok sepanjang jalan.

Maqbaroh Habib Sholeh Tanggul, Jember

Pukul 9 pagi saya berangkat, saya seorang nahdiyin yang tentu saja gemar dekat dengan ulama. Saya memutuskan untuk tidak langsung menuju Geopark Ijen di Bondowoso tujuan awal saya. Si dum dum saya geber menuju arah Pasuruan Kota dan berlanjut ke Probolinggo Kota. Sampai di Probolinggo, saya ambil jalur ke selatan arah Lumajang.

Tujuannya ke mana? Saya ingin berziarah ke makam Habib Sholeh Tanggul di Jember. Habib Sholeh Tanggul merupakan ulama dan juga seorang habaib (dzuriyah Rasul Kanjeng Nabi Muhammad SAW), beliau lahir dari Tarim Hadramaut dan berdakwah sampai akhir hayatnya di Tanggul, Jember. Saya ingin takdzim dengan ulama dan juga berharap barokah kewaliannya.

Sampai di Tanggul, Jember sekitar jam 11.30 bertepatan dengan jam sholat dzuhur, saya pun ikut berjamaah dzuhur di masjid komplek makam Habib Sholeh ini. Selepas sholat dzuhur saya tahlil singkat dan berdoa bermunajat di makbaroh Habib Sholeh, salah satu doa yang saya panjatkan ke Gusti Allah adalah semoga badan ini selalu diparingi sehat, digangsarkan rezekinya, dan diluaskan ilmunya.

Kantor Bupati Jember, Jawa Timur

Jam 13.00 saya memutuskan untuk melanjutkan perjalan ke arah kota Jember, hanya butuh waktu satu jam dari Tanggul menuju alun-alun Jember. Jam 14.00 saya sudah sampai di depan kantor bupati di sisi alun-alun Jember. Saya istirahat dengan membei kopi seduh sachet di pedangan asongan, sembari mengistirahatkan si dum-dum juga agar siap saat diajak berlanjut ke arah Ijen Geopark, di ujung timur Bondowoso alias barat persis Banyuwangi.

Setelah setengah jam istirahat dan merasa cukup, saya berlanjut menggeber dum-dum ke arah kota Bondowoso, jalurnya tentu melalui Kalisat-Jelbuk ke utara dan seterusnya sampai tembus Bondowoso kota. Yang paling diperhatikan saat sampai di kota Bondowoso adalah jangan sampai salah jalur menuju arak-arak atau dalam artian salah arah balik lagi ke barat (Probolinggo via Besuki). Saya mengikuti petunjuk menuju Ijen Geopark.

Sampai di wilayah pertigaan Garduatak, Tapen, display besar sudah terlihat dan jam menunjukkan 15.30 waktunya sholat ashar dan mengisi perut yang lapar. Display besar itu berutuliskan Wellcome to Ijen Geopark, wah tentu sangat senang sekali sudah dekat pikiran saya. Padahal ternyata masih sangat jauh butuh waktu sekitar satu setengah jam lagi menuju bascamp Paltuding, di bawah track menuju Ijen Crater Acid Lake (danau asam kawah Ijen) yang melegenda itu.

Tugu Selamat Datang Ijen Geopark di Kluncing, Bondowoso

Setelah ashar dan makan, saya berlanjut menuju arah Wonosari lalu Kluncing, sampai di Kluncing jam 17.00 sudah lumayan gelap menjelang magrib, di jam seperti ini suasana hati pasti akan berbeda karena mendadak hari akan menjadi gelap, apalagi sepanjang jalur Kluncing-Sempol-sampi ke Paltuding itu dipenuhi jurang kanan kiri dan hutan hujan tropis yang sangat lebat sekali. Mistisnya dapat lah pokoknya, seru.

Tepat jam 18.00 saat adzan magrib berkumandang, si dum-dum dan penunggangnya ini sudah memasuki kawasan Paltuding, basecamp pendakian Ijen Crater. Hati lega dan sangat senang bisa sampai di sini, dum-dum saya parkir di depan rest area, saya memilih istirahat di warung Mbak Karti, di warung ini segala kebutuhan makanan ada. Tempa nyaman, bisa istirahat di belakang warung yang telah disediakan bale untuk rebahan bagi para traveller low budget seperti saya ini.

Saya pesan kopi khas Bondowoso, Arabica Lanang. Sebuah kopi yang dihasilkan dari kebun kopi wilayah ini, dan konon katanya mampu memperkuat kejantanan wong lanang. Hari menjadi gelap, gerimis kabut turun menyelimuti Paltuding yang elok ini. Saya bercengrakam di depan api unggun yang dibuat oleh suami Mbak Karti si pemilik warung, bicara ngalor ngidul soal keindahan dan sejarah Paltuding itu sediri. Menarik.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 23.00, badan saya sudah letih dan butuh istirahat. Saya tidur di bale yang telah saya cerit di paragraf atas. Alarm saya set jam 02.00 dini hari karena jam 03.00 saya dan pendaki/pengunjung yang lain harus ready untuk menuju Ijen Crater. Saat saya bangun, saya nitip tiket karcis masuk ke suami mbak Karti, harga tiket jika online sebenarnya hanya Rp. 7500 saja, tapi karena saya offline dan nitip harganya menjadi Rp. 12.500 saja.

Jam 03.00 saya mendaki ke kawah Ijen, pegunungan Ijen ini. Saya termasuk kategori kloter awal sesaat setelah gerbang pendakian dibuka. Gelap gulita tracknya menjadikan saya teringat masa lalu saat summit di beberapa gunung di Jawa Barat dan Tengah. Masa lalu yang akan sulit terulang jika mengingat usia semakin bertambah dan raga akan menuju tidak muda lagi. Saya hanya butuh waktu 1,5 jam untuk bisa sampai di bibir kawah Ijen. Saya seorang diri dan hanya ditemani penambang belerang yang hebat itu.

Saya berharap bisa mendapatkan foto blue fire fenomena alam yang eksotis itu, tapi apa daya gerimis menjadikan blue fire padam tidak terlihat. Sangat kecewa di titik ini, bisa melihat blue fire adalah sebuah kebahagiaan seorang pendaki yang ke Ijen sebenarnya. Tapi tidak mengapa, tujuannya adalah selamat sampai pulang kembali ke rumah. Demikian batin saya menenangkan kekecewaan ini. Saya bercengkrama dengan para penambang belerang kawah Ijen yang dikenal sebagi manusia-manusia kuat ini.

Aktivitas Penambangan Manual Belerang di Kawah Ijen, Banyuwangi

Setelah puas mengabadikan momen di bibir kawah danau kawah Ijen, saya kembali naik ke bibir kawah. Tujuan selanjutnya tentu adalah ke spot foto paling ikonik di Ijen yaitu akar kering atau sebenarnya lebih tepat jika disebut sebagai pohon kering. Ijen ke Ijen adalah sebuah cerita pendek yang dihasilkan dari sebuah perjalanan solo touring dengan dum-dum. Cerita selanjutnya akan rilis beberapa hari ke depan jika waktu sudah memungkinkan. Ijen ke Ijen sekian dulu, sampai jumpa lagi.

Danau Asam Kawah Ijen yang Cantik Jelita, Banyuwangi


Bersambung...

Robi Cahyadi
Paltuding, 13 Februari 2022

Sunday, January 9, 2022

HISTORY: SEBUAH KENANGAN MASA KECIL

Foto: Saya, Adik, Ayah, Paman, dan Nenek. Kediri awal 90-an

Jika merujuk pada besarnya tubuh saya, foto lama ini besar kemungkinan dijepret kisaran tahun 1994-1995, tidak ingat persisnya di tahun berapa. Di foto ini saya berkaos hijau sedang tesenyum bahagia dipangku pak lik Muhaimin, adik kedua dari almarhum bapak saya.

Bapak saya sendiri sedang memangku adik saya, Fatkhan Ali Firdaus di sebelah kanan pada foto ini. Ada pun perempuan paruh baya di samping kami dengan emoji tertawa ini adalah nenek saya alias ibunya bapak dan pak lik saya. Beliau adalah almarhumah mbah Siti Rukayah wanita cantik dan 
tangguh dari Batokan, Tulungagung.

Melihat latar belakang kami berfoto, ini jelas terlihat berada di bale tengah rumah induk kakek nenek saya, rumah masa kecilnya bapak saya dan ke sembilan saudara-saudaranya. Saudara bapak saya totalnya sembilan dan kebetulan bapak adalah anak mbarep (pertama).

Saudara bapak saya diantaranya adalah pak lik Muhaimin yang kembar dengan bulik Mukarromah. Kemudian disusul bulik Yayuk, bulik Indasah, pak lik Roekan, pak lik Saifudin, pak lik Budairi, bu lik Nurimamah, dan yang paling kecil pak lik Ulil Khudlori. Kesemuanya menetap dan tinggal di Kediri.

Tumbuh di tengah keluarga besar yang memiliki banyak pak lik dan bulik baik dari sisi bapak atau pun ibu tentu menjadikan masa kecil saya terasa dipenuhi kasih sayang berlimpah. Banyak yang momong dan pada akhirnya memberikan sumbangan karakter pada diri saya saat ini.

Saat ini saya “mencelat” lumayan jauh dari keluarga induk orang tua saya alias punjer asal usul. Saya hidup dan berkeluarga di Malang sementara mayoritas keluarga besar berada di Kediri. Di libur tahun baru seperti ini tentu ada rasa rindu pada keluarga, tapi sayangnya suasana tidak mendukung untuk hari ini bersilaturahim.

Semoga semua dulur-dulurku dan kita semua ini senantiasa diberikan sehat, panjang usia, berlimpah rezeki yang barokah sehingga suatu saat bisa berkumpul dalam kebahagiaan. Jauh hanyalah soal jarak tempuh, dengan doa mampu menembus jarak unlimited langit shaft-pitu, langit layer ke tujuhnya Allah SWT. Insyaallah.