Saturday, March 9, 2024

RELIGI: MENATA HATI MENYAMBUT RAMADHAN

Ramadhan merupakan salah satu momentum untuk mengeliminasi keruwetan dalam hidup kita. Keruwetan yang dimaksud di antaranya adalah kesumpekan hati, kecupetan pikiran, bahkan hingga sempitnya rezeki yang sangat kita nantikan terpecahkan hari demi hari.

Ramadhan sebentar lagi datang dan menemani hari-hari kita dalam kurun waktu sebulan mendatang, apa yang harus dipersiapkan dalam rangka menyambut bulan suci ini? Sirup, kurma, jajanan, atau stok bahan makanan kah?

Bukan, bukan itu yang harus dipersiapkan. Badokan dan cekekan semacam itu hanya kebutuhan printilan saja di bulan ramadhan yang mulia nanti. Persiapan terpenting adalah hati dan keseriusan dalam menatap bulan suci itu sendiri.

Kenapa hati harus dipersiapkan? Ini berkaitan erat dengan niat, segala ibadah seyogyanya dilandasi niat dan niat itu adanya di dalam hati sanubari. Dari niat yang tulus dalam hati berharap lahirlah keseriusan dalam beribadah di bulan suci nanti.

Itulah kenapa mbah-mbah kita dulu mengajarkan ritual bernama “tidur” sehari menjelang ramadhan. Membersihkan mushola atau langgar yang akan dijadikan sentra pencarian maghfirah, menabuh bedug sepanjang hari dengan niat tulus dan bahagia menyambut ramadhan.

Apakah budaya “tidur” menabuh bedug dengan pukulan rancak yang indah didengar khas islam mataram ini sudah punah di tengah gempuran masyarakat yang semakin modern dan cinta duniawi? Entahlah. Patut kita simak nasih selanjutnya.

Yang pasti banyak di antara kita yang hanya melewatkan kemuliaan-kemuliaan bulan ramadhan begitu saja tanpa mendapatkan benefitnya. Senang dan riuh dengan segala romantisasi bulan ramadhan, tapi sebenarnya hati dan pikiran kosong tidak terisi kebaikan apapun.

Padahal kita tahu, bulan ramadhan dikenal dalam islam sebagai bulan penuh maghfirah (ampunan Allah SWT). Jika kita para pendosa ini menyeriusi datangnya bulan ramadhan dengan niat, bukankah semakin besar peluang mendapatkan maghfirah yang endingnya adalah kelancaran hidup kita?

Wallahualam bhissowab…

Malang, 9 Maret 2024
Bapaknya Val

Saturday, February 10, 2024

FAMILY: PENDIDIKAN ANAKKU PENDIDIKANKU

Pernikahan itu melahirkan diskusi tiada henti antara suami dan istri. Salah satu diskusi yang tidak bisa dilewatkan adalah ngobrolin soal pendidikan anak. Meski anakku masih kecil, tidak jarang aku dan ibunya Val sudah ngomong basa-basi soal nanti Val sekolah di mana hingga saat besar harus kuliah apa dan di mana. Mungkin terlalu dini ya ngomonginnya, tapi ini realita yang tidak bisa dicegah.

Membersamai tumbuh kembang anak merupakan idaman setiap orang tua tidak terkecuali seorang ayah termasuk diriku. Jika masa kecilku dulu tidak terlalu banyak dibersamai oleh ayah karena beliau saking sibuknya bekerja, maka aku saat ini sebagai ayah tidak ingin mengulang masa lalu itu terjadi pada anakku.

Seorang ayah, pada umumnya gak patek ngreken perihal pendidikan anak, pendidikan anak lebih dibebankan pada sisi ibu. Kalau dipikir mendalam, mungkin itu sudah tidak relevan lagi di era yang seharusnya generasi seusia kami punya cara pandang berbeda dengan orang tua terdahulu. Sebagai ayah tidak perlu malu dan canggung untuk sekedar join dengan ibu-ibu lain nungguin anaknya sekolah.

Waktu akan terbang begitu singkat, itu adalah kepastian yang tidak dapat dihindari oleh manusia. Prinsip itu yang menjadikanku sadar betul bahwa membersamai tumbuh kembang dan pendidikan anak adalah bagian dari rencana hidup dan daily basis yang tidak bisa diwakilkan. Bagiku ayah memiliki peran yang sama dengan ibu dalam memplaning dan mengontrol pendidikan anak.

Terlepas ada dogma yang menyatakan bahwa madrasah diniyah seorang anak adalah ibunya sendiri, tentu tidak akan salah jika ayah juga turut andil lebih jauh dan ‘kepo’ soal hari-hari belajar anaknya. Kuncinya adalah tetap kompromi dengan ibunya yang besar kemungkinan lebih tahu apa bakat terpendam anaknya. Semoga gendukku mendapatkan jaminan pendidikan tertinggi melebihi ayah ibunya, aamiin.

Friday, January 19, 2024

OPINI: MENYOAL COPRAS CAPRES 2024

Sebenarnya saya bertekad ingin mengakhiri ketertarikan dengan isu politik copras capresan kali ini. Karena selain banyak mudharatnya juga terlihat sia-sia saat bertarung opini soal siapa capres cawapres paling rasional dan potensial untuk dipilih. Kesia-siaan itu tentu disebabkan oleh akal bebal para pendukung masing-masing paslon. Seperti percuma saja membangun opini tentang siapa figur yang layak dipilih.

Meskipun begitu, tetap saja naluri dalam hati ingin mengutarakan sudut pandang tentang capres cawapres hari ini. Tujuannya adalah mendapatkan orang-orang yang khilaf lalu terpengaruh dengan opini ini. Melalui tulisan singkat ini tanpa bermaksud menguliti keburukan setiap figur capres cawapres, penulis ingin menyajikan opini yang didasarkan fakta sisi negatif setiap figur. Mari disimak.

Figur pertama penulis mulai dari sisi negatif Capres nomor urut 1 yaitu Anies Baswedan. Siapa yang tidak mengenal Anies Baswedan? Capres bergelar Ph.D yang pernah juga menduduki rektor Universitas Paramadina dan menteri pendidikan ini tentu dikenal sebagai capres dengan intelektualitas terbaik saat ini. Akan tetapi beliau punya catatan negatif dalam rekam jejaknya di dunia maya.

Anies Baswedan dikenal sebagai figur yang bersama-sama dengan kelompok islam puritan memainkan politik identitas sebagai strategi untuk memenangi pilgub DKI kala itu. Tercatat dalam track record digital, gerbong pendukung Anies Baswedan di kala pilgub DKI 2017 saat itu memainkan politik identitas. Benar tidaknya isu ini, sebagian besar simpatisan lawan politik Anies akan mencatatnya sebagai bad notes.

Selanjutnya tentu adalah cawapres nomor urut 1 yaitu Muhaimin Iskandar atau yang lebih dikenal sebagai Cak Imin. Beliau adalah ketua Partai Kebangkitan Bangsa yang cukup lama menduduki posisi itu. Ingat Cak Imin tentu ingat Gus Dur sebagai pendiri PKB. Catatan negatif mayoritas lawan politik Cak Imin tentu berkaitan soal hubungan Cak Imin dengan Gus Dur dalam perebutan partai waktu itu.

Cak Imin dikenal sebagai sosok yang dalam tanda kutip tega mengkhianati pamannya sendiri yaitu Gus Dur. Pada tahun 2008 saat gonjang-ganjing PKB kala itu Cak Imin dinilai sebagai sosok yang dengan sengaja ‘mengkudeta’ Gus Dur, padahal Cak Imin sendiri merupakan keponakan jauh (ada hubungan kekerabatan) dengan Gus Dur. Situasi inilah yang oleh lawan politik Cak Imin diframing sebagai bentuk nir adab, padahal dalam kalangan pesantren adab sangat didewakan di atas logika dan norma lainnya.

Berikutnya adalah capres nomor urut 2 yaitu Prabowo Subianto. Menteri pertahanan kabinet ‘lurah’ Joko Widodo saat ini tentu bukan orang yang asing dengan kontestasi capres cawapres. 2004 beliau yang saat ini diframing sebagai capres Gemoy ini sudah ikut konvensi capres Golkar dan kalah dengan Wiranto. Kemudian berlanjut 2009 menjadi cawapresnya Megawati, dan dua pemilu berikutnya nyapres dan lagi-lagi gagal juga yaitu di 2014 dan 2019 kemarin. Yang harus diakui hebat adalah semangatnya ingin berkuasa, sangat appreciateable!

Apa catatan negatif Prabowo di masa lalu? Penulis pikir akan menjadi yang terbanyak memiliki catatan buruk jika hendak dijabarkan satu persatu. Mulai isu HAM masa lalu dan seterusnya sampai bahkan detik ini dikenal sebagai Menhan yang ‘gagal’ memimpin proyek besar nasional yaitu food estate di pulau Kalimantan. Syarat korupsi. Penulis tidak akan secara detail menguliti sisi negatif Prabowo Subianto karena hemat penulis netizen sudah tidak asing dengan figur ‘ngeyel’ berkuasa yang satu ini.

Selanjutnya barang tentu adalah cawapresnya Prabowo saat ini. Siapa lagi kalau bukan YMM Gibran Rakabuming Raka bin Joko Widodo. YMM adalah Yang Mulia Muda, barangkali pembaca bertanya apa kepanjangannya. Gibran dipilih oleh tim Prabowo karena dianggap sebagai refleksi pemimpin muda atau milenial. Harapannya tentu pemilih muda hari ini akan terpukau dan kesengsem dengan cawapres yang kebetulan seusia. Agak lucu memang situasi konyol ini kenapa bisa terjadi di negara yang terus berstatus berkembang ini.

Gibran dicacat oleh netizen hari ini sebagai sosok planga-plongo jilid dua after bapaknya. Yang terbaru tentu tentang bagaimana dia menghindari undangan debat atau diskusi gagasan yang diselanggarakan oleh para tokoh intelek Muhammadiyah. Selanjutnya yang teranyar adalah bagaimana KPU mengubah aturan secara mendadak bahwa tidak lagi diperlukan adanya debat cawapres. Netizen mengira perubahan mendadak ini adalah pesanan ‘pusat’ agar tidak menjadi ajang mempertontonkan plongoitas (daya plonga-plongo) sosok Gibran Rakabuming Raka.

Figur selanjutnya tentu adalah capres nomor urut 3 yaitu Ganjar Pranowo alias Mas Ganjar. Catatan buruk paling menohok yang diberikan oleh lawan politik Ganjar adalah soal kondisi kemiskinan yang sangat dijiwai oleh masyarakat di setiap sudut Jateng. Secara khusus kasus konflik Wadas yang diselesaikan dengan cara represif juga menjadi catatan negatif Ganjar. Gorengan demi gorengan terkait masalah Wadas ini tak pernah berhenti dilontarkan untuk menyiksa elektabilitas Ganjar Pranowo.

Di samping itu, secara personal Ganjar juga diganjar predikat oleh sebagian netizen sebagai sosok yang ‘porno’ karena pernyataan kontroversinya tentang kebiasaannya menonton bokep alias video porno. Terlepas benar atau tidak, tentu hal ini menjadi catatan negatif tersendiri bagi Ganjar Pranowo di kalangan pemilih milenial.

Last one adalah cawapres nomor urut 3 yaitu Muhammad Mahfudz alias Mahfudz MD yang kebetulan saat ini juga menduduki posisi strategis yaitu Menkopolhukam. Cawapres yang diusung PDIP dan partai koleganya untuk menemani Ganjar Pranowo ini agak sulit dicari rekam jejak negatifnya. Di berbagai literasi internat tidak banyak yang menyajikan data terkait celah negatif sosok Mahfudz MD selain soal ketegasannya membekukan organisasi frontal semacam FPI.

Satu sisi bagi lawan politik Ganjar yang berorientasi pada politik identitas tentu rekam jejak Mahfudz MD yang dengan tegas membubarkan ormas FPI ini akan menjadi bahan gorengan yang renyah. Tapi penulis pikir dampaknya tidak cukup kuat untuk membalikkan fakta bahwa sejauh ini Mahfudz MD adalah figur paling minim cacat di antara capres cawapres lainnya hari ini. Meskipun begitu, bukan berarti Ganjar menjadi aman saat bersanding dengan Mahfuds MD yang mendapatkan tempat di hati banyak netizen ini.

Demikian uraian catatan sisi negatif para capres cawapres hasil literasi penulis di dunia maya. Penulis menyajikan ini bukan dalam rangka membunuh karakter figur-figur yang telah disebutkan, apalagi black campaign. Karena faktanya penulis bukan kader dari partai atau simpatisan capres cawapres mana pun. Penulis hanya ingin menyajikan tambahan wawasan bagi voters khususnya millenial voters agar menjadi semakin tertarik untuk berpartisipasi minimal pasif dalam politik yaitu tidak menjadi golput. Syukur-syukur secara aktif berani menyampaikan opininya.

Salam waras.

Robi Cahyadi
Malang, 2 Desember 2023
Ditemani secangkir kopi di tengah rintik hujan

Sunday, December 17, 2023

FAMILY: JATAH ME TIME

Saya punya kesepakatan tidak tertulis dengan pasangan soal pentingnya diri masing-masing untuk mendapatkan hak berupa me time. Apa itu me time? Kenapa diperlukan dan sampai dibuat kesepakatan tidak tertulis untuk masing-masing mendapatkannya?

Me time dapat diartikan sebagai waktu khusus yang diambil untuk sendirian. Alone. Me time sangat bermanfaat dalam rangka mengevaluasi sebuah makna hubungan keluarga. Me time memberikan peluang pada pasangan untuk saling merenggang satu sama lain agar kembali muncul rapatan.

Karena mustahil menyatukanpadukan dua insan yang berbeda dalam banyak hal, maka me time adalah agenda yang harus kami rutinkan masing-masing. Saya termasuk yang paling sering mengajukan terlebih dulu ke istri untuk mengambil jatah me time.

Lalu bentuk konkrit me time yang dimaksud ini bagaimana? Kami saling memahami jauh sebelum memutuskan hidup bersama dalam ikatan pernikahan, kami sudah memiliki hobi atau circle masing-masing. Dua hal ini yaitu hobi dan circle yang berbeda tentu menjadi alasan kuat untuk bisa menerapkan agenda me time.

Istri saya sangat menyukai olahraga bola basket, muai thai, dan hobi nonton film misalnya. Saya selalu memberikan kesempatan padanya untuk tetap merawat hobinya itu. Alih-alih melarangnya atau mengikutinya ngalor-ngidul, itu hanya akan membuatnya tidak nyaman. Maka jatah me time baginya adalah bagian dari kewajiban saya memberinya.

Begitu juga dengan saya sendiri, saya hobi berpetualang ke tempat-tempat asing yang belum pernah dikunjungi. Saya pun akan mengambil jatah hak me time untuk itu semua. Apakah istri tidak melarang atau ingin ikut? Tentu ada kalanya ingin ada kalanya tidak karena sudah memahami kesepakatan di atas tadi.

Lalu bagaimana dengan anak? Siapa yang merawat atau momong saat salah satu pihak ingin mengambil jatah me time? Justru ini letak balance-nya. Kami menjadi merasakan satu sama lain bagaimana seru dan capeknya ketika mendapatkan jatah membersamai anak. Ini seru.

Meskipun begitu, meski kami memutuskan untuk memiliki kesepakatan saling mendapatkan jatah me time. Kami juga tetap berkomitmen kuat untuk mengambil waktu bersama, family time. Bersama-sama dalam menggapai kebahagiaan dalam keluarga.

Jadi, hakikat ikatan pernikahan bagi kami bukanlah didefinisikan sebagai saling mengikat atau mengekang satu sama lain. Sebaliknya, ikatan pernikahan adalah kompromi besar dalam rangka menggapai kenyamanan masing-masing. Sepertinya terdengar mudah diteorikan, padahal kenyataanya sangat sulit.

Kalau kamu yang dulu masih single bisa jalan sendiri atau dengan circle-mu lalu setelah menikah semua itu tidak bisa kamu lakukan karena alasan ikatan pernikahan. Itu bukan salahmu. Itu hanya karena kamu tidak membuat konvensi atau perjanjian dengan pasanganmu untuk mendapatkan hak berupa me time. Semua ini soal preferensi dalam hidup. Silakan ikuti kata hatimu.

Tabik!

Robi Cahyadi
Malang, 23 November 2023

Sunday, November 19, 2023

OPINI: MENYOAL KARAKTER LINTAS GENERASI

Hari ini 23 September 2023 sedang berada di usia berapakah kalian? Coba hitung dulu usia anda saat ini dan bertanyalah pada diri sendiri atau barangkali bisa mencari bantuan google untuk menjelaskan diri kalian sedang di fase generasi apa. Apakah kalian seorang maturist, baby boomers, gen-x, gen-y, atau gen-z. Kalau gen-alpha memang belum muncul ya.

Kenapa sih bicara dan berbincang soal generasi ini kok sangat menarik? Apa menariknya dari perbincangan mengenai hal ini? Bagi penulis tentu sangat menarik karena ada semacam permasalahan khusus yang penulis namakan sebagai gejolak sosial, yang pada akhirnya berbuntut pada persoalan attitude (budi pekerti).

Penulis bukan sedang resah terhadap gejolak sosial dampak dari perbedaan generasi ini, justru penulis merasa visioner dengan memandang persoalan ini sebagai tantangan yang sangat menarik untuk diperhatikan. Minimal untuk diantisipasi agar tidak kaget atau terkejut dengan fenomena yang akan terjadi.

Baik, penulis akan mencoba menjelaskan secara singkat tentang perbedaan-perbedaan antar generasi yang sudah disebutkan di awal tulisan ini. Mari kita kenali terlebih dahulu tentang pengertian generasi per generasi menurut pandangan dan teori para psikolog yang telah bersepakat tentang itu.

Generasi maturist. Siapakah gerangan? Generasi ini menurut kesekapatan psikolog dan pemerhati sosial di Indonesia diartikan sebagai generasi yang lahir sebelum tahun 1946. Lahirnya sebelum era perang kemerdekaan. Generasi ini sudah sangat langka alias populasinya tidak lagi banyak di tahun 2023 ini. Bisa kita katakan generasi ini adalah buyut kita, jika kita di usia berkisar 30 tahunan. Di generasi ini lah paradigma banyak anak banyak rezeki berkembang.

Kemudian selanjutnya adalah generasi baby boomers. Kenapa dikatakan begitu? Baby boomers secara hariah diartikan sebagai ledakan bayi. Jadi maksudnya adalah generasi yang lahir di era ledakan bayi atau penduduk. Kapan terjadi ledakan penduduk? Pasca era perang kemerdakaan. Jadi setelah perang usai, gen maturist tadi rajin kawin mawin sehingga terjadi ledakan bayi bernama generasi baby boomers. Lahir di rentang 1946-1964.

Kita bicara sedikit lebih panjang untuk generasi baby boomers ini. Secara umum jika kalian berusia 30 tahunan, boleh jadi generasi baby boomers ini adalah kakek-nenek anda. Di generasi ini pola umumnya adalah mereka sangat gigih dalam mempertahankan kekayaan tinggalan orang tuanya. Ada ketrampilan lunak (soft skill) dalam diri mereka yaitu persistance alias tahan banting. Generasi ini dikenal sebagai mayoritas pemimimpin negeri ini sekarang.

Setelah era baby boomers, muncul lah gen-x yaitu generasi yang lahir di rentang 1965-1976. Mereka adalah anak-anak dari generasi baby boomers yang gigih itu. Tentu seperti kata pepatah kuno bahwa buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya. Pun begitu dengan gen-x ini yang memilili tingkat kegigihan sangat baik. Mereka bahkan memiliki tambahan attitude positif berupa kemandirian karena banyak ditinggal pergi orang tuanya ke ladang.

Sisi buruknya, gen-x ini kerap disebut sebagai individu yang skeptis karena tidak suka terlibat dalam kegiatan yang tidak menguntungkan. Kalau sebuah agenda kegiatan yang tujuannya tidak jelas, mereka cenderung tidak akan ikut serta apalagi terlibat lebih dalam. Memiliki tujuan untuk membahagiakan diri sendiri sering kali menjadikan gen-x sebagai pribadi yang tidak segan dalam menunda pernikahan dan memiliki anak. Kira-kira begitu lah kenapa di generasi ini banyak pernikahan usia muda. Lalu sebagai responnya muncul program KB dan seterusnya.

Dari gen-x ini kemudian muncul lah gen-y yaitu generasi yang lahir di rentang 1977-1994. Generasi ini bisa disebut juga sebagai generasi milenial. Sudah banyak teknologi digital masuk dan mulai dikenal oleh gen-x dekade terakhir. Jika generasi sebelumnya di masa mudanya berkirim surat cinta menggunakan titip salam, post card, maka gen-y ini sudah menggunakan media setidaknya kirim salam lewat radio, pager, bahkan sudah beralih ke handphone. Terkini sudah berkomunikasi melalui social media seperti facebook, twitter, whatsapp dan lain sebagainya.

Gen-y ini umumnya memiliki ambisi yang kuat untuk menguasai semua bidang. Mereka juga dikenal sebagai generasi yang dapat diandalkan dalam pemanfaatan teknologi alias tech-savvy. Wih keren nih, benarkah demikian? Itu tergantu kalian juga sih bersedia adaptasi dengan kembang tumbuh teknologi digital atau tidak. Pada gen-y ternyata punya fakta menarik yaitu adanya rasa percaya diri tinggi dan ambisius. Itu sebabnya angkatan ini lebih mudah meraih kesuksesan di usia muda. Saya contohnya. Aamiin 😁

Dibandingkan generasi sebelumnya, kaum milenial lebih terbuka dalam menghadapi perubahan. 
Hidup di zaman yang serba teknologi membuat kaum ini tidak bisa lepas dari penggunaan gawai. Segala hal nyaris dilakukan secara digital. Serius, saat ini banyak hal yang sudah kita lakukan di generasi ini menggunakan cara-cara digital. Sayangnya, kelemahan dari generasi ini adalah rentan terkena depresi dan stres juga cenderung sulit bergaul. Ini fakta lho, itu lah kenapa ada istilah healing (penyembuhan) di era generasi ini karena suka overthinking dan overload.

Terakhir, muncul lah generasi berikutnya yaitu gen-z mereka yang lahir di rentang tahun 1995-2012. Tumbuh di lingkungan yang serba digital membuat generasi ini tumbuh menjadi pribadi dengan karakteristik yang beragam, baik dari sisi hubungan interpersonal maupun akademis. Bicara lebih jauh mengenai karakteristik gen-z, secara umum mereka memiliki ciri-ciri seperti melek teknologi, berpemikiran terbuka, kreatif dan positif attitude lainnya.

Sayang seribu sayang, meski gen-z ini tumbuh dengan kebebasan akses informasi yang nir-batas tapi mereka punya sisi lemah yaitu nir-kegigihan, atau jika tidak bisa dikatakan sebagai nir ya less lah. Kurang gigih, gak patek ngoyo seperti baby boomers atau gen-y. Kesandung masalah dikit, mentok, pasrah atau pindah haluan tujuan yang lain. Merek juga tidak terlalu loyal pada bidan yang mereka tekuni, sangat mudah memutuskan untuk berpindah company saat under pressure. Itulah sebabnya kemudian ada istilah untuk gen-z ini sebagai generasi strawberry, lembek.

Untuk gen-alpha yang lahir di rentang 2013-2025, generasi ini hari ini masih terbilang sebagai anak-anak. Belum terididentifikasi jelas oleh para psikolog tentang karakeristik mereka. Setelah kita mengenal bermacam generasi tadi, penulis ingin mengajak pembaca untuk menyimpulkan beberapa kesimpulan awal atau barangkali disebut sebagai kesimpulan sementara. Karena sangat sulit menyimpulkan secara lugas megingat hal ini sangat dinamis bergantung pada sudut pandang masing-masing pembaca.

Singkat cerita, maturist itu tumbuh dibersamai media sosial bernama teknologi face to face, paling banter formal letter. Surat menyurat melalui tulisan tangan, itu juga kenapa di zaman ini tulisan tangan mereka sangat bagus. Umumnya mengusasi skill tata cara menulis latin tegak bersambung yang sangat indah itu. Tulisan jenis langka oleh zaman saat ini dianalogikan sebagai tulisan dokter. Ciye.

Baby boomers tumbuh bersama dengan cukup banyak face to face meeting, lumayan telepon, dan agak sedikit email. Di generasi ini ketrampilan menulis tangan masih cukup baik dan terjaga keningratannya. Pada generasi ini mereka juga banyak yang berpindidikan tinggi dengan tekad gigih menggenggam dunia. Whaa. Mereka ini gak mudah patah semangat, mereka sering bercerita tentang kesuksesannya dulu.

Adapun gen-x sudah tumbuh dengan media komunikasi email dan telepon. Mereka mulai tambah agile dan tetap mempertahankan kegigihan dalam mentas dari kemiskinan. Gen-x ini saat ini menjadi satu-satunya generasi yang mengalami perubahan dari yang sebelumnya ada menjadi ada, dari yang dulunya belum digital menjadi digital. Generasi ini punya keunikan tersendiri yang tidak dimiliki gen sebelum atau setelahnya, masa peralihan.

Gen-y atau kita ini semakin bertambah sarana komunikasi sosial, di era ini sudah dikenal online message, ratusan social media, dan full internet. Gadget sudah menjadi barang wajib yang membersamai kehidupan sehari-hari mereka. Jika bapak ibunya atau kakaknya menyusun skripsi menggunakan mesin ketik, generasi ini sudah menggunakan microsoft word. Untuk presentasi juga sudah lebih canggih menggunakan power point dengan aneka ragam efek. Sayangnya, sebentar-sebentar pusing minta healing.

Gen-z ini sudah sangat melesat jauh melampaui bayangan bapak ibunya. Mereka di era full internet di mana face time, meeting online dengan berbagai platform yang ada seperti zoom, google meet, bertebaran. Di tambah mereka juga terkena era di mana covid-19 melanda, bakat-bakat anti sosial pun terjadi pada generasi ini. Mereka sangat agile dan pikirannya meloncat-loncat, sayangnya mereka juga tak jauh dari generasi sebelumya yaitu gampang depresi, dikit-dikit minta ganti preferensi. Mereka mudah loncat dari satu perusahaan atau pekerjaan ke perusahaan atau pekerjaan lainnya.

Setelah panjang lebar membaca karakteristik lintas generasi ini, apa harapan sesunggungnya penulis kepada pembaca? Harapannya sangat sederhana, karena ternyata fakta di lapangan fenomena ini sudah terjadi dan tidak bisa dihindari. Maka hemat penulis, sudah seyogyanya kita wise (bijaksana) dalam memahami gejolak sosial yang ada. Kita tidak bisa lagi menuntut generasi selanjutnya harus mirip dengan kita, mengarahkan agar tetap gigih adalah keharusan tapi menolak agility mereka juga tidak disarankan. Blending, atau melebur dengannya adalah sebuah keharusan. Seperti falsafah kita, ing ngarsa sing tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.

Minggu yang sangat bahagia
Malang, 23 September 2023
Robi Cahyadi