Tuesday, October 9, 2018

Tausiyah Alhabib Omar bin Hafidz

Tausiyah Alhabib Omar bin Hafidz
Jakarta, Monas, 8 Okt 2018
Diterjemahkan oleh:
Habib Jindan bin Novel bin Jindan dan Habib Soleh bin Muhammad Aljufri

Dirangkum secara ringkas dan bebas tanpa mengurangi esensi materi oleh:
Robi Cahyadi

Bismillah...

Berkumpul di majelis ini malam ini tujuannya mendapatkan berkah dari Allah SWT

Sekalipun orang kafir dapat pergi ke luar angkasa dan balik lagi ke Bumi jika tidak beriman maka tidak akan mendapatkan berkah dari Allah SWT

Mereka hanya pandai secara teknologi saja tapi tidak beriman, niscaya tidak mendapatkan surga-Nya

Barangsiapa hendak menghancurkan agama ini (Islam) niscaya mereka sendiri yang akan dihancurkan oleh Allah SWT

Dahulu saat Alhabib Mundzir bin Fuad Almusawa meminta izin kepadaku mendirikan majelis rasulullah, aku sangat bahagia

Insyaallah majelis ini diberkahi, dipenuhi ridhlo oleh Allah SWT karena memuliakan nabi besar Muhammad SAW

Musibah-musibah besar insyaallah akan disingkap, oleh karena yang dapat menyingkap adalah hanya Allah SWT

Adakah teknologi yang dapat mencegah gempa bumi?

Adakah teknologi yang dapat mencegah bencana?

Sekalipun teknologi dari negara canggih Dan hebat? Tidak ada!

Dialah hanya Allah SWT yang dapat mengendalikan semua ini, yang memiliki kemampuan dan kekuatan mengendalikan semua hal di alam semesta

Kalau kalian telah benar berniat serius mendekat pada Allah SWT, mari berdoa semoga Allah SWT jauhkan Indonesia dari segala musibah

Musibah yang ada ini tidak lain adalah peringatan dari Allah SWT agar kita senantiasa ingat bahwa kemaksiatan haruslah dihindari

Kami tidak mampu Ya Allah SWT atas musibah ini

Kami mengemis ridhlo-Mu Ya Allah SWT

Kasihanilah kami Ya Allah SWT

Ampunilah kami Ya Allah SWT

Barangsiapa tidak dapat mengambil hikmah dari musibah yang ada di Indonesia ini niscaya akan diberikan musibah yang lebih dahsyat oleh Allah SWT di hari akhir nanti

Bahwa apa yang telah diajarkan kepada kalian di negeri ini yaitu ajaran ahlussunah waljamaah madzabnya Imam Syafii, Almaturidi, Junaid Albaghdadi

Bahwa apa yang telah diajarkan kepada kalian yaitu ajaran ahlussunah waljamaah oleh ulama' terdahulu adalah agama cinta, agama kasih sayang

Mudah-mudahan kalian dijadikan sebagai panji-panji penumpas kejahatan dan keburukan

Semoga kita diberikan iman Islam yang kuat di hati kita oleh Allah SWT

Mari kita barukan dan refresh semangat kita untuk terus mendekat ke majelis mulia ini

Amin...

*Ditutup dengan rentetan doa oleh Alhabib Omar bin Hafidz

**Mohon maaf jika banyak khilaf dari perangkum

Wednesday, October 3, 2018

Renungan: Hati-Hati Terhadap Simpulan Musibah

Sudah selayaknya kita introspeksi diri atas musibah yang terjadi beberapa bulan terakhir ini. Mulai dari gempa bumi Lombok hingga yang terbaru gempa bumi dan gelombang tsunami yang telah menyebabkan Kota Palu dan Donggala menderita. Introspeksi diri saja tidak cukup, yang harus kita lakukan tentu juga berhati-hati dalam menyimpulkan maksud Allah SWT memberikan takdir seperti ini di negeri tercinta kita, Indonesia.

Habib Haidar Bagir telah memberikan sebuah nasehat, begini kira-kira ringkasannya. Jangan berani-berani bilang bahwa musibah atas orang adalah hukuman-Nya. Hanya Allah SWT yang tahu dan jangan anggap kebebasan kita dari musibah itu adalah bukti bahwa kita orang baik. Mungkin itu istidraj (penidakacuhan oleh Allah). Boleh jadi, seperti sabda Nabi, yang dapat musibah adalah orang-orang yang dicintai-Nya. Hati-hati.

Bunyi sabda Nabi yang dimaksud tersebut adalah berikut ini:

Jika Allah mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji (HR. Ath-Thabrani).

Pada dasarnya jangan pernah terlena dengan kondisi kita yang hari ini sedang tidak terkena musibah. Jangan merasa diri lebih baik dibanding orang/kelompok/kaum yang sedang diberikan musibah seperti masyarakat Kota Palu misalnya. Ndak perlu kita suudzon kepada Allah SWT bahwa itu adalah hukuman karena di Kota Palu dianggap tumbuh pesat komunitas LGBT, terdapat desain pelabuhan yang dituduh mirip seperti mata Dajjal misal, dan seterusnya yang hanya asumsi manusia semata. Padahal hanya Allah SWT yang tahu apa rahasia di balik ini semua. Semoga dalam hal ini kita selalu wawas diri.

Sebisa mungkin kita menghindari share suatu konten yang berisi simpulan yang notabene diasumsikan oleh manusia bahwa musibah tersebut terjadi karena di Kota Palu banyak LGBT, banyak kemaksiatan, dan yang lebay adalah katanya akibat Gus Nur Sugi ditersangkakan, dan seterusnya dan seterusnya. Manusia ndak bisa menjudgement seperti itu. Itu ranah kekuasaan Allah SWT. Menyimpulkan sebuah takdir Allah SWT adalah hal yang tidak bisa dilakukan oleh manusia, apapun alasannya.

Provinsi Aceh dulu terkena musibah maha dahsyat berupa bencana gelombang tsunami pada tahun 2004. Padahal kita tidak menutup mata bahwa Provinsi Aceh dikenal sebagai serambi makkahnya Indonesia, syariat Islam dijalankan melalui perda-perdanya di sana. Apakah musibah ini lantas juga akan kita tuduh sebagai bagian dari azab? Ini yang Saya maksud kita manusia hamba yang kecil ini ndak boleh menyimpulkan takdir Allah SWT.

Bahkan, fakta sejarah dunia mencatat bahwa baitullah ka'bah atau makkah al mukarromah pernah juga dilanda musibah banjir yang tidak bisa dikategorikan sebagai banjir kecil. Apakah tempat yang suci dan kita umat Islam sakralkan ini kemudian boleh kita sebut sedang terkena azab? Waallahu a'lam. Sekali lagi hanya Allah SWT yang tahu dan maha mengetahui.

Sepindah malih, pangapunten ingkang katah. Kita sebagai hamba yang kecil ini ndak boleh dan memang ndak akan pernah bisa menyimpulkan bahwa musibah selalu identik dengan azab. Alangkah baiknya kita wawas diri dengan terus berdoa agar selalu dalam kebaikan dan lindungan-Nya tanpa harus menuduh orang/kelompok/kaum yang terkena musibah itu adalah akibat kemaksiatan yang dilakukannya. Iya kalau tuduhan kita benar, kalau salah? Bagaimana? Mengerikan sekali bukan?

Robi Cahyadi
Tambun, 3 Oktober 2018