Thursday, August 27, 2020

INDUSTRY: MAKE TO ORDER VS MAKE TO STOCK

Di dalam proses manufaktur kita mengenal ada dua sistem kerja yaitu make to order dan make to stock. Umumnya make to order ini dipilih oleh perusahaan berbasis automotive dan metal yang nilai produknya mahal, semebtara make to stock ini rata-rata dipakai oleh perusahaan yang memproduksi barang bernilai murah dan konsumtif.

Ilustrasi MTS vs MTO, sumber: Google

Sebagai contoh dari ejawantah dua sistem ini adalah sebagai berikut ini:

1. Toyota

Toyota manufacturing system sangat kuat menerapkan proses produksi berbasis JIT (Just In Time), karena memang dalam praktiknya Toyota akan memproduksi berdasarkan jumlah dan item produk yang telah diorder oleh konsumen. Polanya adalah sales marketing menerima fixed order dari dealer-dealernya yang tersebar di seluruh kota. Itulah kenapa jika anda hendak membeli mobil Toyota misalnya, anda akan dihadapkan pada situasi di mana anda diharuskan indent (pesan dan tunggu). Baru setelah sales marketing menerima fixed order tersebut kemudian terbitlah SPK (Surat Perintah Kerja) untuk diturunkan ke produksi yang digawangi oleh PPIC dan seluruh divisi penunjang. Kemudian diproduksi lah semua bill of material dan semua kelengkapannya hingga jadi produk sesuai permintaan konsumen. Sehingga pola sistem ini lebih terlihat seperti sistem tarik, yaitu menarik produk dari ruang produksi berdasarkan fixed order. Kira-kira seperti itu.

2. Unilever

Unilever merupkan perusahaan dengan basis produksi berupa FMCG (Fast Moving Consumer Goods) dan tentu karena memakai basis produksi seperti itu menjadikan sistem JIS (Just In Case) yang dipilih sebagai prosedur manufakturnya, yaitu singkatnya adalah industri barang kebutuhan sehari-hari yang cepat habis dan sirkulasinya deras. Dalam praktik manufakturnya, Unilever tidak menunggu fixed order layaknya Toyota. Unilever menggunakan cara forecast order yang berarti ramalan pemesanan yang sudah diprediksi oleh sales marketing. Jadi mereka tidak perlu menunggu anda dan kita semua pesan hand body lotion, pasta gigi dan lain-lain produknya Unilever, mereka akan membuat berdasarkan metode Make to Stock, memproduksi untuk nyetok permintan pasar. Sistem seperti ini lebih terlihat seperti sistem dorong, yang artinya sales marketing menuntut PPIC dan divisi produksi untuk menggenjot produksi sebanyak mungkin sesuai dengan forecast order sehingga kebutuhan pasar terpenuhi. Kira-kira begitu.

Memang dua sistem manufaktur tersebut ada plus dan minusnya. Anda, bekerja atau tertarik dengan sistem manufaktur seperti apa? Mari berdiskusi.

No comments:

Post a Comment