Sunday, August 16, 2020

RENUNGAN: MEMAKNAI 75 TAHUN INDONESIA MERDEKA

Tepat esok hari Senin, 17 Agustus 2020 bangsa Indonesia akan merayakan hari lahirnya yang ke 75 tahun. Ada hal yang harus kita renungi bersama dalam kaitannya mengingat dan memaknai merdekanya bangsa ini dari era penjajahan baik Belanda atau Jepang. Penulis mengajak pembaca untuk kembali mengingat saat-saat Indonesia akan menjalani hari penting bagi seluruh elemen bangsa ini yaitu proklamasi kemerdekaan.

Sejarah mencatat, pada 6 agustus 1945 sebuah bom atom meledak di Kota Hiroshima Jepang yang saat itu sedang menjajah Indonesia. Kemudian dengan segala upaya terbentuklah BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau dalam bahasa Jepang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai yang didirikan Pemerintah Jepang di Indonesia pada 29 April 1945.

Kemudian berganti pada 7 agustus 1945 menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau dalam Bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Inkai. Pada 9 Agustus bom atom kembali dijatuhkan di kota Nagasaki yang membuat Jepang menyerah kepada Amerika Serikat. Pada 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir mendengar lewat radio bahwa Jepang telah menyerah pada Amerika Serikat dan Sekutu. Hal ini lah yang memicu para pahlawan serta founding father bangsa ini bergegas ingin segara mendeklarasikan diri sebagai sebuah bangsa yang merdeka bernama negara Indonesia.

Ilustrasi Soekarno-Hatta saat Proklamasi
Sumber: google.com

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 yang dibacakan oleh dua matahari kembar putera terbaik bangsa ini yaitu Soekarno dan didampingi oleh Moh. Hatta bertempat di sebuah rumah hibah di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat. Proklamasi ini menandai dimulainya perang diplomatik antara Indonesia dengan Belanda dan juga warga sipil yang pro-Belanda. Hingga pada titik tertentu kemudian akhirnya Belanda bersedia mengakui kemerdekaan bangsa Indonesia pada tahun 1949.

75 tahun setelah para founding father bangsa ini melepaskan jeratan dari era penjajahan baik Belanda ataupun Jepang, apakah hari ini kita sudah mengisi hari-hari kita dengan nilai positif untuk benar-benar mewujudkan Indonesia merdeka yang sesungguhnya? Jika para pahlawan kita sudah berjuang mati-matian mengangkat senjata dan berdiplomasi di kancah internasional untuk memerdekakan Indonesa, kemudian apa yang kira-kira kita bisa berikan?

Penulis bermaksud mengkritisi diri sendiri (auto kritik) dan juga ingin menyuarakan pentingnya generasi muda khususnya generasi milenial untuk mengisi kemerdekaan bangsa ini. Sudah seyogyanya kita semua berjibaku mengisi apa yang oleh founding father bangsa ini berikan, yaitu kemerdekaan. Kira-kira apa yang bisa kita lakukan? Mari renungkan bersama, sudah sejauh apa diri kita bersungguh-sungguh memberikan performa terbaik sebagai masyarakat bagian dari bangsa yang besar ini.

Penulis melihat bahwa generasi milenial merupakan agen perubahan yang memiliki tanggung jawab paling besar melanjutkan perjuangan kemerdekaan Indonesia dan juga wajib bersikeras mempertahankannya. Cara mengisi kemerdekaan bagi generasi milenial menurut hemat penulis yaitu belajar dengan sungguh-sungguh, secara simbolik dengan mengikuti upacara secara khidmat (jika ada), menciptakan kondisi masyarakat baik offline atau online yang aman dan saling toleransi, meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk membangun bangsa Indonesia ke depan, dan melakukan banyak hal positif lainnya.

Apakah itu semua adalah hal yang sulit dilakukan? Tentu saja iya. Ada banyak ujian serta hambatan dalam diri generasi milenial saat ini untuk mewujudkan tindakan positif yang tersebut di paragraf di atas barusan. Apalagi kita semua tahu hari ini terdapat sebuah ujian besar yang sedang dihadapi oleh bangsa ini dan juga seluruh dunia yaitu wabah pandemi Covid-19. Diakui atau tidak pandemi ini cukup mengganggu proses generasi milenial dalam mengisi kemerdekaan, belajar tidak lagi sesuka sebelum era pandemi, saat ini media daring dijadikan sebagai sarana untuk belajar dan kenyataannya tidak semua anak didik bisa mengikuti pembelajaran daring secara baik dan lancar. Banyak yang terkendala kemiskinan, dan lain sebagainya. Ini merupakan tantangan tersendiri yang harus disikapi dengan bijak oleh semua orang.

Jika biasanya secara simbolis masyarakat dan anak muda generasi milenial belajar memperingati dan merenungi kemerdakaan dengan cara lomba 17-Agustusan (balap karung, panjat pinang, dll.) seperti lumrahnya tradisi masyarakat kita tahun demi tahun, hari ini pemerintah pusat dan banyak diikuti pemerintah daerah memerintahkan untuk meniadakan ritual tahunan ini mengingat pandemi Covid-19 masih terus menghantui dan mengintai kita semua. Meskipun begitu penulis mengajak agar kita semua tetap merasa bahwa esok hari adalah hari bersejarah dan paling penting bagi bangsa ini, khidmat peringatan hari kemerdekaan tidak boleh berkurang sedikit pun. Harus tetap ada perenungan bahwa hari ini dan seterusnya kita semua wajib mengisi kemerdekaan dengan nilai positif.

Melalui sepenggal tulisan ini, penulis mengajak seluruh pembaca utamanya generasi milenial untuk membaca dalam hati secara lantang dan khidmat puisi era pra-kemerdekaan karya Chairil Anwar yang berjudul Aku, berikut ini:

Aku

Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Chairil Anwar, 1943

Terakhir, melalui penutup sepenggal puisi penuh makna perjuangan tersebut penulis berharap kepada semua orang utamanya generasi milenial yang membaca tulisan ini untuk tidak pernah patah semangat dan usah bosan dalam mengisi kemerdekaan ini dengan nilai dan perilaku positif, belajar secara sungguh-sungguh dan menguasi segala bidang keilmuan dan teknologi adalah solusi nyata untuk membuat bangsa Indonesia ke depan lebih baik . Pekik "Aku mau hidup seribu tahun lagi" dari Chairil Anwar tersebut dapat kita semua maknai bahwa perjuangan para pendahulu kita tidaklah boleh terhenti, kita sebagai generasi muda harus terus berupaya membawa bangsa ini menuju kemerdekaan yang hakiki. Selamat merenungi, DIRGAHAYU INDONESIA!



Robi Cahyadi
Malang, 16 Agustus 2020



No comments:

Post a Comment