Monday, November 25, 2019

MECHANICAL; TANTANGAN INDUSTRI MANUFAKTUR


Beberapa minggu lalu saya berkesempatan mengunjungi salah satu perusahaan manufaktur yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Jakarta, dengan produksi utama glasses (berbagai produk kaca) yang terletak di Tegalgede, Cikarang yaitu PT. Mulia Industrindo Tbk.

Siapa sangka kemudian berjumpa dengan senior saya yang selama ini sering menjadi teman untuk sharing ilmu dan wawasan seputar dunia manufaktur. Kami berdiskusi banyak soal masa depan dunia manufaktur yang lambat laun pasti tertuntut untuk melalukan otomasi.

Eranya sudah berubah, ke depan tenaga manusia tidak akan banyak terlibat dalam proses produksi di pabrik-pabrik dan kantong-kantong manufaktur. Eranya adalah robotic, supercomputer, automation, dll. Prinsip utamanya adalah efesiensi dalam segala hal yang berkaitan dengan upaya peningkatan productivity.

Satu yang tercatat menarik dari diskusi kami berdua. Sangat dimungkinkan tidak butuh waktu lama lagi motor bakar konvensional (bbm) akan ditinggalkan, tergantikan oleh motor listrik (EV=Electrical Vehicle). Muaranya tentu terjadi perubahan model dan orientasi bisnis manufaktur, khususnya sektor otomotif.

Jika kita merujuk pada apa yang tersampaikan dalam pidatonya beberapa minggu sebelum pilpres, presiden Joko Widodo menjelaskan, ke depan ada tiga tantangan yang harus diwaspadai industri otomotif. Pertama, semakin meluasnya fenomena mobil listrik, yang diawali oleh Tesla. Mobil listrik besutan Elon Musk ini semula tergolong langka, namun kini banyak diadopsi beberapa negara dan menjadi tren dunia. “Dunia jelas makin mengarah ke mobil listrik. (Berita Satu, 2019).

Mulai tahun 2040, Prancis dan Inggris bahkan melarang mobil lain selain kendaraan listrik. Tiongkok juga mengumumkan akan menjadi yang terdepan dalam mengembangkan mobil listrik dan menjadi pasar terbesar dunia untuk mobil listrik,” papar Joko Widodo kala itu.

Tantangan kedua, menurut Jokowi, adalah disrupsi teknologi, yang ditandai maraknya kendaraan otonom atau transportasi online. Berkembangnya kendaraan otonom bisa membuat pemerintah dan industri melakukan redefinisi pengertian mobil. Kendaraan otonom bisa mengendarai dirinya sendiri. Awalnya digunakan untuk alat angkutan jasa atau kargo, seperti di Silicon Valley dan Los Angeles, AS. “Apakah kendaraan ini bisa diistilahkan mobil? Industri otomotif harus memperluas definisinya supaya bisa mencakup inovasi ini,” uicap presiden RI dua periode ini..

Tantangan ketiga, kata Presiden, yaitu risiko jangka pendek berupa siklus otomotif yang mulai memuncak, terutama di pasar besar, seperti AS dan Tiongkok. Industri otomotif pun memiliki siklus yang peka terhadap perkembangan ekonomi. Jokowi mengungkapkan, penjualan mobil di AS sudah sangat tinggi dan ada kemungkinan ke depan mulai turun. “Di Tiongkok, ekonomi sedang mengalami perlambatan dan dihantui perang dagang. Jadi, kita harus siap menghadapi siklus penurunan ekonomi dunia pada tahun-tahun mendatang. Tapi kita harus optimistis,” tandas Jokowi.

Presiden menekankan bahwa industri otomotif domestik juga harus meningkatkan pasar ekspor guna memberikan nilai tambah lebih besar dan mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karenanya wajib bagi setiap profesional khususnya yang terjun di dunia manufaktur untuk terus adaptif. Selamat belajar good people!

No comments:

Post a Comment