Sunday, November 3, 2019

Mechanical: Evaluasi Job Pekerjaan Operator G1, Perlukah?

Operator G1 Proses Sebagai
Leader of Autonomous Maintenance
G1 proses merupakan bagian paling vital dalam proses produksi bearing secara utuh, dari hasil G1 proseslah dimensi akhir dari produk yaitu bearing dihasilkan. Tingkat presisi tertinggi dalam measuring atau pengukuran dimensi terluar berada di proses ini. G1 berarti First Grinding yang memproses penggerindaan dimensi terluar dari bearing, yaitu outside diameter dan width sideface. Proses ini sangat mempengaruhi kualitas di proses selanjutnya, baik penggerindaan bore ataupun raceway hingga berpengaruh pada kualitas noise dari sebuah bearing.

Tulisan ini berangkat dari analisis penulis atas apa yang terjadi di G1 proses selama ini. Khususnya berkenaan dengan job deskripsi operator G1 yang menurut penulis sudah menyalahi prosedur yang dikehendaki oleh perusahaan. Atau jika tidak ingin dikatakan menyalahi prosedur setidaknya ada perumusan masalah yang dapat direview. Kenapa bisa begitu? Mari kita bedah sedikit agar tercipta sebuah paradigma baru yang harapannya lebih baik dan obyektif.

Begini penjelasan ringkasnya. Hari ini perusahaan sangat komitmen dan sedang dalam keinginan kuat menerapkan salah satu metode dalam TQM (Total Quality Maintenance) yaitu berupa SPT (Stop Panggil Tunggu). Metode SPT ini adalah sebuah metode di mana saat operator menemukan kondisi abnormal dalam proses atau produk haruslah stop pekerjaan dan melapor ke atasan, tentu bertujuan akhir agar tidak terjadi abnormal produk lolos ke next process ataupun abnormal proses yang tidak teridentifikasi lebih dini. Muara dari penerapan SPT adalah kepuasan pelanggan (Customer Satisfy).

Lalu bagaimana yang terjadi di G1 proses khususnya job deskripsi operator? G1 proses boleh dikatakan belum sepenuhnya bisa menerapkan metode SPT tersebut. Hal ini lebih disebabkan oleh biasnya ranah atau tanggung jawab operator G1 itu sendiri sejauh apa. Jika di section atau bagian proses yang lain operator hanya bertugas inti sebagai quality man dan cenderung hanya fokus pada inspection dan penanganan abnormal produk, maka tidak demikian di G1 proses. Diakui atau tidak ada perbedaan yang sangat mendasar dalam ruang kerja operator di G1 proses.

Operator G1 bahkan bisa dalam waktu bersamaan menjalankan dobel pekerjaan sekaligus, pertama sebagai quality man yang fokus pada inspection serta penanganan produk, kedua sebagai orang yang selama ini juga melakukan adjust atau troubleshooting ringan pada mesin saat terjadi abnormal produk. Bahkan lebih jauh dari itu semua, untuk pekerjaan yang sifatnya high-skills seperti change over dan setting, dari awal proses hingga sampai produk dijudgement/dinyatakan OK dan layak running pun operator G1 sangat terampil dan sudah melakukannya sehari-hari.

Titik bias yang ingin disampaikan oleh penulis adalah terletak pada sejauh mana sebenarnya ranah atau tanggung jawab operator G1 itu dalam bekerja? Apakah seharusnya hanya di level quality man atau lebih dari itu? Jika selama ini untuk level operator saja sudah sejauh itu job deskripsinya, tidak berlebihan jika kemudian kita mengatakan bahwa semua operator G1 itu pada dasarnya standar dua dalam tanggung jawab pekerjaan, operator sekaligus setter juga. Keren sekali bukan?

Jika semua operator G1 benar-benar kaku tanpa mengenal fleksibilitas dalam bekerja, dan setiap menemukan abnormal baik produk ataupun proses tidak bersedia adjust atau troubleshooting ringan dan lalu menerapkan SPT secara total frontal, agar kemudian setter atau leadernya yang mengambil tindakan, bukankah akan auto-ambyar dan tidak ada output produksi yang maksimal dari G1 proses? Lalu artinya apa bisa kita sebut operator G1 selama ini tidak menjalankan SPT dengan baik? Silakan simpulkan sendiri. Akan terasa rumit bukan?

Jadi sekali lagi penulis ingin memberikan wawasan dan paradigma baru kepada seluruh pembaca, sudah tepatkah job deskripsi untuk operator di G1 proses selama ini? Adakah yang bisa diperbaiki atau minimal diperjelas dalam kasus yang disajikan ini? Atau setidaknya bisakah dibuat sebuah sistem yang lebih baik lagi? Penulis pikir tidak ada yang tidak mungkin, celah perbaikan itu selalu dan akan tetap ada.

Bisa diibaratkan dalam salah satu pilar TPM (Total Productive Maintenance) yang selama ini diterapkan di perusahaan yaitu Autonomous Maintenance (Jishu Hozen), operator G1-lah role model sesungguhnya. Dedengkot sesungguhnya. Bukan sekedar peka dan peduli terhadap kondisi-kondisi kecil setiap abnormal, tapi sekaligus sebagai eksekutor troubleshooting terdepan saat menemukan kondisi abnormal tersebut. Begitulah realitanya. Lalu, mana apresiasinya?

No comments:

Post a Comment