Sunday, March 8, 2020

Refleksi; Hari Perempuan Internasional

Dai Nippon

Begitu kira-kira rakyat negeri ini dulu menyebutnya, saat mula-mula hadir ke negeri gemah ripah loh jinawi ini mereka menyatakan diri sebagai saudara timur jauh, berjanji hadirnya ke embrio negeri ini adalah untuk kemudian membebaskan rakyat negeri ini dari cengkraman penjajahan Belanda. Manis.

Tapi dalam kenyataan perjalanannya tidak demikian, di bawah kendali Dai Nippon republik ini semakin tersudut, rakyat semakin ditindas, bukan main-main jeritan rintih rakyat kala itu. Sungguh memilukan, petinggi bangsa ini tak cukup mampu dan sanggup membendung kebengisan fasisme Dai Nippon kala itu. Histeris.

Ilustrasi; Jugun Ianfu zaman Jepang
Anak-anak gadis para bangsawan Jawa, Sunda, Minang, bahkan hingga Flores dijanjikan diberikan pendidkan tinggi di Singapura, ratusan bahkan mungkin ribuan perawan-perawan molek bangsa ini dikirim ke Singapura oleh Dai Nippon, janjinya adalah pendidikan dan akan dikaryakan untuk republik. Maklum kala itu emansipasi wanita sedang bergelora dan hasrat wanita untuk mendapatkan pendidikan sedang tinggi-tingginya.

Bahkan saking takutnya agar tidak diminta paksa oleh pemerintahan Dai Nippon kala itu, banyak orang tua gadis-gadis republik ini yang merelakan melepas status gadis anaknya untuk dinikahkan dengan pria macam manapun. Dai Nippon kala itu memang mensyaratkan berupa status gadis jika ingin menjadi bagian dari mereka yang akan diberangkatkan ke SIngapura konon untuk memperoleh pendidikan tersebut. Jadi jika statusnya menikah, amanlah dia.

Kemudian faktanya tak seperti yang dijanjikan, perawan-perawan anak bangsawan ini di negeri seberang sana hanya dijadikan alat pemuas birahi tentara Dai Nippon, bahkan banyak yang dijual ke Kuching, Malaysia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya di mana tentara Dai Nippon berada dalam operasi perang pasifik raya kala itu. Gadis-gadis molek ini disebut sebagai Jugun Ianfu, intinya fasilitas sex gratis bagi tentara Dai Nippon.

Sedikit disuntik bius, ditelentangkan di kamar jorok, telanjang dan digilir beberapa kali tentara Dai Nippon dalam satu malam. Kejam bukan? Bahkan sampai suatu saat akhirnya tibalah negeri ini merdeka, banyak diantara mereka yang tidak bersedia kembali ke asalnya masing-masing karena betapa malu dan beratnya menanggung pilu yang mendalam ini.

Melalui sepenggal kisah pilu ini dan bertepatan dengan hari internasional wanita (International Woman's Day) saya mengajak putri-putri bangsa saat ini, generasi millenial-wati saat ini untuk ingat betapa menyedihkannya masa lampau nenek moyang kalian, belajarlah dari masa lampau yang kelam, jangan pernah lacurkan diri kalian ke dalam kehinaan.

Bangkit dan cerdaslah, wanita ditakdirkan menjadi pionir pendidikan dalam babak awal pendidikan di rumah tangga. Setidaknya begini bunyi dalam sabda Nabi Muhammad SAW; “Perempuan adalah pemimpin atas rumah tangga suaminya dan anak suaminya, dan ia akan ditanya tentang mereka.” (HR Bukhari dan Muslim). Selamat hari perempuan.

Wallahua'lam bisshowab~

Malang, 8 Maret 2020

No comments:

Post a Comment