Tuesday, July 7, 2020

SANG FUHRER; MANAJEMEN LEADERSHIP ADOLF HITLER

Sepenggal Kisah Sang Fuhrer

Adolf Hitler and His Nazi Generals
Sepanjang saya sakit dan pasca dirawat banyak waktu yang terhabiskan untuk membaca literatur yang mengulas tentang perang dunia dua dan utamanya menyoal tentara Nazi yang begitu bersemangat dan ambisius ingin menguasai daratan Eropa di bawah kepemimpinan Sang Fuhrer, Adolf Hitler. Secara umum dunia memang mengecam keputusan Nazi yang membuat langkah perang terhadap dunia dan menjadi kejadian yang paling mengerikan dan merugikan dunia di abad 19 tersebut. Bayangkan saja, sejarah mencatat sebelum pecah perang dunia dua tidak ada satupun kejadian yang semengerikan itu. Ribuan nyawa melayang dan peradaban Eropa runtuh sejadi-jadinya.

Ada pertanyaan yang paling mendasar bagi kita semua tentunya, bagaimana bisa seorang Adolf Hitler seorang mantan veteran perang dunia satu yang lahir dari pedalaman Austria tersebut meyakinkan dan membuat semua orang setia pada perintahnya? Apa rahasianya? Kenapa jenderal-jenderal Nazi yang begitu cerdas dan jenius itu bisa menjadi loyalis setia terhadap Adolf Hitler? Apa menariknya Si Fuhrer ini sampai-sampai mereka semua begitu takut padanya dan berjuang mati-matian untuknya? Bahkan Gobbels si menteri propaganda Nazi yang sangat terkenal dengan pidato propagandanya itu rela mati bunuh diri bersama keluarganya dan menemani Hitler saat-saat terakhir di fuhrerbunker-nya?

Joseph Gobbels, Heinrich Himmler, Erwin Rommels, Martin Bormann, Karl Donitz, dan banyak jenderal hebat lainnya semua pasang badan demi Hitler, apa yang bisa membuatnya demikian? Ini sangat menarik diulas oleh para sejarawan dan menjadi topik paling hangat sepanjang beberapa dekade setelah perang dunia dua berakhir. Semua orang bahkan sampai hari ini masih bingung kenapa semua itu bisa terjadi, apa rahasia sebenarnya. Beberapa teori mengemuka dan dengan metodologi ilmiahnya bersaing ingin meyakinkan publik tentang rahasia apa yang membuat Hitler bisa sedemikian ditakuti dan diikuti.

Salah satu teori yang paling diyakini oleh sejarawan adalah itu semua terjadi dikarenakan Hitler memiliki apa yang pemimpin besar lain di dunia ini tidak memiliki. Apakah gerangan? Manajeman adu domba. Ya, itulah yang tidak banyak orang sadari tentang apa yang menjadi khas dan strategi Sang Fuhrer dalam memimpin Nazi Jerman dan mengendalikan semua orang jenius di sampingnya. Dia memiliki apa yang oleh ilmuwan disebut sebagai manajemen adu domba. Peoples manajemen yang sangat berhasil di jamannya. Menarik bukan?

Hitler tidak pernah benar-benar menyayangi satu orang pun jenderalnya, saat dia mengatakan kepada Bormann bahwa Bormann adalah yang paling dibanggakan dan dikaguminya karena sanggup membuatkan Hitler sebuah Eagle Nest sebagai benteng perlindungan, di satu sisi dia juga menyalahkan Bormann di hadapan jenderal yang lain. Dan tak jarang membuatnya malu di depan umum dan sering menarik ulur apa yang pernah dikatakannya. Manajemen adu domba berulang seperti ini yang kemudian membuat seluruh jenderal-jenderal jeniusnya terus bersaing dan menunjukkan kinerja serta citra terbaiknya di hadapan Sang Fuhrer. Mereka bekerja maksimal dan loyal terhadap pemimpinnya, tak satu pun dari mereka yang berpikir untuk membelot dari setiap perintah dan rencananya. Semua saling berkompetisi untuk menjadi yang terbaik di hadapan Hitler. Jenius.

Dari sepenggal kisah ini kita semua bisa belajar sisi positif Hitler sebagai pemimpin Nazi Jerman yang sangat terkenal itu. Dia punya strategi bahwa tidak semua bawahannya harus disayang atau sebaliknya dibenci, tarik ulur tentang apa yang dia katakan kepada loyalisnya adalah kunci agar mereka bekerja berkompetisi maksimal padanya. Apakah gaya leadership seperti ini bisa diterapkan di dunia moderen saat ini? Di dunia organisasi dan kerja hari ini misalnya? Tentu saja bisa dan sangat mungkin diterapkan. Tergantung keberanian dan siapa pemainnya. Apakah anda sebagai pemimpin tertarik memakai gaya Adolf Hitler dalam mengelola manajemen people di lingkungan anda? Jika tidak, anda patut sesekali bereksperimen mencobanya. Semoga berhasil.

Salam,
RC28~
Malang, 7 Juli 2020

No comments:

Post a Comment