Saturday, October 14, 2017

Surat Terbuka Untuk Mbak Yu

Surat terbuka untuk Mbak Yu ku, mbak Sri Andayani yang sangat aku dan tentu kami semua banggakan

Jadi begini Mbak Sri, kalau boleh saya berkata jujur, jujur saya katakan (meminjam istilah pak Ferry) Mbak Sri ini sebenarnya layak dijadikan role model bagi karyawati NSK level spesialis ke bawah, yang memimpikan kesejahteraan lebih tentunya. Kita semua yakin kesejahteraan tidak dapat diraih tanpa upaya dan kerja keras serta kontribusi-kontribusi yang nyata seperti yang selama ini Mbak Sri tunjukkan di organisasi baik di ranah internal NSK atau pun di level external, PP misalnya.

Aku yakin kita semua di lingkungan organisasi serikat pekerja NSK salut dengan apa yang njenengan selama ini perjuangkan. Tidak banyak dari kami yang bisa meluangkan banyak waktu untuk berjuang di luar sana bersama-sama kawan buruh lain untuk memperjuangkan kemerdekaan buruh yg sebenar-benarnya merdeka. Sampai sejauh ini aku sepakat Mbak Sri lah satu-satunya karyawati atau bahkan jika harus diperluas lingkupnya sampai ke karyawan NSK (gak cuma karyawati saja deh). Ya cuma Mbak Sri thok yang sekonsisten ini.

Akan tetapi ada masalah lain yang Mbak Sri tidak peka, atau dalam bahasa lain belum paham situasi yang sebenarnya. Situasinya begini lho, Mbak Sri ini memang terlihat sangat aktif mensosialisasikan perjuangan-perjuangan buruh dan mahfum akan isu global perburuhan. Yang jadi masalahnya mbak Sri kurang bisa menempatkan posisi kapan dan dimana saat dan letak yang tepat untuk menyampaikan aktivitas perjuangan Mbak Sri ke kawan-kawan NSK. Kita harus pahami bersama bahwa orang Indonesia kebanyakan tidak nyaman dengan leadingnya (melejitnya) orang lain.

Dari kondisi tersebut yang terjadi tentu adalah pandangan umum kawan-kawan NSK yang secara diam-diam (alias gak mau blak-blakan) yang sesungguhnya menyatakan perasaan bahwa Mbak Sri ini orangnya agak sedikit narsis (suka pamer perjuangan). Lha padahal kita semua sepakat perjuangan itu bukan untuk dipamerkan atau dijadikan alat untuk memposisikan diri agar terlihat lebih progresif revolusioner dibandingkan kawan-kawan yang lain. Seperti itu kira-kira yang sedang saya amati. Benar tidaknya ini sangat relatif.

Mungkin paragraf di atas persis barusan itu akan menyinggung perasaan Mbak Sri, tapi itulah realitanya. Benci sama aku ya silakan namanya juga surat terbuka, sudah menjadi resiko kalau misal bakalan dibenci. Toh aku tetap komitmen dan setia, mengapresiasi perjuangan Mbak Sri! Salut pokoknya. Jangan pernah lelah menjadi orang baik, itu pesan yang seringkali dikatakan berulang-ulang oleh para pejuang Kesejahteraan baik yang amatir ataupun yang kelas madya.

Terus solusinya apa? Untuk menghindari kegaduhan yg seperti ini? Saling serang sesama teman? Tolong kawan-kawan semuanya yang ada di sini kiranya bisa memperhatikan hal berikut, jangan kecilkan semangat orang-orang seperti mbak Sri (atau siapapun itu) yang sedang rajin dan bersemangat berjuang dalam mengawal isu perburuhan, dukung penuh orang-orang seperti ini, kalau perlu organisasi menganggarkan dana dukungan alias nyangoni. Sesekali andaikan pengen ngguyoni yo gak masalah sing wajar tapi, jangan keseringan ndak malah dadi baper.

Juga mbak Sri (atau siapapun lah) yang terlibat dalam perjuangan buruh juga disarankan supaya ndak perlu terlalu narsis agar diakui top markotop oleh kawan-kawan yang lain. Slow saja. Nothing to lose dalam berjuang, insyaallah malah dijempoli dobel sepuluh karo bolo, dan yang paling penting diganjar pahala karo Gusti Alloh. Sampaikan setiap isu perjuangan buruh yang ada tanpa harus tergopoh-gopoh apa yang disampaikan harus bisa dipahami orang lain seketika itu juga. Toh pada akhirnya yang waras akan mikir to? Sepurane yen okeh kelirune.

Robi C
(Tukang ngamati Grup WhatsApp)


No comments:

Post a Comment