Monday, October 7, 2024

RELIGI: MASJID JAWA TIMUR LAWAS

Tidak ada kubah dan memang sebenarnya ndak masalah walau tidak ada, saking masyarakat kita ini mudah minder sehingga di kemudian hari dan kini masjid selalu dipasang kubah dengan reason agar seperti masjid-masjid di timur tengah dan beberapa menganggap itu bagian dari bentuk mengikuti sunnah. Entah.

Dalam foto ini, tampak masjid tua yang berada di wilayah desa Temenggungan, kecamatan Udanawu, kabupaten Blitar. Sebuah wilayah yang nyaris sejengkal dengan desa Pelas, kecamatan Kras, kabupaten Kediri. Masjid ini bernama Baiturrokhman yang berarti rumah sang pengasih. Kira-kira masjid ini berdiri sekitar tahun 50-an.

Bentukan masjid tempo dulu selalu berciri khas demikian, bentuk atapnya adalah berupa limas bertingkat atau bersusun yang menampakkan kesan tinggi dan gagah. Tidak diperlukan kubah dalam konsep pembangunan masjid di Jawa tempo dulu. Atap limasan atau tajug ini sudah menjadi ciri khas yang sebenarnya menawan lagi istimewa jika diperhatikan.

Pun begitu dengan serambinya, bagian luar yang integral dengan bangunan tengah utama masjid. Bentukannya pun berupa selasar memanjang dengan atap limasan yang kadangkala bersusun dan berkonsep joglo (tajug loro). Menambah keindahan masjid secara utuh. Ini adalah wujud mahakarya arsitekur nusantara.

Pada dasarnya, konsep umum masjid Jawa tempo dulu adalah menjadikan ruang utama masjid terbagi dua, sebelah kiri untuk jamaah laki dan kanan untuk jamaah perempuan. Adapun serambi masjid Jawa tempo dulu pada umumnya dipergunakan untuk berbagai aktifitas seperti halnya mengaji, rapat takmir dan atau acara-acara keagamaan lainnya.

Kemudian dengan kamar mandi sekaligus tempat wudhlu di sebelah kiri untuk jamaah laki, pun begitu dengan sebelah kanan yaitu kamar mandi dan tempat wudhlu untuk jamaah perempuan. Kentongan besar dan bedug yang khas dari kulit sapi pada umumnya diinstal di pojok serambi masjid, bisa di kiri atau di kanan. Sangat indah.

Halaman masjid di kampung-kampung pedesaan Jawa yang mayoritas cukup luas tentunya dapat dijadikan berbagai fungsi positif bagi jamaahnya. Mulai dari fungsi lahan parkir, lahan pengajian umum tahunan, lahan untuk agenda rutin tahunan seperti saat merayakan malam takbiran atau sebagai lokasi penyembelihan hewan qurban saat Idul Adha datang. Begitu kira-kira gambaran umumnya.

Namun dewasa ini, akibat pengaruh pemahaman beragama yang semakin luas dan global. Pembangunan masjid baru-baru ini sudah tidak lagi menggunakan konsep limasan berserambi seperti nampak pada foto ini. Kini masyarakat umumnya lebih menyukai desain ketimur-tengahan, desain kotak dengan atap berkubah besar adalah impian masyarakat hampir di banyak wilayah.

Begitu kira-kira sekelumit wajah baru perubahan sosial budaya masyarakat Jawa pada umumnya. Diakui atau tidak, perlahan pola sosial dan budaya masyarakat selalu berubah seiring dengan perkembangan zaman. Tentunya penulis berharap masjid klasik nan indah seperti masjid Baiturrokhman di foto ini, masih terus eksis di tengah gempuran arsitektur timur tengah yang katanya lebih modern itu.

Pelas, Kras, Kediri, September 2024

No comments:

Post a Comment