Ilustrasi Mom & Dad Source: google.com |
Pada era modern ini panggilan untuk orang tua sangat beragam. Ini tentu dipengaruhi oleh banyak hal antara lain adat istiadat suatu daerah, budaya keluarga, strata sosial, pengaruh urbanisasi dan lain sebagainya.
Anak-anak Betawi mungkin terbiasa dengan panggilan nyak-babeh ke orang tua mereka. Anak-anak suku Sunda mungkin lebih banyak yang pakai istilah abah-ambu. Anak-anak suku Batak umumnya lebih jamak memakai istilah amang-mamak atau barangkali ada yang lainnya?
Saat saya masih kecil dulu, saya diajarkan secara alamiah bahwa cara memanggil untuk kedua orang tua adalah bapak dan ibu. Karena kebetulan saya orang Jawa jadinya lebih banyak menyebutnya hanya dengan pak atau buk saja.
Sebagai contohnya dalam penggunaan komunikasi sehari-hari misalnya, “pak njaluk sangune” yang berarti “pak minta uang sakunya”. Atau “buk, wis wayah mbayar SPP” yang berarti “bu sudah waktunya bayar SPP”.
Di tengah pergaulan saya dengan teman sebaya di kampung halaman, panggilan pak dan buk terkategori lumayan jamak. Tetapi ada lagi yang lebih jamak dipakai oleh teman-teman masa kecil saya, misalnya memanggil orang tua dengan panggilan pak (berasal dari kata bapak) dan mak (berasal dari kata emak).
Ada juga teman masa kecil di kampung halaman yang kebetulan dari kalangan agak agamis dan lebih dekat tradisi pesantren, memanggil orang tuanya dengan panggilan bah (dari kata abah) dan umi. Tapi jumlahnya minoritas tidak sejamak yang menggunakan panggilan pak dan mak.
Hari ini, sepertinya panggilan pak dan mak atau pak dan buk sudah cukup jarang kita dengar pada generasi anak kita dalam memanggil kita. Ya memang kitanya sendiri yang terbawa arus dengan penggunaan istilah lainnya yang mungkin terdengar lebih modern sehingga mengajarkannya ke anak kita pun demikian.
Anak-anak kita dan banyak dari anak-anak di generasi saat ini sudah banyak sekali yang menggunakan panggilan ayah-bunda untuk yang cenderung memilih sensasi nasionalis, abi-umi atau abah-umi untuk yang ingin memperlihatkan sisi islami, dan barangkali papi-mami, papa-mama, daddy-mama untuk menampakkan sisi strata sosial yang tinggi.
Saya pribadi sebagai orang tua yang saat ini sedang memiliki anak kecil, tak pernah mengajarkan anak memanggil saya dengan panggilan aneh-aneh. Saya selalu mengupayakan untuk menuntun anak mengeja bapak atau paling banter ayah. Sementara istri saya lebih nyaman jika anaknya memanggil dia mama.
Yang pasti tiap generasi ke generasi memiliki perbedaan cara penyebutan atau panggilan terhadap orang tua mereka. Saya sendiri ingat saat kecil, bapak saya memanggil orang tuanya (yang artinya kakek nenek saya) dengan sebutan pak-mak. Sementara ibu saya memanggil orang tuanya dengan panggilan pak-mbok.
Tidak hanya soal cara memanggil terhadap orang tua yang berbeda antar generasi satu dengan lainnya. Ada banyak perbedaan yang seharusnya diakui dan tidak dipaksakan untuk bisa selalu sama. Yang artinya kita tidak bisa lagi memaksa anak kita harus menjadi seperti kita atau sebaliknya orang tua kita meminta kita harus persis seperti mereka. Sudah ndak usum lagi yang demikian ini.
Ngomong-ngomong, bagaimana kalian memanggil orang tuamu? Dan bagaimana kalian dipanggil anak-anakmu?
No comments:
Post a Comment