Saya punya kesepakatan tidak tertulis dengan pasangan soal pentingnya diri masing-masing untuk mendapatkan hak berupa me time. Apa itu me time? Kenapa diperlukan dan sampai dibuat kesepakatan tidak tertulis untuk masing-masing mendapatkannya?
Me time dapat diartikan sebagai waktu khusus yang diambil untuk sendirian. Alone. Me time sangat bermanfaat dalam rangka mengevaluasi sebuah makna hubungan keluarga. Me time memberikan peluang pada pasangan untuk saling merenggang satu sama lain agar kembali muncul rapatan.
Karena mustahil menyatukanpadukan dua insan yang berbeda dalam banyak hal, maka me time adalah agenda yang harus kami rutinkan masing-masing. Saya termasuk yang paling sering mengajukan terlebih dulu ke istri untuk mengambil jatah me time.
Lalu bentuk konkrit me time yang dimaksud ini bagaimana? Kami saling memahami jauh sebelum memutuskan hidup bersama dalam ikatan pernikahan, kami sudah memiliki hobi atau circle masing-masing. Dua hal ini yaitu hobi dan circle yang berbeda tentu menjadi alasan kuat untuk bisa menerapkan agenda me time.
Istri saya sangat menyukai olahraga bola basket, muai thai, dan hobi nonton film misalnya. Saya selalu memberikan kesempatan padanya untuk tetap merawat hobinya itu. Alih-alih melarangnya atau mengikutinya ngalor-ngidul, itu hanya akan membuatnya tidak nyaman. Maka jatah me time baginya adalah bagian dari kewajiban saya memberinya.
Begitu juga dengan saya sendiri, saya hobi berpetualang ke tempat-tempat asing yang belum pernah dikunjungi. Saya pun akan mengambil jatah hak me time untuk itu semua. Apakah istri tidak melarang atau ingin ikut? Tentu ada kalanya ingin ada kalanya tidak karena sudah memahami kesepakatan di atas tadi.
Lalu bagaimana dengan anak? Siapa yang merawat atau momong saat salah satu pihak ingin mengambil jatah me time? Justru ini letak balance-nya. Kami menjadi merasakan satu sama lain bagaimana seru dan capeknya ketika mendapatkan jatah membersamai anak. Ini seru.
Meskipun begitu, meski kami memutuskan untuk memiliki kesepakatan saling mendapatkan jatah me time. Kami juga tetap berkomitmen kuat untuk mengambil waktu bersama, family time. Bersama-sama dalam menggapai kebahagiaan dalam keluarga.
Jadi, hakikat ikatan pernikahan bagi kami bukanlah didefinisikan sebagai saling mengikat atau mengekang satu sama lain. Sebaliknya, ikatan pernikahan adalah kompromi besar dalam rangka menggapai kenyamanan masing-masing. Sepertinya terdengar mudah diteorikan, padahal kenyataanya sangat sulit.
Kalau kamu yang dulu masih single bisa jalan sendiri atau dengan circle-mu lalu setelah menikah semua itu tidak bisa kamu lakukan karena alasan ikatan pernikahan. Itu bukan salahmu. Itu hanya karena kamu tidak membuat konvensi atau perjanjian dengan pasanganmu untuk mendapatkan hak berupa me time. Semua ini soal preferensi dalam hidup. Silakan ikuti kata hatimu.
Tabik!
Robi Cahyadi
Malang, 23 November 2023
No comments:
Post a Comment