Sebuah repost…
Stakeholder di negara maju seperti US, Germany, Jepang, China, India berlomba temukan vaksin Covid-19, sementara masyarakat kita di Indonesia masih debat berkutat mencari pembenaran Covid-19 itu nyata atau hanya sekedar konspirasi.
Sampai kapan ya warga bangsa ini hidup di bawah kegelapan? Kita ini sering merasa sebagai bangsa timur yang menjunjung tinggi peradaban dan kultur, padahal salah satu kultur yang kita langgengkan adalah mencari atribusi (penghargaan) di mata orang lain.
Tidak jarang orang yang bukan ahlinya terus-terusan berbicara ngalor ngidul soal perihal yang sebenarnya mereka tidak tahu sama sekali. Politisi bicara dunia medis, aparat keamanan dan ketertiban bicara agama, pemusik bicara sains, dan seterusnya. Terus sampai pernyataan bias terulang-ulang sehingga menjadi biasa.
Masyarakat pun juga demikian mudahnya menerima mentah semua serapah yang disampaikan oleh orang yang tidak ahlinya. Bahkan sering dijadikan kutipan untuk kemudian dipamerkan kepada orang lain dalam kerangka hubungan sosial. Grup WA keluarga kadang isinya banyak berupa repost broadcast informasi yang sebenarnya adalah sampah.
Nafsu angkara murka adalah penyebab semua ini. Haus atribusi, ingin dipandang, butuh perhatian, ingin diikuti dan seterusnya. Itulah watak dasar manusia yang berasal dari sisi gelap sanubari alam kejahatan. Setan tak benar-benar hanya berwujud api seperti kiasan selama ini, seringkali malah berwujud manusia dalam berbagai sifat sikapnya yang hina.
Mojosari
Penghujung Juli 2020
No comments:
Post a Comment