Ini tulisan singkat yang ditulis menurut opini pribadi dalam rangka memperingati mayday alias hari buruh 1 Mei 2025 dan diharapkan mampu memecah kebuntuan cara pandang dan kesempitan bernalar. Harapannya tentu pembaca akan tercerahkan dan memiliki harapan yang positif yang pada endingnya akan mampu hidup disertai juga dengan tingkah laku positif.
Dalam satu bahkan hampir mendekati dua dekade terakhir ini, kita paham betul iklim investasi yang konon tidak bagus di negeri ini membuat para kapitalis (pegusaha) dan pemerintah yang pro dengannya, dengan sekuat tenaga membuat regulasi bahwa model hubungan kerja terbaik adalah berbasis kontrak. Syukur-syukur alih daya. Begitu.
Kondisi ini tentu membuat banyak buruh bahkan di semua level mulai dari worker atau pelaksana hingga level managerial mengalami fase bekerja berbasis kontrak. Ada beberapa perusahaan yang secara internal cukup bagus financialnya sehingga kontrak mungkin dijadikan sebagai opsi masa penilaian awal, yang waktunya sebentar dan lalu dipermanenkan.
Tapi tidak sedikit perusahaan yang umumnya lebih senang mengklaim financialnya tidak bagus sehingga opsi hubungan kerja berbasis kontrak adalah sedapat mungkin selamanya. Sepanjang hayat si pekerja. Begitulah kira-kira teori dasarnya, maka beruntunglah generasi yang saat ini bisa berleha-leha tanpa banyak kontribusi yang dulunya dengan mudah langsung dipermanenkan. Benarkah yang demikian ini ada? Ya ndak tahu coba diamati.
Kembali lagi ke konsep judul tulisan ini. Banyak motivator yang memberikan nasihat positif berlagak romantis bahwa di zaman sekarang ini yang terpenting adalah tetap berpenghasilan, bukan berpenghasilan tetap. Katanya yang terpenting itu bukan menjadi pegawai tetap akan tetapi tetap berpenghasilan. Benarkah demikian yang realistis? Mari kita simak.
Konsep di atas ini tidak sepenuhnya salah, bahkan secara teoritis terlihat sangat benar. Tapi ada problem lain yang jarang diakui meskipun sebenarnya sangat mudah dirasakan. Konsep kapitalis memberlakukan regulasi hubungan industrial antara pengusaha dan pekerja berbasis kontrak ini menyisakan PR yang tak kunjung ada jeluntrungnya.
Dari sisi pengusaha memang benar, kontrak adalah bentuk perwujudan dari cara agar SDM selalu kompetifif sepanjang waktu. Tapi dari sisi pekerja, model kerja berbasis kontrak ini memunculkan isu modern hari ini bernama mental health issue. Kompetisi di tengah pekerja tidak jarang menjadikan nurani kemanusiaan menjadi pekat hitam gulita sehingga seringkali halal darah teman atau saudaranya sendiri. Terasa kan?
Mulai bisa dipahami kah arah opini ini? Ya benar, secara teori model kerja berbasis kontrak akan fully menguntungkan bagi kapitalis. Tapi fakta terpendamnya iklim kerja akibat dari regulasi itu memunculkan problem bernama high turn over dan toxic environment, yang sesungguhnya jika dipahami betul hal ini lah yang menjadi penghambat laju pertumbuhan dan perkembangan SDM. Muaranya rendahnya produktifitas.
Tapi sayang seribu sayang, realita yang tidak ketara ini seringkali diabaikan. Karena muara dari bisnis adalah cuan, uang. Maka regulasi terbaru yang dirancang di lima tahun terakhir ini justru semakin lebih parah dari sekedar itu. Sederhana saja, kalau bisa level managerial dikontrak by lembaga outsource, why not? Kira-kira begitu redaksional usulannya, dan ini akan terus diproduce oleh pihak yang berkepentingan. Yakin deh.
Lalu bagaimana menyikapi ini semua. Perbanyak piknik dan hiduplah sesantai mungkin, dalam segala aspek kehidupan. Bekerjalah untuk tetap hidup, sederhana saja. Jangan hidup untuk bekerja, nanti kalau menderita tipes atau TBC ya kalian akan diafkir dan digantikan tenaga baru. Lho berarti ini menggembosi loyalitas dong?
Ya terserah opinimu, wong opini dan sudut pandang itu sejatinya bersifat bebas merdeka. Kalau pun harus ada limitasi, ya limitasinya kan perasaan orang lain yang harus dijaga. Palingan begitu. Pesan terakhirnya, ayo jangan berhenti untuk tetap investasi leher ke atas. Kepalanya diisi dengan hal-hal baik agar laku kehidupan juga semakin mendewasa dan vibes auramu positif.
Salam dari Situbondo. Selamat hari buruh.
Robi Cahyadi (Aktif menulis dan menyuarakan opini di laman pribadi (ciyeilah) agar menghasilkan uang).