Saturday, March 8, 2025

EXPERIENCE: Belanja di Pasar Lawang

Seminggu sekali saya dan istri ke pasar Lawang untuk membeli pisang kesukaan Fiyo dan Val. Saya punya langganan, mbah tua yang berada di pojok ujung pertigaan selatan pasar sering menjadi tujuanku.

Pisangnya fresh dan tentunya murah meriah, satu cengkeh alias satu sisir hanya 15 ribu saja. Terkhusus buat ndulang gendukku bisa bertahan semingguan. Hemat dan tentu menyehatkan bukan?

Selain pisang, mbah tua ini juga jualan buah lainnya seperti nanas, pepaya, dan sejenisnya. Saya salut dengan usianya yang tidak muda, mbah ini konsisten berjualan sepanjang waktu di pagi hari di saat ramainya pasar.

Saya membayangkan, di era yang anak-anak muda saat ini ndak gelem buka lapak dan bakulan di pasar. Kira-kira siapa ya generasi 10 tahun mendatang yang akan jualan di pasar? Pasar isinya pedagang sepuh-sepuh semua saat ini.

Padahal sudah banyak cerita manusia-manusia sukses di seantero negeri ini, kesuksesannya berkat hasil jerih payah orang tuanya yang bakulan di pasar. Pasar tradisional adalah urat nadi rakyat jelata, seyogyanya mendapatkan tempat perhatian extra.

Lawang, 9 Februari 2025

Wednesday, January 15, 2025

EXPERIENCE: KALI UMPRIK DI DESAKU

Dahulu musim hujan dan musim banjir kali umprik seperti ini, di sepanjang Karangdoro dusun tempat kelahiran saya, ada beberapa orang yang mendadak punya profesi baru yaitu bikin anjungan di pingir kali dan melek semalaman untuk ngayap ikan. Mencari penghasilan tambahan dari menangkap ikan sungai.

Ada almarhum mbah Kadis

Ada almarhum mbah Atim

Ada makde Tamar

Ada mbah Kandut

Ada yang muda seperti pak Suroso dan Kambali

Dan masih banyak yang lainnya

Mereka semua mendapatkan ikan ontentik dari kali sepanjang dusun Karangdoro itu yang konon diduga kuat ikan-ikan ini adalah hasil migrasi dari kali Brantas yang sedang meluap, banyak sekali jenis ikan yang didapatkan seperti; bethem, wader, tawes, garingan, kutuk, dll.

Almarhumah ibu saya suka beli ikan-ikan tersebut, kemudian memasaknya menjadi lauk yang nikmat dan bergizi bagi anak-anaknya, ikan yang kebetulan ada telurnya, telurnya sangat enak saat digoreng garing, ini kesukaan saya. Inilah barangkali salah satu sebab kenapa saya bermental sebaik ini, ciye.

Sayangnya itu semua hanya kenangan manis di zaman saya kecil, saat ini kita semua tidak bisa memberikan kenangan serupa kepada anak-anak kita. Alam saat ini sudah berbeda. Betul?

Karena kalinya angok atau asat ndak ada iwaknya, sumber daya iwak kali tak lagi populer seperti zaman 15-25 tahun yang lalu. Bahkan saat kita ingin mangan iwak kali, mungkin saat ini hanya bisa ditemukan di warung-warung wader dan uceng yang bercecer di beberapa jalan utama Kediri-Tulungagung-Blitar.

Ini bentuk nyata dari degradasi sumber daya alam, alam tidak lagi ramah dan memberikan dampak positif pada manusia. Kali menyempit akibat sedimentasi sampah, dan hal-hal buruk lainnya. Siapa aktor utama dari buruknya alam ini? Ya manusia, siapa lagi. Masa mau nyalahin dhemit.

Salam dari Malang untuk dulur-dulurku semua semoga senantiasa sehat selalu. Aamiin ☕️