TRACEABILITY DALAM INDUSTRI MAKANAN
Salah satu syarat food industry dalam menjalankan produksinya adalah dengan memenuhi standar keamanan pangan. Keamanan pangan sendiri dapat didefinisikan sebagai upaya yang diperlukan industri makanan untuk mencegah produknya dari kemungkinan tiga cemaran, yaitu cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu (foreign materials).
Berdasarkan landasan keamanan pangan ini maka diperlukan satu alat khusus dalam industri pangan untuk melacak aliran proses produknya ketika sedang dalam masalah saat sudah dilempar ke konsumen. Traceability atau keterlacakan bertujuan memastikan dan menjamin semua tahapan dalam aliran proses dapat diketahui secara transparan.
Baru-baru ini kita mendengar kabar yang cukup mengejutkan saat salah satu produsen mi instan yang berasal dari Indonesia mengalami masalah recall product dari peredaran. Penarikan produk yang sudah terlanjur beredar di market Hongkong ini diduga kuat akibat adanya temuan kandungan pestisida dan etilen oksida dalam sampel produk. Kita tentu memahami dengan baik bagaimana bahaya pestisida jika terkonsumsi ke dalam tubuh. Secara tidak sengaja jika terkonsumi, pestisida dapat meracuni.
Sering tanpa disadari bahan kimia beracun tersebut masuk ke dalam tubuh seseorang tanpa menimbulkan rasa sakit yang mendadak dan mengakibatkan keracunan kronis. Maka dalam rangka membuktikan bahwa aliran proses produksi sebuah produk pangan bermasalah yang terlanjur dijual di pasaran tentunya dengan adanya sistem traceability (keterlacakan). System traceability yang kuat dan easy-trace tentu menjadi hal yang wajib dimiliki oleh sebuah industri makanan.
Dalam aplikasi di lapangan traceability system bisa menggunakan full manually recording yang pada umumnya dalam bentuk checksheet kertas atau pun full processing and traceability software. Tentunya juga memungkinkan menggunakan kombinasi keduanya, tergantung pada kemampuan masing-masing pelaku industri makanan.
Sistem keterlacakan yang baik juga akan membantu pelaku industri makanan untuk mendapatkan berbagai benefit, antara lain:
• Mengurangi biaya yang dikeluarkan akibat penarikan produk dari pasaran (product recall)
• Menyusun langkah-langkah perbaikan untuk menghindari terulangnya product recall
• Mengidentifikasi masalah dan menghindari terjadinya pinalty akibat kesalahan produksi
• Meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap merek yang diproduksi/dijual
• Meningkatkan efisiensi proses produksi dan kendali mutu, terutama dalam hal penggunaan bahan baku produksi, karakteristik produk dan data. Mengenai jumlah persediaan bahan baku.
Lalu siapa saja yang harus terlibat dalam menentukan dan merancang traceability system yang baik? Quality Assurance saja kah? Tentu saja tidak, orang-orang di bagian produksi tentu dibutuhkan perannya karena yang setiap hari bersentuhan langsung dengan proses produksi dan masalah demi masalah di lapangan/genba/shopfloor.