Source: Google Picture |
Sudah menjadi hal lumrah saat generasi tua tidak puas dengan kinerja generasi muda. Dari zaman ke zaman hal ini terjadi, di mana sering sekali generasi tua merasa ragu akan kemampuan suksesornya yaitu generasi muda. Di sektor apapun sangat mungkin terjadi, misalnya di dunia politik, sosial, organisasi, kantor dan lain sebagainya.
Jika engkau adalah generasi muda yang saat ini sedang diragukan oleh seniormu, jangan pernah membantahnya dengan kata-kata karena itu akan menjadi sia-sia. Generasi baby boomers alias seniormu saat ini rata-rata mentalitasnya adalah otoriterian ala order baru. Sanggahlah dengan bukti nyata bahwa di tanganmu ternyata semua bisa berjalan baik-baik saja.
Tapi jika engkau kebetulan merupakan generasi tua, jangan merasa diri bahwa role model leadershipmu lah yang terbaik. Jangan juga merasa generasi muda saat ini cenderung lembek tidak semilitan dirimu. Jangan-jangan ini hanya soal perspektif semata? Engkau merasa paling ingin dihormati? Karena pada umumnya demikian yang sering terjadi.
Setiap era punya tantangannya sendiri, tidak bisa mengasumsikan bahwa cara yang sama bisa dilakukan untuk menyelesaikan problem di waktu yang berbeda. Mungkin ada benarnya bahwa generasi muda saat ini relatif lebih lembek seperti istilah baratnya Gen Strawberry. Tapi bisa jadi lembek di sini berarti flexible dan agile dalam menatap era digitalisasi yang penuh tantangan.
Apa yang ingin saya katakan? Tidak bisa kita sebagai manusia kaku dan rigid pada setiap potensi generasi. Generasi tua dengan segala pengalamannya tentu tetap butuh sokongan dari kreatifitas generasi muda. Generasi muda dengan segala kelincahannya juga harus menyadari bahwa dari generasi tua banyak ilmu yang bisa diminta, khususnya soal ketahanan alias militansi misalnya.
Salam,
Generasi setengah-setengah