TNGGP; Maret 2019 |
"Alam Mengajarkan Kita Tentang Kesabaran, Ikhlas, dan Kesungguhan"
Keputusan gue mengunjungi Curug Cibeureum yang terletak di Cibodas kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango kali ini terhitung kurang tepat. Pasalnya disamping sedang musim penghujan ternyata pihak pengelola TNGGP memang sengaja menutup jalur pendakian tepat di persimpangan jalur ke Curug Cibeureum di Cibodas dan ke arah air panas. Artinya bahwa kunjungan ini tidak terlalu tersengaja, mengingat kesengajaan atau rencana awal gue adalah hendak ngetrip menuju air panas untuk berendam dan tentu menikmati syahdu hangatnya kopi di sana.
Baik, mari mulai gue ajak kalian para pembaca menikmati tulisan ringkas dan sederhana ini. Gue coba sajikan sebuah tulisan tentang jalan-jalan yang sedikit berbeda dari umumnya. Gue tidak akan banyak menyajikan foto dokumentasi dan lebih banyak bercerita secara tulisan. Tujuan gue tidak lain mengajak kalian berimajinasi, membayangkan betapa Curug Cibeurem ini memang layak dikunjungi. Aksesnya sangat mendukung dan dekat dengan ibu kota Jakarta, itulah alasan kenapa tempat ini begitu terjangkau.
Pagi hari selepas subuh gue berangkat dari Tambun, Bekasi menggunakan motor laki gue New Megapro keluaran 2011. Motor ini sudah tercatat banyak sekali mengunjungi daerah-daerah di Jawa Barat mulai dari Pandeglang di ujung barat hingga terjauh Garut di ujung timur selatan. Secara gue dulu suka touring dengan sepeda motor, akhir-akhir ini saja memang sudah tidak lagi rutin dikarenakan sesuatu hal yang sulit dipahami dan dijelaskan. Pernikahan. Tentu hal ini membuat sedikit banyak berpengaruh pada aktifitas berpetualang gue. Tapi tenang, semua bisa dikendalikan dengan baik.
Tepat jam 05.00 WIB motor gue besut gasnya menuju tujuan melalui jalur Tambun berlanjut ke arah Setu, lalu Cileungsi, Kelapanunggal, hingga sampailah di Citeureup sekitar jam 06.00 WIB. Yah termasuk kategori jalan pelan sebenernya jika satu setengah jam dari Tambun baru sampai di Citeureup, Bogor. Gue tidak menyempatkan istirahat karena bagi gue semakin siang sampai lokasi akan semakin malas untuk mendaki menuju Curug Cibeureum. Dari Citeureup Bogor gue gas lagi lurus ke arah Sentul, sampai di Sentul ambil jalur Ranibow Hills yang berkelok aduhai it menuju gunung geulis dan sampailah di jalur Gadog Puncak jam 07.00 WIB.
Tepat pukul 08.00 WIB gue akhirnya sampai juga di parkiran bawah kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango di Cibodas Cianjur. Gue putuskan parkir di tempat parkir paling dekat sendirid dengan pos retribusi memasuki kawasan TNGGP. Langsung tanpa basa-basi gue beli tiket masuk area kawasan TNGGP dan kemudian gue memilih untuk istirahat meluruskan kaki dan punggung yang mungkin saja bengkok dalam arti yang tidak sebenernya alias pegel-pegel lah intinya. Di gerbang masuk atau pos pertama jalur pendakian Gunung Gede Pangrango melalui Cibodas ini terdapat kantin yang sangat nyaman. Gue pesen nasi goreng sekaligus kopi hitam untuk energi awal menuju tujuan.
Setelah istirahat sekitar satu jam gue rasa cukup lalu dengan bekal sederhana gue akhirnya tepat jam 09.00 WIB jalan mendaki menuju lokasi yang tidak terlalu tersengaja ini, Curug Cibeureum. Jalur pendakian Gunung Gede Pangrango melalui Cibodas ini sangat nyaman memang, setiap pengunjung dimanjakan dengan mudahnya menaiki melalui tangga yang tersusun rapi hingga Kandang Badak (kalau tidak salah). Jadi sudah bukan suatu alasan lagi jika malas untuk mendaki ke sini. Hanya saja memang kondisi hutan hujan tropis yang sangat lebat itu yang selama ini menjadi tantangan tersendiri. Ini berkaitan dengan suasana yang mistis dan tentu dinginnya hawa sekitaran TNGGP, sudah banyak sekali korban jiwa akibat hipotermia (kedinginan) akibat pengaruh cuaca ekstrim di sini.
Sekitar satu setengah jam perjalanan akhirnya jam 10.30 WIB gue sampai juga di Curug Cibeureum. Sepanjang jalan alhamdulillah dalam situasi yang nyaman tidak sedikit pun halangan gue dapati. Bahkan dalam bahasa yang hiperbolik mungkin bisa saja gue lari trail di jalur ini sebenernya. Sesampainya di Curug Cibeureum gue istirahat, makan cokelat bekal energi gue sambil memasak air hangat untuk ngopi sembari menghisap tembakau produknya LA Bold. Nikmat memang. Setengah jam bersantai di pondokan untuk aklimatisasi (penyesuaian suhu tubuh) akhirnya berani juga untuk mencoba dinginnya air Curug Cibeurem. Yap, gue hanya berkolor dan nyemplung di sana. Brrrrrr. Dingin sejadi-jadinya lah pokok. Mantappp!
Setelah ambil sedikit foto lalu mentas dari Curug dan tentu menghangatkan diri dengan pop mi rasa ayam bawang adalah pilihan paling tepat. Nyussss. Segerrr. Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 12.30 WIB. Gue harus turun nih takut kesorean jika berlama-lama di sini. BTW justru yang bikin gue heran adalah semakin sore bukannya sepi tapi malah semakin ramai pengunjung. Memang keren nih TNGGP. Sepanjang jalan turun gue tidak terbesar-gesa dan lebih memilih untuk jalan sesantai mungkin. Banyak waktu yang gue habiskan di jembatan dekat telaga biru itu untuk berfoto ria mencari spot yang paling ideal untuk kemudian bisa dishare ke media sosial. Memang jembatan sepanjang kurang lebih 150 meter di kaki menunu Gunung Gede Pangrango ini sangat ikonik. Menawan dengan nuansa kabut hutan lebatnya.
Tidak terasa tepat jam 13.30 WIB sampai di telaga biru pas turun ini hujan datang sangat tiba-tiba tanpa permisi seperti kamu dulu yang tiba-tiba meninggalkanku. Eh. Gue akhrinya neduh sebentar di pos telaga biru karena memang konyolnya gue adalah sengaja tidak prepare jas hujan. Whaaaa! Modyarrrrrr hujan semakin lebat. Kalau gue kejebak di sini alamat ini semakin sore pastinya saat pulang ke Bekasi nantinya. Akhirnya nekat menerjang hujan adalah keputusan paling tepat, untung saja jaket yang gue gunakan waterproof. Wqwq! Sorry brooo aman! Gasss lanjut turun hingga akhirnya jam 14.00 WIB sampailah di pos retribusi tiket TNGGP. Hujan semakin deras kembali teh hangat gue pesan untuk membantu menghangatkan tubuh, biar gak dingin seperti sikapmu itu. Hmmm.
Istirahat satu jam sembari menunggu hujan reda sekaligus nyempetin sholat ashar dulu. Setelah selesai semuanya (hujan dan sholat) akhirnya gue putuskan untuk menuju parkiran motor dan berencana langsung gas pol rem blong ke Bekasi. Sialnya sepanjang jalan dari Cimacan Cianjur hingga Bekasi diguyur hujan deras sedang lebat gerimis bergantian tanpa henti. Sungguh sebenernya adalah perjalanan berpetualang yang sangat menyiksa diri. Harus diakui perjalanan yang seperti ini sangat tidak disarankan bagi pemula atau bahkan mungkin bagi yang pengalaman pun tidak disarankan karena sangat rentan kecapean di perjalanan dan membahayakan diri. FYI ini gue catat sebagai perjalanan touring yang tidak akan gue ulangi di kemudian hari.
Taraaaaam! Tepat jam 19.00 WIB gue memasuki kawasan Setu wilayah Kabupaten Bekasi. Jam 19.30 WIB gue mendarat di Tambun dan tergeletak lesu di kamar gue setelah mandi dan makan malam. Yap! Sebenernya one day travelling seperti ini bisa saja dilakukan jika menggunakan kendaraan pribadi misalnya mobil sehingga tidak terlalu menguras energi. Curug Cibeureum yang terletak di TNGGP realtif dekat dan sangat terjangkau oleh warga di sekitaran DKI Jakarta. Tentu dengan hari libur yang sehari saja bisa dipakai untuk mengurangi penatnya pekerjaan dengan mengunjunginya. Suatu pilihan jalan-jalan murah meriah yang sangat menyegerkan (pikiran dan tubuh). Selanjutnya gue sudah merencanakan mengunjungi Situ Gunung di Sukabumi dan tentu tidak akan menggunakan motor melainkan kereta api saja. Pasti menarik dan seru.
Oke cukup sekian saja dulu tulisan ini, semoga dapat membayangkan betapa lelah dan capeknya gue saat ngetrip kali ini. Hikmah dari tulisan ini adalah: "Jika lo bukan orang yang strong lahir batin jangan coba-coba one day trip apalagi ke gunung". Bahaya! Ketagihan! Mending lo tidur saja dan membayangkan betapa Curug Cibeureum di Cibodas Cianjur itu sangat indah. Mamam tuh bayangan! Wqwq.