Sekarang atau lusa sama saja
Kau dustakan rasa dan logika
Penuhi jiwa-jiwa kosong ini dengan tuak
Melihatmu pun terasa makin muak
Kau dustakan rasa dan logika
Penuhi jiwa-jiwa kosong ini dengan tuak
Melihatmu pun terasa makin muak
Berang-berang memanjat pohon pinang
Tak dirasa kini sudah teramat panjang
Hidupku di sepanjang jalanan
Tergapai banyak asa dan pilihan
Meski tak satu pun menjadi kebahagiaan
Tak dirasa kini sudah teramat panjang
Hidupku di sepanjang jalanan
Tergapai banyak asa dan pilihan
Meski tak satu pun menjadi kebahagiaan
Aku lelah
Kamu enggak?
Kamu enggak?
Pantas saja wong kamu hanya bergantungan
Kek berang-berang
Iya, faktanya memang
Tiap malam terasa sebentar
Habis waktu terpakai buat bergitar
Sembari melihat kesuraman yang terdengar
Tanpa takut melihat awakmu yang sangar
Sangar, cuih...
Habis waktu terpakai buat bergitar
Sembari melihat kesuraman yang terdengar
Tanpa takut melihat awakmu yang sangar
Sangar, cuih...
Sekarang atau lusa sama saja
Kau dustakan rasa dan logika
Pekat hitam noda sudah kau lukis
Kiranya sekarang waktunya menggrubris
Sebuah karya indah lewat tetulis
Kau dustakan rasa dan logika
Pekat hitam noda sudah kau lukis
Kiranya sekarang waktunya menggrubris
Sebuah karya indah lewat tetulis
Berang-berang memanjat atap
Tak terasa kini sudah kualat
Terima rentetan azab dan teratap-ratap
Wajarkah ini bertetap-tetap
Tonggak revolusi menanti tertancap
Tak terasa kini sudah kualat
Terima rentetan azab dan teratap-ratap
Wajarkah ini bertetap-tetap
Tonggak revolusi menanti tertancap
Sendu pun hantui, masa-masa mudaku
Koheren dengan bahagia semu itu
Koheren dengan bahagia semu itu
Semu?
Nyata! Jika api ini semakin membara!
Juangku untukmu adalah bait-bait dan prosa
Bukan laki jika aku tak kuasa
Membendung segala dera dan derita
Berang-berang semakin berang
Melihat tajam ke depan
Awali mimpi dengan pujian
Kau lah maha besar Tuhan
Melihat tajam ke depan
Awali mimpi dengan pujian
Kau lah maha besar Tuhan
Tambun, 29/03/2015
Robi Cahyadi
Robi Cahyadi