Tuesday, October 13, 2015

Wanita Idaman, Menikah, dan Mesin

Bagiku hanya ada satu kemungkinan dalam menghadapi hidup ini, yaitu sukses atau gagal, persis seperti menentukan hasil keluaran (output) proses produksi, Good or No Good! Pun halnya dengan langkah jalinan percintaan atau dalam hal ini saya asumsikan sebagai pernikahan. Hemat saya pernikahan itu adalah sebuah ritus sakral satu kali dalam hidup ini dan semua pemuda harus berani melampauinya melebihi ekspektasi masing-masing.

Pernikahan, sikap saya terhadap pernikahan adalah sama umumnya seperti kebanyakan pemuda lain. Menikah adalah sunatulloh alias keniscayaan yang jangan ditolak. Kita tidak akan pernah bisa melalui fase pengabdian ibadah yang sempurna dalam hidup ini tanpa adanya pernikahan dalam hidup. Sebagai penegasan saja, tentu bukan pernikahan sejenis yang saya maksud. Saya masih normal, memiliki selera dan hasrat yang tinggi terhadap lawan jenis yaitu perempuan lebih-lebih yang berparas aduhai seperti Raisa Andriana atau Dian Sastro Wardoyo.

Masalahnya? Apakah menikah itu segampang menerapkan rumus ABC untuk menyelesaikan dan mencari akar-akar persamaan kuadrat? Tentu tidak. Bahkan, dalam beberapa kasus saya sering mengamati dan lantas merasakan betapa pernikahan itu sangat menguras energi dan strategi. Sampai-sampai mengalahkan rumitnya menyelesaikan problem gaya-gaya pada pegas menggunakan formula transformasi laplace. Ya, bagiku menikah itu harus meskipun mewujudkannya itu gak gampang.

Bicara pernikahan pasti tak lepas dari kriteria-kriteria calon pasangan, entah terkait kualitas visualnya atau pun kandungan material (anatomi attitude) di dalam calon pasangan tersebut. Yang harus selalu saya dan kita katakan dalam hati adalah tak ada satu kesempurnaan abadi dalam diri calon pasangan. Oleh sebab itu kiranya perlu dan harus selalu memoderatkan pikiran dan persepsi bahwa yang terpenting itu bukan seperti apa pasangan kita nanti. Tapi seperti apa kita ini! Ini yang penting. 

Introspeksi diri apakah bidadari bak Siti Fatimah putri sang nabi adalah pantas buat saya dan kita.
Meski begitu, setidaknya saya dan kita dalam hal ini tahu bahkan mungkin sampai pada kategori paham akan cara memilih calon pasangan. Karena dalam imanku sekaligus imanmu telah ada parameter-parameter umum yang bisa dijadikan landasan teoritis untuk memilihnya. Pertama tentu agama atau lebih umumnya ya kita sebut akhlaknya, lalu selanjutnya kecantikannya, dilanjut kekayaannya, dan yang gak kalah penting adalah keturunannya siapa. Perlu saya perjelas, yang terakhir ini. Anake sopo!

Baik, sampailah pada sebuah kesimpulan. Wanita, siapakah dia? Segebok buku teori yang mengulas tentangnya sudah kau habis baca pun tak akan pernah kau dan saya tahu apa isi kepalanya. Setidaknya begini, dalam mencari dan menentukan marilah berpedoman pada apa yang kita masing-masing yakini dan standarkan. Bagiku, minimal di jaman yang serba salah kaprah dan morat-marit ini wanita pemalu dan yang tak suka pamer kecantikan di media sosial adalah solusi cerdas atasi kesulitan memilihnya. Memilih calon pasanganmu nanti itu.

Kenapa kok mendadak ke satu spesifikasi yaitu yang pemalu dan gak suka narsis yang harus kita jadikan parameter pilihan? Setidaknya begini, mereka wanita yang pemalu itu tahu dan sadar bahwa kecantikannya hanya untuk suaminya seorang. Bukan untuk dieksploitasi layaknya cadangan minyak di blok Cepu oleh Pertamina dan koleganya. Percayalah, sifat dan sikap pemalu pada diri wanita itu adalah penentram hati dan nurani para pria. Ini cara paling safety. Termasuk saya tentu menyepakatinya.

Walhasil, semoga saya, kita, dan kalian para pria sanggup memilih dan memilah mana wanita yang akan kau bawa ke dalam kehidupan yang sangat berliku itu. Jangan sampai salah pilih, karena itu akan sangat lebih mengerikan jika dibanding dengan kegagalan connecting rod meneruskan gaya kepala piston akibat material crack, tak ada power! Dan satu hal yang lebih penting dari semua tulisan ini adalah, semoga saya dan kita diberikan kekuatan dan kemampuan untuk bisa menikah! Tentu dengan spesifikasi masing-masing yang pastinya berbeda satu sama lain. Silakan tentukan pilihanmu! Sekian.

Sunday, October 11, 2015

Wavin Flag by Keenan

When i get older, they’ll call me freedom
Just like a Waving Flag.

[Chorus]
When I get older, I will be stronger,
They’ll call me freedom, just like a Waving Flag,
And then it goes back, and then it goes back,
And then it goes back

Born to a throne, stronger than Rome
but Violent prone, poor people zone,
But it’s my home, all I have known,
Where I got grown, streets we would roam.
But out of the darkness, I came the farthest,
Among the hardest survival.
Learn from these streets, it can be bleak,
Except no defeat, surrender retreat,

So we struggling, fighting to eat and
We wondering when we’ll be free,
So we patiently wait, for that fateful day,
It’s not far away, so for now we say

[Chorus]
So many wars, settling scores,
Bringing us promises, leaving us poor,
I heard them say, love is the way,
Love is the answer, that’s what they say,
But look how they treat us, Make us believers,
We fight their battles, then they deceive us,
Try to control us, they couldn’t hold us,
Cause we just move forward like Buffalo Soldiers.

But we struggling, fighting to eat,
And we wondering, when we’ll be free
So we patiently wait, for that faithful day,
It’s not far away, but for now we say,

[Chorus] 2x
(Ohhhh Ohhhh Ohhhhh Ohhhh)
And everybody will be singing it
(Ohhhh Ohhhh Ohhhhh Ohhhh)
And you and I will be singing it
(Ohhhh Ohhhh Ohhhhh Ohhhh)
And we all will be singing it
(Ohhh Ohh Ohh Ohh)

[Chorus] 2x
When I get older, when I get older
I will be stronger, just like a Waving Flag,
Just like a Waving Flag, just like a Waving flag
Flag, flag, Just like a Waving Flag